[9] Album's

1.4K 150 27
                                    

Hari ini mungkin menjadi hari yang bahagia untuk beberapa orang dan salah satu diantaranya adalah Rey. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya Sandra tersenyum kembali dengannya setelah sekian lama Rey kehilangan senyum indah Sandra.

Bukan hanya itu saja yang membuat Rey bahagia, Rey juga merasa bahwa senyuman itu merupakan pertanda bahwa Sandra telah membuka pintu maafnya untuk Rey. Namun, semua angan itu runtuh ketika Sandra merubah ekspresi wajahnya menjadi wajah sangar.

"Ngapain lo senyum-senyum!!" Rey yang mendapat gertakan itu dibuat kaget. Seseorang yang baru saja tersenyum manis layaknya peri seketika telah berubah menjadi sangar layaknya singa.

"Ya kan lo duluan yang senyum sama gue." Rey berlagak seperti orang lugu yang sedang di bully.

Sandra langsung melangkah mendekat kearah Rey membuat senyum di bibir Rey kembali merekah.

"Minggir!! Gue senyum karena ngeliat piano, bukan karena ngeliat lo!!" Rey bergidik ngeri melihat Sandra yang sangarnya menyaingi singa yang diganggu tidurnya. Tidak mau membantah dan tak mau membuat singa kembali mengaung, Rey memilih beranjak dari tempat duduknya dan berpindah ke kursi yang ada di belakang microphone.

Sandra yang telah menduduki kursi piano ternyum sangat manis. Sudah lama sekali ia tidak memainkan jari-jari indahnya diatas tuts piano.

Jari-jemari Sandra mulai menari lincah diatas tuts piano dan menghasilkan nada-nada yang indah untuk didengar.

■■■

Setelah melepas rindu dengan piano, Sandra menghembuskan nafas pelan dan berbalik agar dia bisa berhadapan dengan Rey.

"Oke, langsung aja ke intinya." Sandra melipat kedua tangannya di depan dada.

Rey mendekat ke arah Sandra sambil membawa kursi yang didudukinya.

Jarak dari piano dengan microphone menghabiskan sekitar 10 langkah, namun Rey harus memberhentikan langkah ke-5 nya agar Sandra tidak merasa risih bila berada terlalu dekat dengannya.

"Eh ... siapa yang nyuruh lo pindah ? Mundur 5 langkah." Dan dugaan Rey terbukti. Mau tidak mau, Rey harus bersedia dengan lapang dada kembali mundur 5 langkah.

Setelah 5 lengkah terlewati, Rey menyadari bahwa sekarang dia kembali ke tempat awal yaitu di belakang microphone.

"Yaelah, ini mah gue balik lagi ketempat awal. Masa kita kayak musuhan sih ngomongnya jauh-jauhan." Rey mendengus sebal sambil memasang muka melas.

"Ya, kita kan memang musuhan. Cepetan gue gak punya banyak waktu. Ceritain sedetail-detailnya." Sepertinya Sandra tidak bisa berkata dengan santai apabila sedang berbicara dengan Rey.

Tiba-tiba detak jantung Rey berpacu dengan cepat. Menceritakan semuanya dari awal membuat Rey merasa makin bersalah. Bukan hanya karena telah meninggalkan Sandra, melainkan ada hal lain yang membuat rasa bersalahnya bertambah berkali-kali lipat.

"Oke, semua ini berawal di hari itu." Rey menarik nafas sejenak sebelum meneruskan ceritanya, "hari di mana Tante Sarah ...."

"STOP!! Gue cuma mau denger kenapa lo ninggalin gue, bukan malah dengerin cerita itu." Sandra menghentakkan kakinya kelantai hingga menimbulkan suara dug seperti bedug yang sedang dipukul.

"Sandra, lo harus dengerin dulu. Akan lebih mudah lo pahami kalau gua cerita semua dari awal." Saut Rey menanggapi Sandra berharap perempuan berambut hitam legam itu mau mendengarkan penjelasannya.

"Basi tau gak! Lo nyuruh gua ke sini cuma mau buat gue sedih dan kepikaran tentang hal itu ? Tega lo ya!" Ketus Sandra.

Rey mulai frustrasi, Rey mengambil sebuah album dari tasnya. Rey beranjak dari duduknya dan menaruh album tersebut di pangkuan Sandra.

"Daripada gue cerita, lebih baik lo baca ini. Gue harap setelah lo baca ini, lo bisa paham dan ngertiin gue kenapa saat itu gue ninggalin lo. Asal lo tau, gak ada niatan sedikit pun buat gue ninggalin lo." Rey tersenyum pahit ke arah Sandra yang juga menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, berkaca-kaca namun ada pula sorot kemarahan.

"Gue duluan ya." Rey meninggalkan Sandra sendirian di dalam studio. Sandra menatap punggung Rey sampai benar-benar menghilang dari pengelihatannya. Setelah tak terlihat lagi, Sandra mengalihkan pandangannya ke arah album yang ada di pangkuannya.

■■■

When i first meet you, I honestly didn't know
You were gonna be this important to me

VeranderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang