[17] Remembered

997 54 12
                                    

Sandra masih terisak di dalam dekapan David. Setiap kali ke tempat ini, Sandra selalu teringat dengan masa lalunya. Masa lalu yang membuat dirinya berubah. Membuat dirinya kini menjadi Sandra yang pembangkang.

Keinginannya untuk mecari pelaku yang membuat Bundannya pergi belum juga membuahkan hasil. Namun, Sandra tidak akan pernah menyerah. Tekadnya sudah bulat.

■■■

Sandra melepas dekapan David lalu menyeka bercak air mata di pipinya. Sandra membalikkan badannya untuk melihat kearah Rey yang berada di belakangnya.

"Lo gak mau nyapa Bunda dulu, Rey?"

"E-em, iy-ya. Ini baru mau nyapa." Rey melangkahkan kakinya dengan berat.

"H-hai, Tante Sarah. Apa kabar? Pasti Tante udah tenang di sana. Di sini Rey cuma bisa berdo'a untuk tante. Dan Rey juga bakal jagain Sandra selagi Rey bisa. Jadi Tante gak udah khawatir. Sandra bakal aman kok di sini sama Rey. E-em." Rey memalingkan pandanganya ke arah David yang memasang senyum miring lalu melanjutkan kembali percakapan satu pihak.

"Ada David juga, tan. Dia bakal bantuin Rey jagain Sandra kok."

Sandra tersenyum terharu mendengar perkataan Rey kepada  Bundanya yang sudah terkubur di bawah sana. Hatinya menghangat dengan setiap kata yang terlontar dari mulut Rey. Kata-kata itu sukses membuat Sandra merasa lebih tenang. Kebahagiaan Sandra semakin bertambah ketika menyadari bahwa kini David juga ada di dekatnya.

Sandra mengatur nafas sejanak lalu beranjak dari duduknya.

"Ayo kita pulang." Sandra menggandeng bahu Rey juga tangan David.

Rey dan juga David hanya bisa saling bertatap tajam. Tubuh Sandra yang lebih pendek dari Rey maupun David membuat keduanya dengan mudah bertatapan tanpa terhalangi oleh kepala Sandra.

Ketiganya menaiki mobil David yang terparkir di depan makam. Untuk beberapa saat, tak ada suara apa pun. Hening senyap.

"Rey, lo pulang duluan aja. Gue sama Sandra mau jalan-jalan dulu. Nanti agak malemam baru gue anterin dia pulang," kata David sambil merangkul Sandra yang tingginya hanya sebahu.

Rey melirik ke arah Sandra sambil menaikkan sebelah alisnya yang di balas anggukan antusias oleh Sandra.

"Iya, gue mau main dulu. Udah lama gak main sampe malem, sekali-kali gak papa kali ya. Kebetulankan lagi ada David yang nemenin."

"Baru aja nangis-nangis, udah berubah kayak gini lagi. Agak-agak emang." Rey menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Sandra itu benar-benar punya sifat perempuan yang mempunyai random mood. Beberapa menit yang lalu dia menangis meraung-raung dan kini dia tersenyum lebar layaknya Joker.

Sandra menyengir kuda lalu berkata, "Dari pada nangis mulu, bisa banjir nih tempat. Yang mau nguras airnya siapa coba kalo banjir? Kalo lo mau, yaudah gue terusin nangis nih."

"Yaudah terserah lo," tukas Rey dengan nada sebal. Dia langsung berlalu pergi mencari taxi untuk mengantarkannya ke rumah Sandra karena mobilnya yang masih tertinggal di sana.

Di dalam taxi, Rey langsung mengeluarkan handphone yang ada di dalam sakunya, lalu mencari nama seseorang untuk dikirimkan pesan.

Rey
Jaga dia. Sampe dia lecet sedikit aja, gue jamin idung lo besok ilang.

David
Haha tenang aja gue bakal jagain dia dan gak akan biarin dia mendapat kejadian yang sama seperti bundanya.


Setelah membaca balasan dari David, secara refleks Rey memukul kursi kemudi yang ada di sampingnya dan membuat supir taxi terlonjak kaget.

"Ada apa mas? Kok mas marah-marah. Saya gak berbuat salah loh." Supir taxi berkumis tipis itu melirik Rey lewat kaca spion dalam dengan memasang wajah bingung.

"Gak papa, tadi ada nyamuk jadi saya tepok biar mati." Rey mengambil handphone miliknya yang terjatuh ke bawah.

"Kasian handphone gue selalu menjadi korban kekerasan."

■■■

Sementara itu, di sebuah cafe bernuansa vintage yang di iringi oleh indahnya alunan piano. Sandra dan David duduk berhadapan sambil menyantap makanan yang mereka pesan.

"Kadang, gue kangen banget keluar malem kayak gini. Karena kalo keluar malem, gue bisa ngeliat bintang-bintang di langit yang mungkin salah satu di antaranya itu bunda." Sandra menghentikan makannya sejenak untuk sekedar bercerita kepada David.

"Tapi, gue juga sering berpikir kalau bunda masih ada pasti dia gak bakal suka gue jadi anak yang suka keluar malem, bandel, ngeselin, pokoknya kayak gue yang sekarang," ujar Sandra dengan di iringi hembusan napas.

"Tenang, San. Gue bakal bantuin lo buat cari tau siapa yang membuat bunda lo pergi." Secara tiba-tiba David melontarkan sebuah pernyataan yang membuat Sandra mengerutkan dahinya bingung.

"Maksud gue, dengan lo tau siapa pelakunya, mungkin lo bisa lebih tenang dan gak selalu keinget masa lalu yang akhirnya bikin lo sedih."

■■■

I just need a day off from reality,
just a day without people, problems,
and all the bullshit that runs through my mind

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang