01♚

5.2K 502 59
                                    



╰ BLACK GAME ╮

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BLACK GAME

ⓦⓐⓝⓝⓐⓞⓝⓔ

ⓑⓛⓐⓒⓚ

ⓢⓔⓡⓘⓔⓢ


☏☎

        Lorong gelap itu nampak terisolasi.

Suasana dingin dan sepi menambah kesan mencekam di sekitarnya.

Bahkan tanda-tanda kehidupan sulit dikenali hingga membuat orang-orang golongan tertentu enggan untuk sekedar melewatinya.

Berbagai macam hiasan-itu kalau masih bisa disebut hiasan-tergantung di dinding.

Seperti kepala macan yang sudah berdebu, lukisan abstrak dengan wajah seseorang tengah tersenyum-hanya saja bukan tersenyum bahagia-ikut menghiasi dinding lorong.

Cahaya matahari seolah menghindarinya, membuat lorong ini benar-benar tampak gelap walau beberapa jendela tetap menyertai sepanjang lorong.

Apalagi, lampu besar yang tergantung di atap seolah tak membantu, hanya sebagai pajangan ruangan dengan cahaya minim.

Sosok itu tampak berjalan tegap dengan wajah datar menyusuri lorong di pagi buta.

Kaki jenjangnya membawa dirinya menuju sebuah ruangan.

Ia berjalan sampai ujung lorong, berbelok ke kanan, kemudian menuruni tangga.

Pintu berkayu menyambutnya.

Beberapa kali helaan napas, ia mencoba membuka gagang pintu ruangan dengan sangat hati-hati-berusaha tidak mengusik-kemudian mendapati seseorang tengah berdiri membelakanginya.

Sosok itu menghadap jendela sembari mengeratkan pakaian tidurnya akibat dinginnya angin pagi.

"pagi, hyung" sapa seorang laki-laki sembari memasuki ruangan itu.

"pagi, jarang-jarang kau kesini pagi begini? Ada masalah?" tanya laki-laki lain di seberang ruangan.

"yah, sebenarnya iya" balas laki-laki itu kemudian tertawa.

Ia segera menuju dapur kemudian membuat kopi menggunakan coffee maker di ruangan itu tanpa izin.

Lelaki di seberang ruangan hanya menggeleng pasrah, "kau memang seenaknya" sahutnya lalu mengerucutkan bibir.

"eits, tunggu dulu, bukan ini yang menjadi masalah. Ada sesuatu," timpalnya lalu duduk di kursi dapur sembari menopang dagu,

mengetuk-ngetukkan tangannya, tanda sedang berpikir.

"kau kan memang selalu membawa masalah" kata laki-laki di seberang ruangan kemudian nyengir tanpa rasa bersalah.

"aku serius" kata laki-laki itu masih menopang dagu.

"kalau begitu katakan saja, Lin" laki-laki di seberang ruangan menyahut datar.

Mengapa temannya ini terlalu bertele-tele?

"tunggu sebentar, aku agak..lupa" Lelaki bernama Guanlin itu berkata polos. Masih setia berpikir.

Lelaki di seberang ruangan itu menepuk jidatnya, tak habis pikir.

Betapa pikunnya laki-laki yang bahkan baru menginjak umur 17 itu.

"ayolah dengan umur segitu saja kau sudah pelupa" cibir laki-laki itu. Mata Guanlin otomatis melotot.

"Umurmu hanya 1 tahun diatasku, Bae Jinyoung!" sahutnya dengan suara cukup tinggi.

"ya! Gunakan hyung, khong guan lin!" balas Jinyoung dengan nada tak kalah tinggi.

"ya! Namaku Guanlin, hyung. Jangan mengganti namaku!" sahut Guanlin tak terima namanya disamakan merek biskuit.



"kalian berisik sekali," suara seseorang membuat kedua pemuda itu menoleh dengan tatapan tajam.

"kau mengganggu," kata Jinyoung tajam, kemudian segera duduk di kursi dapur menunggu kopi yang Guanlin buat.

"oh, yang benar saja," sahut lelaki itu kemudian memutar bola matanya malas, "kalian sama-sama kekanakan"

"ya!!" seru keduanya bersamaan,  tidak terima.



"oh, berisik sekali" kata seseorang lagi memasuki ruangan sembari menutupi kedua telinganya dengan kedua tangan.

"pagi, hyung" sapa Guanlin berusaha mengabaikan perdebatan dengan Jinyoung. Jinyoung hanya mendengus pelan.

"pagi, jarang sekali kalian bersama pagi-pagi begini, ada sesuatu?" tanyanya kemudian duduk di sebelah Jinyoung dan lelaki lain.

"ah, benar" jawab Guanlin seolah mendapat pencerahan.

"ia berkata ada sesuatu, tetapi dengan mudah melupakannya" tambah Jinyoung dengan suara datar,

membuat Guanlin menatapnya lagi dengan tatapan tajam.

"hyung sungguh kejam" rengeknya. Jinyoung hanya mengangat bahunya tak peduli.

"semenjak tadi aku hanyalah patung disini, Seungwoo hyung" kata laki-laki di sebelah Jinyoung, membuat Ong yang berada di sebelah Jihoon tertawa.

"kau cocok jadi patung, Hoon" kata Ong kemudian mengacungkan jempolnya, membuat Jihoon mendengus kesal.



"jadi, apakah sesuatu itu?" tanya Ong mengawali.

Guanlin kemudian membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, hanya saja seseorang kembali memasuki ruangan dengan rambut berantakan sembari menguap.



"ah, pagi" katanya riang.

Namun, keempat orang di depannya justru menatapnya tajam. Membuat laki-laki itu mengerutkan dahi, heran.

"ada apa?" tanyanya tanpa rasa bersalah. Ong hanya menghela napas, berusaha tidak berdebat.

"kemarilah, Niel. Ada hal yang perlu kita bicarakan" kata Ong membuat laki-laki bernama Daniel itu mengangguk kemudian duduk di samping Ong.

Ia memandang keempat temannya dengan tatapan bertanya, tetapi tak ada yang menghiraukannya.

"ah, aku sudah ingat" kata Guanlin tiba-tiba.

Semua pandangan secara otomatis tertuju pada laki-laki bermarga Lai tersebut.

"jadi..ada hadiah yang kuterima tadi pagi" kata Guanlin mengawali,






"sebuah pistol dan surat"



☏☎




Vomment juseyo~~
Makasi yg udh menyempatkan baca

Maaf kalau agak datar, alurnya emg agak lambat

Terima kasih ❤❤❤

BLACK GAME [Wannaone]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang