[20] Confused

869 39 0
                                    

Selama perjalanan menuju sekolah tak banyak yang bersuara. Hanya sesekali Sandra mengeluarkan suara berupa keluhan-keluhan akan tingkah Kania yang menjengkelkan.

Setelah mereka sampai dan Rey telah memarkirkan mobilnya dengan sempurna di pelataran parkir. Rey sudah terlebih dahulu turun dari mobil dan menyisakan Sandra serta Kania di dalamnya.

Kania berbalik menghadap bangku penumpang bagian belakang lalu berkata, "jangan sampe ada yang tau kalau kita tinggal satu rumah apalagi tau kalo kita saudaraan. Gue gak mau temen-temen gue pada ngejauh karena gue saudaraan sama anak cupu kayak lo."

Sandra memejamkan mata jengah dan dengan sigap Sandra mencekal rahang Kania cukup kuat.

"Gak usah bacot. Gue kayak gini, karena lo yang nyuruh. Dan asal lo tau gue juga ogah ngakuin lo sebagai sodara gue!!" Sandra melepas tangannya dari rahang Kania dan segera keluar dari mobil yang mulai terasa pengap.

Kania memegang rahangnya yang terasa kaku setelah di cekal oleh Sandra.

"Kita liat aja, siapa yang bakal kalah di game kali ini." Kania tersenyum jahat sambil memandangi punggung Sandra yang berangsur menjauh.

■■■

Kania telah duduk dengan sempurna di atas bangkunya. Dia terus berfikir tentang cara yang dapat membuat Sandra tersingkir dari kehidupannya.

Sebenernya ada saja cara agar Sandra tersingkir dengan mudah. Namun, Kania ingin semua berjalan seakan ini bukan lah perbuatannya.

Terlalu larut akan pikirannya, Kania sampai tak menyadari bahwa bel masuk telah berbunyi dan guru telah datang bersama dengan seorang murid baru.

"Woy, minggir dong gue mau lewat." Bentakan itu membuat Kania tersadar dari lamunannya. Dengan tatapan kesal Kania menatap ke arah sumber suara.

"Lah lo siapa nyuruh gue minggir," sahut Kania.

"Gue disuruh duduk disini, makanya kuping itu dipake jangan jadi cantelan doang."

"Kok lo ngotot sih?" Kania bangun dari duduknya dengan kasar sampai-sampai menimbulkan suara kasar dari mejanya yang tergeser.

"Kania! Ada apa? Kenapa kamu menimbulkan kegaduhan saat pelajaran?"

"Dia ini, pak. Tiba-tiba ngusir saya." Kania menunjuk laki-laki yang ada di sampingnya.

"Bapak yang menyuruh dia duduk di samping kamu, Kania."

Kania berdecak geram. Karena tempat duduknya yang berada di pojok dan dekat dengan dinding membuat dirinya selalu kerepotan bila teman sebangkunya ingin duduk.

"So, lo yang namanya Kania?" Kalimat yang terlontar dari mulut si murid baru membuat Kania menoleh.

"Nama gue, David. Mungkin ke depannya kita bisa jadi partner." Keduanya saling bertatapan.

■■■

Sementara itu, di kelas 12 IPA 2 Sandra tak henti-hentinya menyumpah serapah Kania yang telah membuat harinya menjadi kacau.

Rey yang berada di sebelah Sandra hanya bisa geleng-geleng kepala akan mulut Sandra yang tak kunjung lelah berkomat-kamit.

Hingga bel istirahat pun tiba, Sandra beranjak dari duduknya dengan tetap mengebrak meja dengan cukup kuat membuat seisi kelas menatap Sandra dengan tatapan bingung.

"Mampus, mampus. Kan gue masih jadi anak culun," gumam Sandra dalam hati.

"Gila gua rasa lo ini. Dari tadi marah-marah mulu." Rey menepuk-nepuk puncak kepala Sandra dengan lembut. Layaknya hewan peliharaan, Sandra langsung terdiam dan mendongakkan sedikit kepalanya untuk melihat wajah Rey.

"Anak pinter." Sekali lagi Rey membuat Sandra salah tingkah. Dengan tidak merasa bersalah sedikitpun setelah mencubit pipi Sandra dengan diiringi senyum manis nan menawan, Rey berlalu pergi keluar kelas.

"Ekhm ... kayaknya ada yang lagi seneng nih," kata Chika yang tiba-tiba datang dengan alis yang di naik-turunkan.

Chika menggeser tubuhnya sedikit lebih mendekat ke arah Sandra dan berbisik, "kalo nyamar jangan setengah-setengah, San. Mana ada anak culun yang gebrak meja." Chika berbisik dengan diiringi kikikan kecil.

Sandra yang mendengarkannya pun hanya bisa memasang muka memelas. Sandra melirik salah satu tangan Chika sedang memegang sebuah kotak berukuran kecil.

"Mau ngasih kado ke siapa, Chik?" tanya Sandra penasaran.

"Oh iya, hampir lupa. Ini tadi ada yang nitip buat kasih ke lo. Kata orang yang ngasih bukanya di rumah aja."

"Emang ini dari siapa?"

"Gue buru-buru nih. Duluan ya." Chika berlalu pergi meninggalkan Sandra yang masih berdiri dengan diselimuti kebingungan.

■■■

Much sadness arises
because of confusion
and
things that are not
deliberately said.

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang