[1] Failure

5.3K 347 92
                                    

Sabtu, 30 September 2017

Sandra menuruni motor kesayangannya dengan terburu-buru. Tidak ada hal lain yang ia inginkan, kecuali terbang ke tempat terindah dan berbaring di atas pulau kapuk nan empuk untuk menghilangkan rasa penat setelah seharian berdiri di bawah teriknya matahari.

Sandra menyelonong masuk rumah dan langsung berbelok menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Namun, langkahnya terhenti saat ada suara yang memanggilnya.

"Sandra sini sebentar Nak, nenek mau bicara."

Sandra langsung menghampiri Neneknya dengan senyum semringah. Namun, Sandra tidak menyadari bahwa sang Nenek menyembunyikan sesuatu di balik panggilan lembutnya.

"Sandra enggak ngeliat kalo ada Nenek di sini. Makanya tadi langsung naik aja deh. Maaf ya, Nek hehe," ucap Sandra sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapih.

"Sudah berapa kali selama satu bulan ini kamu bolos, Sandra? Sudah tidak bisa nenek hitung pakai jari berapa kali kamu bolos. Apa yang membuat kamu sering bolos begini, Sandra !? Coba beritahu nenek, apakah kamu ada masalah dengan sekolahmu?" tanya sang Nenek dengan hati-hati, ia takut cucu kesayangannya merasa tersinggung.

"Wah ... pasti si pak botak kan yang bilang ke nenek? Aku tuh ya, udah mau berubah loh nek, tapi gimana kayak ada yang bisikin gitu hehe. Jadi, yaudah deh aku bolos aja, eh tau-taunya pas udah mau keluar gerbang malah ketahuan. Jadinya aku disuruh tuh berdiri sampe pulang panas-panasan, kan capek akunya nek," alih-alih menjawab pertanyaan Sang Nenek, Sandra malah curhat yang terdengar seperti meminta belas kasihan.

"Nah, berarti aku tadi gak jadi bolos yakan, nek? Tapi masih aja bapak itu bilang ke Nenek kalo aku bolos. Kecewa binggow deh aku sama bapak botak. Udahan deh nek, aku udah capek ngomong nih. Nenek jangan marah oke? Pasti jawabannya oke kan? makasih Nenek kesayangan aku," cerocos Sandra panjang lebar seperti orang yang sedang berpidato.

Namun, setelah Sandra selesai berpidato, tidak ada tanggapan dari sang Nenek. Hanya terdengar suara rintikan hujan yang menampar-nampar atap rumah.

Setelah hampir dua menit, Sandra dan Nenek bertatapan tanpa arti, akhirnya setetes air mata jatuh dari mata sayu sang Nenek dan mengenai pipinya yang mulai berkerut.

"Loh ... kok Nenek nangis? Sandra udah keterlaluan ya, nek? Nenek capek ya ngurusin aku yang banyak masalah? Nenek jangan nangis dong, Sandra jadi sedih juga nih." Sandra duduk bersimpuh di depan Neneknya sambil mengelus-elus tangan sang Nenek. Mata Sandra yang berkaca-kaca menatap sang Nenek memohon maaf.

"Nenek gak marah sama kamu. Tapi, papamu yang marah. Pihak sekolah tadi bukan cuma nelpon nenek tapi juga nelpon papamu dan menyampaikan semua kelakukan kamu selama ini. Akhirnya, papa mau kamu pindah dan tinggal sama mereka. Malam ini berkemaslah, besok pagi kamu akan dijemput oleh papa, mama. Hm ... nenek pasti bakal kangen banget sama kamu, Sandra," ucap sang Nenek lirih sambil mengelus rambut Sandra yang terurai.

Sandra sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Sandra langsung memeluk erat Neneknya dan menangis sesegukan. Rintikan hujan jatuh beriringan dengan jatuhnya air mata Sandra dan sang Nenek. Suasana sore ini, seperti mengiringi kesedihan diantara keduanya.

"Semoga apa yang nenek pikirkan tidak akan benar terjadi padamu, Sandra."

■■■

People change for two reasons:
Either they learned a lot
or
They've been hurt too much

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang