[25] Failed

624 38 3
                                    

Pagi-pagi sekali Rey telah siap dengan pakaiannya yang rapih. Mengendarai mobil sport putihnya menuju tempat yang memang setiap hari minggu selalu rutin dia kunjungi.

Tak tau untuk apa. Namun, Rey rasa itu adalah satu-satunya cara yang dapat dia lakukan untuk menghilangkan sedikit rasa takut yang menyelimuti dirinya.

Di perjalanan, Rey melihat jam yang melingkar di tangannya. Masih pukul 7 pagi, artinya masih ada satu jam lagi yang bisa dia gunakan untuk sekedar berkeliling menikmati sunyinya hari seperti hampanya hati yang sendiri tanpa di temani.

Rey memutuskan untuk pergi ke sebuah taman yang dulu sering sekali dia kunjungi dulu bersama Sandra dan juga David.

Sesampainya disana Rey dapat melihat perempuan dengan rambut tergerai sedang duduk bersama anak kecil di sebuah bangku. Dan dapat Rey pastikan bahwa dia adalah Sandra.

Rey terlebih dahulu mampir di sebuah toko es krim yang berada di sisi kanan taman. Melihat jam yang terbilang masih cukup pagi, Rey perlu berfikir dua kali untuk membelikan Sandra sebuah es krim. Oleh karena itu, Rey mengurungkan niatannya dan berpindah ke toko sebelah untuk membeli coklat panas.

Tak jauh dari bangku yang Sandra duduki, seorang anak kecil bertubuh mungil yang tadi duduk di samping Sandra berlalu pergi sambil melirik ke arah Rey dengan seulas senyum yang terlukis di bibir tipisnya.

Dari arah belakang Rey menempelkan segelas coklat panas di pipi Sandra.

"Wih ... anjir. Panas," teriak Sandra sambil mengusap-usap pipinya, "gila lo ya?" Sandra memutar tubuhnya dan melihat Rey yang tersenyum lebar.

"Sorry, sorry. Gue pikir ini cuma anget-anget gitu." Rey memutar bangku lalu duduk di samping Sandra dan meletakkan kedua coklat panas di sisinya yang kosong.

"Anget-anget tai ayam. Liat dong pipi gue jadi merah gini."

"Coba-coba sini gue liat." Rey menggeser tubuhnya merapat sehingga tak ada lagi jarak di antara keduanya.

Rey mengusap pipi Sandra dengan lembut, "gak ada kok." Sandra terpaku tak bisa mengelak. Pipinya yang semula memanas karena coklat panas kini telah berganti dengan semu merah yang timbul karena tersipu malu.

Adegan itu terus berlangsung sebelum akhirnya segerombolan anak kecil yang semula sedang bermain menghampiri mereka.

"Kakak, kakak ini lagi ngapain?" tanya seorang gadis kecil berkacamata yang kepalanya sedikit miring agar dia bisa melihat dengan jelas penampakan di depannya.

"Itu pipinya kenapa di pegangin gitu? Kan dia gak kemana-mana." Tambah anak kecil yang lain dengan sangat polos.

Dan yang lainpun ikut bersorak-sorai menanyakan apakah yang Rey dan Sandra lakukan.

Sandra dan Rey pun saling bertatapan tanpa sadar bahwa tangan Rey masih berada di atas pipi Sandra. Beberapa saat kemudian, Sandra yang telah sadar menghentakkan tangan Rey dan menangkup pipinya dengan kedua tangan untuk menutupi semburat merah yang mulai terasa menggelikan.

Di hujung taman, seseorang yang sebelumnya telah merencanakan semua ini mengepal tangannya penuh amarah.

Semua yang telah dirancang begitu matang kini hangus begitu saja. Dengan amarah yang masih meluap-luap, orang itu mengambil handphone dari dalam sakunya.

"Gak becus banget sih. Gimana gue mau bantuin lo, kalo kayak gini aja lo gak bisa."

"Apasih, jelas gue udah ajak Sandra ke taman."

"Iya, Sandra emang di taman. Tapi kenapa dia bisa sama Rey?"

"Demi apa ada Rey? Bukannya kata lo Rey bakal ada di tempat yang lo bilang."

Karena kesal, orang itu mematikan telpon dengan sepihak.

■■■

Sampai tangis tak lagi dapat terbendung.
Hingga teriak namun, tak lagi bersuara.
Sebegitu perihnya dan sangat dalam lukanya.

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang