Penerimaan

6K 692 48
                                    

Matahari bertengger di langit biru, Awan putih bergeser memberi ruang langit biru memancarkan eloknya. Angin lembut membuat kucuran keringat itu sedikit mengering.

Langkah seorang pemuda cepat turun dari dalam bus, Tangannya mengusap keringat yang mengucur di dahinya. Temannyapun melakukan hal yang sama bergegas ke rumah yang mereka tinggali.

Setelah itu mereka langsung berjalan cepat menuju bengkel tempat mereka bekerja sepulang sekolah.

Rutinitas dua anak muda yang sedang menerima takdir hidupnya. Mereka bekerja tanpa menggerutu, tanpa melihat sesamanya yang masih terlena dengan masa muda. Mereka sudah membuat visi untuk kehidupan yang mereka jalani.

Tangan - tangan itu cekatan membereskan pekerjaan mereka. Matahari mulai meredupkan sinarnya. Awan kelabu tiba - tiba membuat redup suasana.

Hujan rintik - rintik turun membasahi jalanan. Lama kelamaan semakin deras. Dibarengi kumandang adzan ashar yang memanggil - manggil umat manusia akan kewajibannya.

Bengkel ini lengang, Raiz dan Riko izin untuk shalat. Pemilik bengkel inipun langsung menutup bengkelnya mengikuti dua langkah anak muda itu untuk menyegerakan shalat.

Terasa sekali nikmatnya hidup jika menempatkan Ibadah sebagai hal yang utama. Mengeyampingkan duniawi yang dijadikan selingan dari waktu kehidupan. Berkahlah yang didapat. Insya Allah.

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, ia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang amalan yang paling utama, beliau menjawab: “Shalat di awal waktunya.” (HR. Imam Al Bukhari dan Muslim).

Jangan jadikan shalat itu seperti kegiatan yang dilaksanakan jika kau sempat. Jadikan ia sebagai istirahatmu karena disaat kita istirahat. Tenang dan tentram hati dan tubuh kita bukan? Rasa cape setelah bekerja seharian pulih disaat kita mengistirahatkan diri sejenak maka Jadikanlah Shalatmu adalah istirahatmu.

“Maka kecelakaanlah bagi orang – orang yang shalat, (yaitu) orang – orang yang lalai dari shalatnya,” (QS. Al-Maa’uun: 4-5).

Semoga kita dijauhkan dari perkara - perkara yang menyakiti pemilik diri kita. Pemilik sifat Rahman dan Rahim. Sungguh tidak tahu diri kita hidup dari belas kasihanNYA tapi tetap mengabaikan perintahNYA.

Tidak ada kata nanti untuk sebuah perubahan kearah yang lebih baik.

***

Hujan tetap betah mengguyur. Langit sudah berubah gelap. Bengkelpun langsung di tutup karena jalanan terlihat lengang. Pemilik bengkel meminjamkan mereka payung. Pulang dua pemuda itu menembus hujan deras.

Sesampainya di rumah. Mereka mendapati dua sahabatnya Ardi dan Aldi duduk begitu memprihatinkan di teras rumah.

"Assalamualaikum." Salam Raiz dan Riko.

"Wa'alaikumussalam." Jawab mereka serempak.

"Sudah lama kalian disini?" Tanya Raiz karena Riko sedang membuka pintu yang dikunci.

"Lumayan." Jawab Ardi yang langsung masuk setelah pintu terbuka.

Aldi masuk menenteng banyak barang belanjaan. Menyimpannya di meja ruang tamu.

Found You #ZahRaizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang