[27] Abstract

655 37 0
                                    

Saat Kania hendak menarik tangan Sandra, tiba-tiba getaran dari dalam sakunya membuat gerakannya terhenti.

Sebuah nama yang tadi baru saja dia kirimkan pesan terpampang jelas di layar.

"Kurang jelas tah pesan dari gue sampe harus nelpon lagi," batin Kania.

"Apa?" Nada ketus Kania lontarkan kepada sang penelpon. Kania sudah cukup lelah melakukan hal-hal yang lelaki itu perintah.

"Gak usah kesana. Lo pulang aja. Dan kasih kotak ke-dua."

"Hm," Kania berdehem sambil melirik sekilas ke arah Sandra yang ternyata sedang menatap curiga.

Kania sedikit melangkah menjauh dan memastikan bahwa Sandra tak dapat mendengar perbincangannya dengan sang penelpon.

"Lo gila, ya. Kadang suka gak mikir. Kalo gue yang ngasih berarti Sandra tau dong itu perbuatan gue," lanjut Kania.

"Gue gak mau tau," ujar sang penelpon dengan penuh penekanan pada setiap katanya.

"Sampe lo gak bantuin gue setelah ini, siap-siap gue buat lo jadi gila." Kania mematikan telponnya dengan kesal. Dan kembali mendekati Sandra lalu mengajaknya pulang.

■■■

Kania telah berdiri di depan pintu kamar Sandra. Tangannya menggenggam sebuah kotak berukuran kecil. Tangan mulus itu mulai tergerak untuk mengetuk pintu, tetapi sekilas bayangan akan sesuatu yang mungkin terjadi membuat niatannya mengetuk pintu diurungkan.

Dengan hembusan napas berat, Kania berbalik dan memutuskan kembali ke kamarnya.

Pikirannya kini sedang sangat tak teratur. Kania di hadapkan oleh dua pilihan, pilihan yang sangat menyulitkan.

Setelah menimbang-nimbang berbagai kemungkinan, akhirnya keputusan Kania jatuh pada pilihan yang setelah ini akan segera Kania jalankan.

Kania mengambil handphone-nya yang tergeletak di atas nakas. Membuka aplikasi Instagram dan menuju bagian penelusuran untuk mencari akun Instagram seseorang.

Setelah mengeluarkan jurus stalking yang dia punya, akhirnya Kania mendapatkan apa yang di inginkan.

"Okey, ternyata bener mereka saudaraan." Kania meneliti setiap bagian foto yang ada di akun tersebut.

Berganti ke foto lain dan menemukan sebuah foto yang membuatnya senang bukan main.

"Yass!! Ini mirip banget sama foto kemaren," ujar Kania cukup keras sangking bersemangatnya.

■■■

Bel rumah berdenting menandakan ada tamu yang datang. Bel terus berbunyi yang berarti tak ada seisi rumah yang membuka pintu.

Dengan diiringi decakan, Sandra keluar dari kamarnya dan berniat membuka pintu. Namun, saat dia telah berada di ambang tangga, suara bel itu telah berhenti. Tapi untuk memastikan, Sandra tetap berjalan menuju pintu.

"Woy Kania, lo denger gak sih kalo dari tadi bel itu bunyi?" kata Sandra ketika dia melihat Kania sedang bersantai di ruang tamu sambil bermain macbook.

Kania melirik sekilas ke arah Sandra lalu kembali terfokus ke macbook kesayangannya.

"Denger. Tapi gue mager." Dengan santai Kania menyahut tanpa memalingkan wajahnya.

"Tambah gila." Sandra berjalan sambil geleng-geleng tak percaya akan kelakuan Kania yang makin menjadi setiap harinya.

Pintu telah terbuka. Namun, tak ada seorang pun di sana. Hanya ada sebuah kotak kecil yang dibiarkan tergeletak di atas lantai marmer.

Dengan sedikit berjongkok Sandra mengambil kotak kecil itu dan segera membuka tutupnya.

Lagi-lagi sebuah sobekan foto yang sangat sulit Sandra mengerti. Di baliknya kini tertulis huruf  N-U. Ya, hanya dua huruf.

Di sobekan foto itu hanya terlihat bagian kaki milik seseorang yang sedang menggunakan sneakers. Sandra berusaha menerka siapakah orang di balik foto berteka-teki ini. Yang jelas, ini adalah seorang laki-laki.

"Random banget sih orang yang ngirim ini." Sandra teringat akan kotak kecil yang sebelumnya pernah dia terima pula.

Sandra berlari menuju kamarnya dan mencari kotak kecil itu.

Sementara itu, Kania yang telah melihat kejadian itu tersenyum penuh arti. Dan dalam hatinya dia terus berdoa agar semua ini dapat berjalan sesuai rencana.

Setelah menemukan kotak yang dicari, Sandra mengeluarkan sobekan foto di dalamnya dan menaruh di atas meja begitu pula sobekan foto yang baru tadi dia dapatkan.

Sangat sulit untuk mengetahui siapakah orang itu karena hanya terlihat rambut dan juga sepatu. Ayolah, yang Sandra butuhkan hanyalah wajahnya.

Sandra mengetuk-ngetuk meja bertanda bahwa kini dia sedang berpikir keras.

"Sok ganteng banget nih orang sampe gak mau nunjukin mukanya."

"Okey," Sandra membalik kedua sobekan kertas dan terlihat huruf P-E dan N-U di atasnya. Dia terdiam sejenak berusaha mencerna makna di balik huruf itu, tapi sesaat setelahnya, "agh ... apaan sih gak jelas banget."

■■■

You have to learn the rules of the game
And then, you have to play better
then anyone else

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang