[13] White Lie

1.1K 85 9
                                    

Saat bel pulang berbunyi, Rey langsung menghampiri Sandra yang sepertinya masih setia berada di UKS. Tak lupa pula dia membawakan tas Sandra, karena hingga pelajaran berakhir Sandra tak kunjung kembali ke kelas.

Dan benar saja, di dalam UKS Sandra masih tertidur lelap di atas ranjang.

"Kebo banget sih. Gak pegel tuh mata merem daritadi." Rey berjalan menghampiri Sandra sambil menggelengkan kepalanya tak percaya.

Setibanya di samping ranjang, Rey dapat melihat dengan jelas wajah cantik Sandra yang dari dulu tidak pernah pudar sedikitpun. Rey tersenyum lalu mengelus puncak kepala Sandra secara perlahan.

"San, bangun udah pulang." Rey mengguncang badan Sandra secara perlahan.

Sandra menggeliat, namun matanya tak kunjung terbuka. Rey yang melihat Sandra tak juga bangun dari tidurnya ikut pusing sendiri. Tidak mungkin dia pulang dan membiarkan Sandra tertidur disini. Hati Rey pasti tidak tenang memikirkan gadisnya tertidur sendirian di sekolah yang sudah berangsur sepi.

Setelah berfikir sejenak, akhirnya Rey mendapatkan sebuah ide. Sebelum Rey melakukan aksinya, Rey terlebih dahulu memastikan keadaan di luar UKS. Tampak masih cukup ramai siswa-siswa SMA Harapan yang berlalu lalang.

Rey kembali berpikir keras. Bagaimana bisa dia melewati ini? Bagaimana bila nanti Kania tahu? Bagaimana bila banyak yang beranggapan aneh tentang Sandra? Sungguh muak bila harus mendengarkan desas-desus tidak enak dari warga sekolah. Harus ada sesuatu yang membuat orang di luar sana tidak mengetahui siapa wanita yang bersama Rey.

"Masa iya make seprai putih ini. Ntar gue dikira bawa pocong, kan gak lucu," ujar Rey dengan nada bingung.

Tiba-tiba Rey teringat kejadian tadi pagi saat Sandra mengajaknya bertemu di taman. Di saat itu Sandra menggunakan jaket. Rey buru-buru membuka tas Sandra dan mengambil jaket yang ada di dalamnya. Mengibaskan jaket tersebut untuk memastikan debu-debu pergi dan tak akan membuat sang putri tidur terganggu.

Perlahan Rey menaruh jaket tersebut keatas wajah Sandra sambil berujar, "sorry, san. Bukannya apa ini mah, demi kebaikan bersama. Kalo lo bangun pasti lo ngamuk," ujar Rey dengan diiringi kikihan geli

Tangan kanan Rey mengangkat kepala Sandra dan secara pasti turun ke arah punggung. Dan tangan lainnya dia taruh di bagian bawah lutut Sandra. Perlahan tapi pasti Rey mengangkat Sandra dan menggendongnya ala bridal style.

Rey mendorong pintu UKS menggunakan badan bagian belakangnya dan berjalan ke arah pelataran parkir dengan tetap menggendong Sandra yang ternyata cukup membuatnya kewalahan.

■■■

Sandra terbangun dari tidurnya dan tak melihat apa-apa kecuali kegelapan.

"Eh, apaan nih kok gelep." Sandra berguman dalam hati. Sandra merasakan bahwa tubuhnya sedang digotong oleh seseorang. Terlintas di benak Sandra bahwa dia sedang di culik dan akan dibawa ke hutan belantara yang tidak berpenghuni.

"Ah masa iya penculik gendongnya nyantai gini, kalo di tv gendongnya kan gupek." Sandra berusaha tenang dan mempersiapkan diri untuk bertindak apabila sang pelaku ini berani macam-macam.

Tiba-tiba Sandra mendengar suara berat dari seorang lelaki yang sedang menggendongnya.

"Woy, sini bentar. Tolong bukain pintu mobil gue, ambil kunci mobilnya di dalem tas." Dengan suara khas, lelaki itu memanggil seseorang yang berada di sekitarnya.

Deg

Sandra tau persis sang pemilik suara. Sandra tau siapa yang sedang menggendongnya. Sandra tau pelakunya, dia adalah Rey. Jantung Sandra berdegup tak karuan. Ah, bagaimana ini?

"Gimana nih? Ih, jantung diem dulu si jangan jedam-jedum." Dibalik jaket yang menutupi wajahnya, Sandra menggigit bibirnya gugup.

Menit berikutnya Sandra merasakan tubuhnya tak lagi ada di gendongan Rey. Dan beberapa detik setelahnya cahaya matahari menusuk-nusuk kelopak matanya. Sandra mengerutkan matanya, lalu sedikit membuka matanya berniat untuk mengintip.

Dari celah matanya yang terbuka Sandra dapat melihat Rey yang sedang berbicara dengan satpam sekolah. Sempat tercengang dengan hal yang baru saja terjadi membuat Sandra tidak menyadari bahwa Rey sudah berjalan ke arah mobil dan tersenyum kepada Sandra.

"Eh, kok dia senyum. Gue ketauan ngintip?" Buru-buru Sandra menutup kembali matanya rapat-rapat.

Klick

Pintu mobil bagian kemudi terbuka dan sepertinya Rey sudah duduk manis di atas kursi kemudi.

"Haha, gak usah sok tidur deh." Rey terkekeh geli melihat Sandra yang berpura-pura masih tertidur.

"Mampus." Sandra menggerutu dalam hati. Untuk mengurangi rasa malu, Sandra berlagak seperti orang yang terganggu tidurnya. Menggeliat ke kanan-kiri dan membuka mata sambil menguap.

"Loh, kok gue bisa di mobil lo?" Sandra memasang muka sok kaget berharap Rey akan percaya. Namun, reaksi yang ditunjukkan Rey tidak sesuai dengan harapan. Rey justru menunjukkan wajah menahan tawa.

"Bukannya tadi gue di UKS," ujar Sandra mencoba untuk meyakinkan Rey. Dan hasilnya justru Rey tertawa terbahak-bahak seperti orang tidak waras.

Di sela tawanya, Rey berkata, "Lucu banget sih." Lalu kembali meneruskan tawanya tanpa memperdulikan Sandra yang sudah memasang muka cemberut.

Rey menghentikan tawanya dan tersenyum teduh ke arah Sandra. Senyum yang mampu mengikat setiap perempuan yang melihatnya. Bahkan Sandra juga mengakui bahwa senyuman Rey ibaratkan umpan di pancingan yang membuat setiap ikan yang melihatnya akan terpikat.

"Lo makin imut kalo cemberut. Gue suka," Lagi-lagi dengan sejuta pesona yang Rey miliki dapat membuat hati Sandra melompat kesana kemari.

Jari tengah Sandra otomatis terangkat ketika Rey melanjutkan perkataannya,"tapi bohong."

■■■

You are like a camera.
Whenever i see you,
i'm going to smile

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang