~Just A Words~

867 36 9
                                    

Matahari menyinari pagi dan kamu menyinari aku. Menyinari sukma terdalamku yang gelap tak berlampu.

Kamu datang ketika jurang luka di hatiku makin mendalam seakan tak ada lagi yang dapat mengobati. Tapi, kamu datang bagaikan obat luka yang siap menutup luka.

Ku akui, perih rasanya ketika obat itu tertetes di luka. Namun, semua seakan tak berarti karena kamulah yang mengobati.

Bunga-bunga di hatiku perlahan mulai bermekaran layaknya musim semi. Memang, bunga ini dulu pernah mekar. Namun, tak berselang lama bunga tersebut telah melayu karena sang pemilik tak pernah menyirami. Dan kini, bunga itu kembali bersemayam di hati.

Sungguh, aku tak kuasa menahan semu merah di pipiku. Seakan ada semburat cat berwana merah muda tertumpah di atasnya.

Hei, kamu. Sanggupkah kamu mengganti semua yang telah hilang? Sanggupkah kamu menjadi bunga-bunga yang indah untuk menghiasi taman hatiku?

Aku harap kamu sanggup, karena akulah yang telah melukai hatiku dengan sengaja agar kamu datang dan menjadi pengobat luka ini.

Aku harap kamu sanggup, karena sejak awal akulah yang tak menyiram bunga-bunga lama yang ku tanam. Aku selalu menganggap bahwa tak ada air yang dapat menyiramnya. Tapi, kalau untuk kamu, aku telah menyediakan muara sungai agar aku terus bisa menyiram bunga yang aku punya.

Iya, ini semua hanya karena kamu.

~Sandra & Rey~

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang