[21] Gift

787 46 1
                                    

"Gimana, udah lo kasih?" tanya seorang siswa laki-laki kepada Chika yang baru saja menghampirinya.

"Udah. Lo ngapain sih sok misterius pake ngasih begituan. Kalo sampe ada apa-apa jangan ajak-ajak gue," cecar Chika kepada siswa laki-laki yang telah menyuruhnya untuk memberikan sebuah kotak misterius kepada Sandra.

"Tenang aja, semua aman terkendali." Setelah mengedipkan sebelah matanya kepada Chika, siswa itu berlalu pergi menjauh dari hadapan Chika.

Rasa bersalah perlahan mulai meracuni pikiran dan juga hati Chika. Berada di posisi seperti ini selalu membuatnya berada di ambang keraguan.

Keadaan selalu memaksanya untuk melakukan suatu hal yang seharusnya tidak dia lakukan.

■■■

Bel istirahat telah berbunyi 5 menit yang lalu dan Kania masih setia menunggu kedatangan Rey yang tak kunjung terlihat. 

"Ih Rey kemana sih kok lama banget. Kan kita mau ke kantin bareng." Kania menyilangkan kedua tanganya di depan dada sambil menghentak-hentakan kakinya di lantai.

Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan wajah yang tertutup cahaya matahari berjalan menghampiri Kania.

"Hallo Re-y." Wajah Kania berubah menjadi masam ketika laki-laki itu telah lolos dari silaunya cahaya matahari dan ternyata dia bukan lah orang yang Kania harapkan kedatangannya.

"Wah, lagi nungguin siapa sih partner gua satu ini?" David merangkul Kania dan membawanya dengan paksa berjalan menyusuri koridor.

Kania mencoba melepas rangkulan David dengan susah payah. Bukan karena banyak pasang mata yang mengarah ke mereka, melainkan karena rangkulan David perlahan mulai membuatnya sesak.

"Ih lepas. Susah napas nih gue." Kania memukul tangan David yang merangkul lehernya.

"Eh sorry, sorry. Kelabasan gue." David tertawa garing dan melepas rangkulannya.

"Lo sokap banget sih. Ngapain coba lo narik-narik gue kayak gini," ujar Kania sinis.

"Bentar lagi lo juga bakalan tau." David merentangkan tangan kanannya mengisyaratkan agar Kania berhenti.

Saat ini mereka berhenti di pintu masuk menuju taman belakang sekolah. Tempat yang terbilang sepi karena sebagian siswa SMA Harapan lebih memilih pergi ke kantin yang menyediakan berbagai santapan, dibandingkan hanya duduk di bangku taman sambil melihat dedaunan yang jatuh dari pohonnya.

Kania merupakan satu dari banyaknya siswa yang lebih memilih ke kantin. Namun, untuk saat ini ada suatu hal yang membuatnya tertarik untuk tetap berdiri disini.

"Lo gak perlu sakit hati ngeliat mereka berdua, karena gua jamin perlahan dia bakal berpaling," kata David.

"Lo juga gak perlu khawatir. Gue punya cara tersendiri untuk menyingkirkan dia," sahut Kania sambil menatap dua insan yang sedang duduk di bangku halaman sambil bercengkerama ria.

■■■

Sementara itu, Rey dan Sandra sedang duduk di bangku taman sambil sesekali tertawa bila salah satu di antara keduanya membuat jokes.

"Gue mau nanya deh," ucap Sandra sambil mengambil kotak kecil yang ada di sampingnya, "ini dari lo?" Lanjut Sandra sambil sedikit mengangkat kotak kecil yang dia genggam.

Rey mengerutkan dahinya seakan-akan bingung terhadap apa yang terjadi saat ini.

"Bukan. Emang itu isinya apa?" tanya Rey dengan nada penuh curiga.

"Gue juga gak tau isinya apa. Kata Chika, bukanya di rumah aja."

"Dari Chika?," Rey terdiam sejenak dan seketika beranjak, "San, gue duluan ya." Rey langsung berlenggang pergi meninggalkan Sandra yang dibuat bingung akan sikapnya.

■■■

I'm Broken but I'm Fine

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang