Berlabuh end

8.9K 797 72
                                    

Jarum jam berdentang seperti kebiasaannya. Langit berubah warna seperti kemampuannya. Hari dimana penyatuan dua hati itu akan segera tiba. Esok ikrar itu akan terucap. Di rumah para mempelai sedang ramai dengan kerabat terdekat.

Di sudut kota. Dimana kumuh yang terlihat. Seorang lelaki tampak bersitegang dengan seorang perempuan.

"Jangan dakwahi gue jika loe gak mau nikahin gue. Paham!!" Ujarnya nyaring melawan suara kereta yang lewat.

"Apa yang salah? Kamu tak aman disini. Saya khawatir. Tidak bisa gak usah berbuat ulah. Tak bisa pulang ke rumahmu dan menjadi perempuan sewajarnya."

"Jangan peduli, Gue tahu hidup gue sendiri. Jangan buat gue terus berharap sama loe. Sedangkan niat loe baik sama gue cuma untuk mendakwahi. Gue perempuan normal. Yang tak bisa menampik semua perhatian loe. Gue bisa cari ustadz lain yang gak membuat gue zina hati seperti ini." Ujarnya lantang dan berlalu begitu saja.

Lelaki itu menghela. Menatap perempuan itu yang berlari dengan rambut panjangnya yang bergoyang kesana kemari tertiup angin.

"Ya. Harusnya itu bukan kamu." Ujarnya lemah menyembunyikan teriakan rasa yang berusaha mendobrak kesepakatan diri.

Langkah lelaki itu berlalu meninggalkan tempat itu. Menuju kepada keluarganya kembali. Ikut berbahagia karena saudaranya akan menikah esok hari.

"Yaz, Darimana?" Tanya Raiz yang melihat sepupunya itu kusut sekali.

"Ada urusan sebentar."

"Nemuin Bunga?"

Ayyaz diam tak menjawab kembali. Dia memilih mengambil kue hajatan dan melahapnya.

"Mau ke ibu dulu. Lapar Rai, udah yaa." Ujarnya dan menghilang menuju dapur.

Raiz hanya menggeleng. Sepupunya itu memang tidak terbuka kepadanya untuk segala hal. Dia hanya tahu dulu Ayyaz menyimpan hati kepada Zahra dan sempat melamarnya.

Ada kesedihan terpancar dari raut sepupunya itu tapi bukan karena masalah ini. Entah karena masalah apa.

Raiz yang menunggu kedatangan ketiga sahabatnya. Iseng, membuka-buka akun media sosialnya. Lebih tepatnya instagram. Hatinya tak kuasa ingin tahu postingan apa calon istrinya hari ini.

Terlihat photo sebuah photo bunga matahari yang sedang tersenyum.

Untukmu yang senyumnya menyembuhkan.
Untukmu yang nasehatnya meluruskan.
Untukmu yang perangainya selalu kurindukan.
UntukNYA. Semoga mengiyakan.

Captiona simple tapi menerbitkan senyum diwajah tampan Raiz. Raiz menutup kembali handponenya karena sahabatnya datang-datang langsung memeluknya.

"Penantian yang berlabuh kepada tempatnya. Pangeran yang rebah kepada putri yang seharusnya." Ujar Ardi.

Riko datang tak dengan istrinya karena Azizah dia ijinkan menemani Zahra di Bandung.

"Nostalgia yokk ahh." Ujar Aldi berdiri.

Raizpun mengangguk. Pergi sejenak bareng sahabatnya karena pengajian nanti sesudah dzuhur baru akan dilaksanakan.

Mereka malah datang ke pesantren Sidik. Mereka tak masuk hanya melihat gerbang itu dari jauh. Darisana awal mula semua perubahan itu bermula.

Setelah itu mereka menatap kediaman Riko yang sekarang sudah sangat bagus. Gerimis hati mereka. Bagaimana dulu mereka saling bahu membahu untuk mencukupkan kebutuhan mereka sehari-hari.

Merekapun berakhir di mang-mang tukang bakso tempat mereka sering ngumpul kala pulang sekolah dimana dulu untuk pertama kalinya Raiz bertemu Zahra.

Found You #ZahRaizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang