[5] The Threat

1.8K 211 31
                                    

Kring ... kring ... kring

Bel istirahat pun berbunyi, seisi kelas berhamburan pergi dan menyisakan Rey dengan Sandra didalamnya.

Hening. Kalian tau kuburan? Mungkin suasana sepi kuburan hanya berbeda 11 12 dengan suasana sepi yang tercipta di antara Sandra dan Rey saat ini. Sampai 5 menit berlalu, mereka masih setia dengan keheningan itu. Dan 1 menit berikutnya keheningan terpecah karena terdengar suara beberapa perempuan yang sedang tertawa. Semakin lama, suara itu makin nyaring terdengar.

Sandra mengalihkan pandangannya keluar kelas dan menemukan Kania bersama teman-temannya sedang tertawa sambil berjalan masuk ke kelas 12 IPA 2. Sandra langsung berfikir bahwa Kania ingin menghampirinya.

Namun, sesampainya Kania and the gengs di depan meja Sandra, Kania langsung menarik baju Sandra dan menyuruh Sandra untuk pindah ke meja lain agar Kania bisa duduk di samping Rey. Sandra cukup kaget setelah melihat kania memeluk bahu Rey dengan erat.

"Rey, kok kamu gak nyusulin aku ke kantin sih. Aku udah nungguin kamu dari tadi. Pas aku samperin kesini, eh kamunya malah lagi berduan sama cewek cupu ini." Kania melirik kearah Sandra tanpa melepas pelukannya, seakan-akan menunjukkan kepada Sandra bahwa Rey adalah miliknya.

Sandra yang sedari tadi mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut Kania, makin dibuat terkejut karena ternyata Kania bicara dengan Rey menggunakan aku-kamu. Ada sebuah rasa yang tiba-tiba muncul ketika menyadari bahwa ada hubungan spesial di antara mereka.

"Apaan sih ... kenapa perasaan gue jadi kayak gini. Kenapa rasanya, sakit." Sandra membatin dalam hati.

Karena sudah cukup muak melihat kemesraan yang tak kunjung berhenti, Sandra memutuskan beranjak dari duduknya dan berniat pergi keluar kelas.

Dug

"Upss ... sorry, sengaja nih," ucap cewek berambut sebahu yang telah menghalangi jalan Sandra menggunakan kakinya dan membuat Sandra tersungkur.

"Cewek cupu kayak lo, duduknya didepan bukan dibelakang!"

"Lain kali, duduknya cari tempat lain deh. Jangan di samping Rey."

"Jangan kegatelan deh duduk disamping cowok orang."

Hinaan demi hinaan tak henti-hentinya dilontarkan oleh teman-teman Kania. Mereka tidak peduli dengan Sandra yang masih terduduk lesu dilantai sambil memegang lututnya yang sakit.

"Cukup!!" Rey membentak dan membuat Kania and the gengs seketika diam. Rey menghampiri Sandra dan langsung mengulurkan tangannya ke arah Sandra. Namun, sebelum tangan itu diraih oleh Sandra, Kania sudah lebih dulu menyambar bahu Rey dan menariknya secara paksa.

"Kamu mau bantu Sandra atau ke kantin sama aku ? Hm ... aku saranin sih kamu pilih bantu Sandra aja. Tapi, aku jamin Sandra bakal tau semuanya. Semua yang udah kamu sembunyiin selama ini dari dia." Setelah mengutarakan kalimat yang membuat Rey dan Sandra sama-sama mengernyitkan kening mereka, Kania berjalan menjauh sambil tersenyum licik.

Selangkah lagi keluar dari pintu kelas, Kania membalikkan badannya dan melihat Rey yang masih berdiri dengan wajah datarnya.

"Jadi kamu mau pilih yang mana, Rey?" Kania menyandarkan badannya di pintu sambil melipat tangan di depan dada.

"Aku hitung sampe tiga dan itungan ketiga kamu harus udah pilih salah satu. Satu ... Dua ... Ti ...."

"Argh ... fine." Rey mengacak rambutnya frustasi dan memutuskan untuk pergi ke kantin bersama Kania.

■■■

The most difficult in life
is the choice,
because every choice
there must be consequences

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang