[15] Jealous

981 62 4
                                    

Hujan deras mulai turun beriringan dengan suara guntur yang membuat setiap orang yang mendengarnya akan bergidik ngeri.

Sandra yang masih berjongkok sambil menelungkupkan kepalanya di atas lutut, tetap enggan untuk beranjak pergi padahal tubuhnya sudah mulai gemetar karena cuaca yang makin mendingin.

Namun, terselip rasa senang ketika Sandra menyadari bahwa di saat ini, saat hatinya sedang gundah ada orang yang setia menunggunya hingga merelakan dirinya ikut terguyur oleh derasnya hujan.

Rey mendekap bahu Sandra yang membuat hati Sandra berangsur membaik.

Hingga beberapa saat kemudian, keduanya merasakan bahwa hujan yang tadi menghujami tubuh mereka kini sudah menghilang. Secara bersamaan Sandra dan Rey menengadah berniat untuk melihat keaadan langit. Akan tetapi, yang mereka lihat bukanlah sebuah langit dengan awannya yang mendung, tetapi mereka melihat seorang laki-laki berjaket biru gelap dengan payung yang ada di genggamannya.

"Hai ...." Lelaki berpayung itu tersenyum ramah kepada Rey dan juga Sandra.

Rey dan Sandra sama terkejutnya melihat apa yang ada di hadapan mereka. Dengan kompaknya mereka berkata, "K-kok lo bisa di sini?" Keduanya saling bertatapan sejenak tak percaya.

Beberapa detik kemudian secara bersamaan lagi Rey dan Sandra beranjak dari duduknya.

"Haha ... mungkin kalian jodoh. Gue liat dari tadi barengan mulu. Yaudah nih, gue bawa payung dua." Lelaki itu mengulurkan tangannya untuk memberikan payung yang masih tertutup ke arah Rey.

Awalnya Rey enggan untuk mengambil payung yang ada di genggaman lelaki itu. Namun, setelah melihat Sandra yang tiba-tiba melingkarkan kedua tangannya di leher lelaki itu dan mendekapnya dengan erat, membuat Rey dengan terpaksa mengambil payung ada di genggam tangan lelaki itu.

Brak

Suara payung yang di buka membuat Sandra melepaskan dekapannya dan melirik sejenak ke arah Rey yang memasang tampang datar.

"Finally, kita bertiga kumpul lagi." Sandra tersenyum dan menarik leher Rey dan lelaki itu agar Sandra dapat mendekap keduanya. Seketika rasa sedih yang tadi Sandra rasakan tergantikan dengan kebahagiaan. Syukurlah, Sandra tidak perlu terperangkap dalam kelamnya hati terlalu lama.

"Iya, yaudah yuk naik mobil gue aja. Tapi mobil gue ada disana." Lelaki yang menjadi penyelamat Sandra dan Rey dari derasnya hujan mengajak keduanya untuk pergi ke mobilnya yang berada di sebrang jalan.

"Yuk ..." Sandra dengan senang hati mengikutinya. Sandra menggandeng lengan lelaki itu dan membawa keduanya untuk menyebrangi jalan.

Rey yang masih terdiam di tempatnya hanya bisa mencengkam gagang payung dengan keras. Dia memandang punggung Sandra dan lelaki itu dengan tatapan sendu.

Melihat Sandra ada di satu payung yang sama dengan lelaki itu. Melihat Sandra menggandeng lengan lelaki itu dengan erat, membuat hati Rey memanas. Namun apa daya, Sandra bukanlah miliknya utuh.

■■■

Di dalam mobil, Rey hanya bisa terdiam di bangku penumpang melihat pemandangan dua insan yang sedang berbincang tentang masa lalu yang juga melibatkan dirinya di dalam cerita tersebut. Sialnya kenapa Rey harus memutuskan untuk ikut naik ke mobil David, padahal seharusnya ia pergi saja daripada harus menimbulkan luka.

Menatap keduanya membuat hati Rey teriris. Rey hanya bisa diam tanpa bisa menghali keduanya. Tak ada hak sedikit pun untuk melarang mereka.

Sakit. Sangat sakit, melihat orang lain lebih pandai membuatnya tertawa.

Perih, ketika orang lain dengan mudah berbincang bahagia dengannya.

Sangat memilikukan, ketika dia yang kamu sayangi lebih memilih orang lain.

Rey memejamkan matanya lelah. Dia tak kuasa menahan segala gejolak yang ada di hatinya. Rey menghela nafas dan segera memalingkan pandangannya ke luar jendela yang masih setia menayangkan berjuta-juta air langit yang turun. Hujan-hujan itu seakan mengerti suasana hati Rey.

Bahkan tanpa Rey minta, dengan senangnya earphone yang ia gunakan menyuarakan sebuah lagu yang sangat mewakali perasaan di hatinya saat ini.

🎶I'm jealous of the rain
That falls upon your skin
It's closer than my hands have been
I'm jealous of the rain
I'm jealous of the wind
That ripples through your clothes
It's closer than your shadow
Oh, I'm jealous of the wind

'Cause I wished you the best of
All this world could give
And I told you when you left me
There's nothing to forgive
But I always thought you'd come back, tell me all you found was
Heartbreak and misery
It's hard for me to say, I'm jealous of the way
You're happy without me

I'm jealous of the nights
That I don't spend with you
I'm wondering who you lay next to
Oh, I'm jealous of the nights
I'm jealous of the love
Love that was in here
Gone for someone else to share
Oh, I'm jealous of the love

'Cause I wished you the best of
All this world could give
And I told you when you left me
There's nothing to forgive
But I always thought you'd come back, tell me all you found was
Heartbreak and misery
It's hard for me to say, I'm jealous of the way
You're happy without me🎵

Selama lagu itu terputar, Rey hanya bisa memejamkan matanya menghayati segala arti tersirat di setiap bait liriknya.

"Sudah sangat jelas, dan tak perlu di perjelas lagi. Karena seharusnya kamu tahu apa yang aku rasakan. Dan seharusnya kamu memahami. Sudahlah, aku tak bisa berharap lebih. Cukup dengan melihatmu tersenyum aku sudah bahagia. Walaupun di sisi lain, ini sangat menyiksa ketika menyadari alasan dari senyumanmu bukanlah aku."

■■■

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang