Part 7-2

3.6K 513 12
                                    

"Seulgi-ah. Apa kau kembali lagi dengan Park Jimin?" tanya ibunya ketika Seulgi memasuki dapur. Ibu Seulgi memang sedang memasak dan menyiapkan makan malam di sana.

"Tidak, Eomma. Jimin akan membantuku soal kasus Jisoo." jawab Seulgi sambil membuatkan minuman sirup untuk Jimin.

"Ah begitu. Eomma pikir kau akan berpacaran dengannya lagi. Sebenarnya Eomma paling menyukai Jimin di antara semua pacarmu. Kau tau, dia seperti menantu idaman." ucap ibu Seulgi agak menggoda.

Seulgi tersenyum. Sedikit malu.

"Eomma bicara apa sih? Aku dan Jimin tidak akan mungkin bersama lagi."

"Kenapa? Apa karena hal yang dulu? Sudahlah, Seulgi. Kau harus melupakannya dan berdamai dengan dirimu sendiri. Kau juga harus bahagia kan?" nasihat ibu Seulgi.

"Sudahlah. Aku tidak mau membicarakan hal itu." ucap Seulgi bersamaan dengan minuman yang sudah selesai ia buat. Ibu Seulgi akhirnya hanya bisa memaklumi anak perempuannya itu.

Seulgi pun langsung berjalan meninggalkan ibunya di dapur kembali ke kamarnya membawa minuman tersebut.

CKLEK

"HUH, Kau mengejutkanku, Park Jimin!" ucap Seulgi yang hampir terlonjak karena Jimin berada di depan pintu saat Seulgi membukanya.

Jimin segera mengambil nampan yang Seulgi bawa dan meletakkannya ke meja yang ada di sana.

"Kau tak perlu repot-repot." ucap Jimin singkat.

"Apa yang kau lakukan di depan pintu?" tanya Seulgi sambil berjalan ke arah kasurnya. Jimin kini berdiri bersandar di depan meja belajar milik Seulgi sambil melipat kedua tangannya di dada. Seulgi yang kini duduk di tepi kasur menjadi berada tepat beberapa meter di depannya berdiri.

"Aku? Aku menguping pembicaraanmu dengan ibumu." jawab Jimin jujur yang langsung membuat mata Seulgi membesar.

"Ah, ya. Aku memang menantu idaman." ucap Jimin sambil tersenyum bangga.

Seulgi tertawa tak percaya mendengar kepedean Jimin.

"Sepertinya aku sudah mendapat restu dari ibumu." lanjut Jimin. Ia tersenyum miring dan berjalan menghampiri Seulgi.

Ah, Jimin mulai lagi.

Jimin lagi-lagi menatap Seulgi dengan intens. Tajam dan membius. Namun Seulgi hanya terdiam menunggu apa yang akan Jimin lakukan. Saking seringnya ditatap seperti itu oleh Jimin, membuat Seulgi merasa tak terintimidasi seperti sebelumnya. Jantungnya juga tidak berdetak kencang. Ia bisa mengontrolnya sekarang.

Jimin semakin mendekat.

"Kau tau, Jimin. Kau sudah beberapa kali menatapku seperti itu. Sampai tanpa aku sadari, hal itu menjadi terasa biasa. Aku tidak takut lagi dengan tatapanmu itu." ucap Seulgi balas menatap Jimin. Ia seolah menantang pria itu untuk menghampirinya dan semakin mendekat padanya.

Jimin tersenyum miring.

"Benarkah? Apa kau sudah terbiasa?" tanya Jimin dengan nada santai. Ia kini berjalan semakin mendekat hingga sampai tepat di hadapan Seulgi. Seulgi yang tengah duduk tak seincipun berpindah. Sekarang wajahnya sejajar dengan dada Jimin.

Jimin sedikit membungkukkan badannya agar wajahnya sejajar dengan wajah Seulgi.

"Apa kau sudah terbiasa?" ulangnya sambil tersenyum. Agak nakal.

Seulgi mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Salah sekali ia mengatakan seperti tadi. Ia lupa kalau Jimin cukup gila jika dalam situasi seperti ini.

Dan bukannya merasa santai, jantung Seulgi malah mulai berdetak kencang. Padahal tadi dirinya merasa biasa saja, ia juga bisa mengendalikan detak jantung serta perubahan raut wajahnya. Tapi kenapa sekarang ia deg-degan lagi?

UnexplainedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang