Siang hari itu semakin terik. Semua santri kembali masuk ke kelas masing - masing setelah jam istirahat kedua selesai. Ayyaz melihat Rai kembali ke kelas, ada kelegaan di wajahnya melihat saudara sepupunya itu kembali.
Hanya satu pelajaran lagi setelah istirahat kedua dan belajar mengajar hari ini selesai. Semua santri keluar dari kelasnya menuju pondok mereka untuk siap - siap shalat ashar berjama'ah.
Raiz masuk ke pondoknya yang memang seorang diri. Kekesalannya masih tersisa dalam dirinya. Dia berdiri di depan cermin, melihat wajahnya dengan seksama.
"Coba lihat, Bagaimana jika aku berpakaian seperti santri yang lain." Ujarnya.
Raiz bergegas mandi, memakai pakaian koko, Rambutnya yang biasanya acak - acakan itu dirapihkan ke belakang dengan kopiah hitam dipakaikan disana. Kain sarungpun menggantikan celana kain yang biasanya dia pakai.
Wajahnya yang biasanya terlihat selengean dia seriuskan.
Dia puas melihat penampilannya di cermin."Seharusnya beginikan?, huh." Gumamnya kepada dirinya sendiri.
Raiz keluar dari pondok sengaja berjalan pelan untuk melihat reaksi para santriwati yang juga berbondong - bondong untuk pergi ke mesjid.
Sengaja, lewat jalur yang bisa dilihat oleh para santriwati.
Di halaman mesjid santriwati yang melihat itu tertegun sesaat tapi menundukan pandanganya, walaupun saling bisik - bisik.Remaja, begitulah disaat melihat lawan jenisnya.
Zahra dan Naila yang sedang berjalanpun melihat Raiz yang berpakaian berbeda hari ini. Terlihat rapi dan semakin tampan, tentu saja.Raiz yang melihat Zahra berlari kearahnya, Raiz begitu berani tidak mengindahkan bahwasannya bisa saja tingkahnya ini ketahuan oleh ustadz yang lewat. Mendadak wajah Zahra bersemu, menundukan pandangannya, dalam.
"Kamu lihat penampilanku ini kan? Bagaimana menurutmu?" Tanya Raiz.
"Tidak ada komentar apa - apa karena aku tidak berhak untuk semua itu." Jawab Zahra.
"Baiklah, Akan aku buat kamu menjadi berhak."
"Raiz, jangan main - main perihal ikatan."
"Aku tidak main - main Zahra, lihat dan tunggu saja." Raiz sudah beranjak pergi tapi kembali lagi.
"Aku belajar dengan baik, seperti janjiku." Ujarnya.
Zahra melihat sekilas, Raiz memang lebih mempesona dengan pakaian seperti ini.
"Tatapan malumu saat menatapku berpakaian seperti ini membuatku pesimis, karena ini bukan diriku Zahra. Sepertinya aku harus siap menerima penolakanmu." Ujar Raiz sambil tertawa.Zahra mengkerutkan keningnya. Disaat dia ingin menanyakan maksud ucapan lelaki itu, Raiz sudah berjalan jauh dari tempatnya berdiri.
"Zahra, kamu menyukainya?" Tanya Naila yang ada disampingnya sedari tadi.
"Itu Raiz kan? murid baru itu." Sambung Naila lagi.
Zahra menggenggam erat sajadah di tangannya.
"Hahaha, Iya Itu Raiz, Aku menyukainya? enggaklah." Ujar Zahra dengan tawa sumbang. Dia belum ingin mengerti semua itu.
***
Para santri belajar dengan semangat dari matahari sebelum terbit sampai sekarang sudah tenggelam. Mereka baru keluar dari mesjid setelah shalat isya. Raiz salah satu santri langsung bergegas ke rumah pimpinan pesantrennya ini.
Seperti janji Ihsan, bahwasannya dia akan memberikan tambahan ilmu untuk Raiz. Banyak yang ingin Raiz tanyakan dan bincangkan dengan sosok Ihsan yang sangat dia kagumi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Found You #ZahRaiz
Spiritual[COMPLETED] Muhammad Raiz seorang anak muda yang mengaku dirinya sebagai anak munafik di keluarganya. Zahra Nurazizah seorang perempuan shalihah yang mondok dipesantren. Dikejutkan dengan pertemuannya yang tiba-tiba dengan lelaki yang jauh dari eks...