[19] Flashback

806 46 3
                                    

"Lo mau di situ aja? Gak mau ke sekolah? Udah mau telat nih." Sandra yang sudah terlebih dahulu menaiki mobil bersama Rey membuka kaca lebar-lebar agar dapat melihat raut wajah kesal Kania dengan jelas.

Di luar sana, Kania sedang melipat kedua tangannya di depan dada sambil berdiri sekitar dua langkah dari pintu mobil.

"Ya, maulah. Tapi, masalahnya tempat yang lo dudukin itu tempat gue!! Jadi, lo pindah ke belakang sekarang juga!" kata Kania sambil membuka pintu mobil mengisyaratkan agar Sandra segera berpindah tempat.

"Lah, lo siapa? Emang ini kursi ada nama lo ya?" Sandra berpura-pura mencari tulisan 'Kania' pada bangku yang sedang ia duduki, "kayaknya gak ada deh. Jadi, jangan sok ngebos nyuruh-nyuruh gue."

"Wah Sandra sekarang kasar deh. Cewe yang dulunya selalu berkata ramah dan membantu orang lain kini sudah berubah ternyata. Coba sih jelasin kenapa peri yang satu ini bisa berubah?" Kania tersenyum tipis ketika melihat perubahan yang terjadi pada raut wajah Sandra.

"Oh, berubah karena ditinggal sama bundanya ya? Terus makin sedih lagi karena ditinggal Rey pergi?" ujar Kania sambil menatap lekat-lekat mata Sandra, "ditinggal bukannya jadi anak yang baik-baik eh, malah jadi nakal. Jadinya ya, ditinggal ayahnya juga deh."

Sandra yang mulai terpancing emosi beranjak dari duduknya dan melangkah keluar mobil. Berdiri tepat di depan Kania dan sedikit mendorong bahu Kania yang membuatnya sedikit terhuyung ke belakang.

"Coba lo mikir, sebenernya lo itu siapa sih?" Sandra berbicara dengan penekanan pada setiap katanya.

Emosinya meluap-luap namun, otaknya masih dapat berfungsi dengan baik sehingga Sandra dapat mengontrol tangannya agar tidak melayang ke wajah Kania.

Flaschback On

Dokter telah memastikan berulang kali detak jantung Ibunda Sandra dan akhirnya memberikan keputusan dengan berat hati bahwa Ibunda Sandra sudah tidak dapat lagi tertolong. Namun, untuk kesekian kalinya Sandra selalu memohon kepada sang dokter untuk terus mengembalikan nyawa sang Ibunda.

Sandra berdiri di tepi ranjang dengan tangisan yang tak kunjung mereda. Tubuhnya gemetar hebat hingga bersamaan dengan di tutupnya tubuh sang bunda yang telah terbujur kaku di atas ranjang, Sandra terjatuh dan seketika semua menggelap.

Satu jam kemudian, Sandra terbangun dan mendapati dirinya telah berada di atas kasur kamarnya. Sandra teringat akan kejadian menyeramkan yang ada dalam mimpinya.

Dia terus mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah sebuah mimpi buruk. Namun, kenyataan buruk melanda ketika suara sirene ambulans terdengar di kupingnya.

Dengan segera Sandra melompat dari atas kasur dan berlari menuju sumber bunyi. Dan tepat saat Sandra berada di ambang pintu, seorang yang terbalut kain putih terbaring kaku di atas sebuah tandu.

Hari itu rumah Sandra berangsur-angsur meramai. Satu persatu orang-orang itu memeluk Sandra dan memberikan kata-kata yang sekiranya dapat menenangkan Sandra walaupun kenyataanya sama sekali tidak berpengaruh.

Di selang tangisannya, Sandra mencari keberadaan ayahnya yang tak kunjung terlihat. Hati Sandra tiba-tiba memanas, ketika melihat ayahnya di ambang pintu bersama dengan seorang wanita berkacamata hitam.

Hati Sandra bukan lagi memanas melainkan sudah terbakar ketika sang ayah menghampirinya dan berkata, "Sandra mulai sekarang Dinda akan menjadi ibumu dan Kania adalah kakakmu. Bersikap baiklah kepada mereka."

Flashback Off

■■■

Do not look past with regrets,
nor look at the future with fear,
but look around you mindfully

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang