[10] Me And You

1.4K 128 21
                                    

Album bersampul putih yang tadi Rey berikan kepada Sandra, hanya tergeletak asal di atas karpet berbulu yang ada di kamar Sandra.

Ada rasa penasaran yang timbul di benak Sandra, namun ego nya terus berkata, "ngapain lo baca album pemberian seseorang yang pergi saat lo terpuruk dan hanya meninggalkan teka-teki yang mungkin tidak akan lo pecahkan."

Sandra menggerutu kesal, antara hati dan ego tidak pernah sejalan. Yang satu ingin ke kanan, satu lagi ingin ke kiri. Apasih mau mereka ini, bisakah sekali saja mereka berdamai agar sang pemilik hati dan ego ini tidak perlu repot memilih.

Setelah melewati gejolak hati yang cukup panjang, Sandra memutuskan untuk membuka selembar saja isi dari album tersebut. Ingat, hanya selembar. Hanya ingin melihat apa yang ada di lembaran pertama dan tidak akan membuka lembaran ke-dua. Karena biasanya lembaran pertama mewakili lembaran lainnya, bukankah begitu?

Sandra duduk bersila diatas karpet berbulu dan mengambil album yang tergeletak tadi.

"Oke, cuma selembar." Sandra menarik nafas sejanak dan perlahan mulai membuka cover album bersampul putih itu.

Dilembaran pertama, terlihat foto seorang gadis yang sedang berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Di bawah foto tersebut terdapat sebuah note, "Goodbyes are not forever. Goodbyes are not the end. They simply mean i'll miss you, until we meet again."

Lembaran pertama itu cukup membuat hati Sandra berdenyut nyeri, Rey selalu saja membuat kenangan masa lalu yang kelam itu kembali tergali.

Rasa penasaran Sandra kian membesar mengalahkan niatan awalnya. Sandra mulai membuka dan membaca note di tiap lembaran. Lembar kian lembar perlahan membuat mata Sandra berkaca-kaca. Hingga di lembaran terakhir, Sandra tak sanggup lagi menahan air matanya.

■■■

Ke-esokan harinya, sekitar jam 6 lewat 20 menit Sandra sudah siap dengan penampilan yang terkesan buru-buru. Sebelum Sandra menaiki motornya, dia mengeluarkan handphone dari sakunya dan membuka aplikasi chat untuk mengirim pesan ke seseorang.

"10 menit lagi, Gua tunggu di taman belakang sekolah."

Setelah mengirim pesan tersebut, Sandra langsung menstarter motornya dan melaju dengan kecepatan normal. Tidak sampai 10 menit, Sandra sudah sampai di pelataran parkir SMA Harapan. Saat ini sekolah masih sangat sepi, hanya ada beberapa orang yang mungkin sedang mendapat jadwal piket.

Sandra berjalan santai menuju taman sekolah. Tentu saja Sandra tidak memamerkan wajahnya yang bisa terbilang di atas rata-rata, Sandra menggunakan jaket over size dan menutup kepalanya menggunakan tudung kepala.

Sandra tersenyum manis ketika melihat orang yang dia tunggu sudah datang terlebih dahulu. Orang itu duduk membelakangi Sandra dan terlihat seperti dia sedang menatap lurus ke depan.

Dari kejauhan pesona lelaki tersebut dapat terpancar dan dirasakan oleh Sandra yang membuat wanita ini berniat untuk memeluknya dengan erat. Perut Sandra terasa geli seperti ada kupu-kupu terbang yang sukses membuat wajahnya berbinar. Hanya tinggal 3 langkah lagi dan Sandra akan bisa memeluk lelaki yang dulu dan mungkin sekarang masih menjadi idamannya. Namun, sedetik kemudian lelaki tersebut membalikkan badannya dan seketika pula membuat Sandra buru-buru mengubah ekpresi wajahnya.

"Cih, kirain lo gak bakal dateng. Ya secara lo pergi aja gak bilang-bilang." Sandra berjalan memutar bangku dan duduk di pinggir lain dari bangku.

"Jadi, lo mau ngajak baikan? Wah, gue sih emang ngerti kalo lo gak bisa lama-lama marah sama gue." Rey menaik turunkan alisnya menggoda.

"Ye, pede amat." Sandra menyerongkan badannya sedikit. "Ekhm ... btw, kok lo bisa dapet semua foto itu? Padahal semenjak hari itu gue gak pernah ngeliat lo."

"Bisa dong, siapa dulu Adrian Reynand gitu loh. So, kita bakal perbaiki semuanya kan?" Rey tersenyum hangat kepada Sandra.

"Ya, tergantung."

"Tergantung mah mati, San."

"Garing, ew."

"Udah-udah sini, kangen kan?" Rey mengulurkan kedua tangannya. "Sok malu-malu deh." Melihat Sandra yang tak kunjung memelukkan, Akhirnya Rey mendekat dan memeluk Sandra erat.

Hangat. Sudah lama Sandra tidak merasakan kehangatan dari pelukan Rey. Begitu menenangkan dan menyenangkan.

Sandra menaruh kepalanya di atas pundak gagah Rey, dia memiringkan kepalanya dan berbisik, "Asal lo tau, Rey. Melepaskan yang hampir tergenggam bukanlah hal yang mudah. Dan tidak akan pernah menjadi mudah."

Rey tersenyum sumringah mendengar bisikan Sandra, lalu ia melepaskan pelukannya dan berkata, "Berarti kemana-mana kita harus pegangan tangan nih, gak boleh lepas? Oke, aku akan selalu menggenggam tangan ratuku dan akan kubawa menuju singgasanaku." Sandra menggenggam tangan Sandra dan membuat gadis tomboi itu tersipu malu.

Seketika, dunia terasa milik mereka berdua yang lain hanya nge-kos.

Namun, mereka tidak menyadari bahwa sedari tadi ada seseorang yang melihat semua kejadian ini.

"Udah berani main di belakang ternyata. Let's start the game, dear." Orang yang bersembunyi di balik dinding pembantas tersebut tersenyum licik.

■■■

Life is the art of drawing
Without an eraser

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang