Part 3

5.3K 627 21
                                    


***

Jimin menatapnya sebentar lalu mengunci pintu kamar mandi tersebut dari dalam setelah memastikan tak ada siapapun selain mereka di dalam sana.

Seulgi menatap Jimin bingung dan sedikit takut. Apa yang akan Jimin lakukan? Mengapa ia mengunci pintunya?

"Park Jimin, kau mau apa?" tanya Seulgi sedikit takut. Jimin berjalan mendekati Seulgi. Seulgi berjalan mundur seiring dengan langkah Jimin yang semakin mendekatinya.

Tatapan yang dilemparkan oleh Jimin membuat Seulgi merinding. Ia seperti sedang berhadapan dengan hantu. Tatapan Jimin juga sangat mengintimidasi. Saat dirinya sudah tidak bisa lagi mundur karena sudah mencapai tembok dan jaraknya dengan Jimin semakin dekat, Seulgi dapat mencium bau alkohol pada tubuh Jimin.

"Jimin, kau mabuk?"

"Tidak." jawab Jimin singkat sambil terus berjalan mendekat.

"Lalu kau mau apa? Mengapa kau seperti ini? Apa yang mau kau lakukan, Park Jimin?!" tanya Seulgi semakin panik.

Jimin kini sudah berhenti tepat di hadapan Seulgi. Jarak mereka tak sampai 50 centimeter. Jimin sangat dekat sehingga membuat Seulgi bisa merasakan nafasnya.

Seulgi menatap Jimin agak takut. Namun ia lebih bingung dengan apa yang akan dilakukan Jimin padanya.

Jimin tiba-tiba saja mencengkeram bahu Seulgi. Ia menatap Seulgi tepat di manik matanya dengan sedikit tajam.

"Kang Seulgi." panggilnya dengan suara agak berat. Seulgi terkesiap. Ia bahkan sempat menahan nafasnya.

Panggilan Jimin itu membekukannya. Tatapan Jimin padanya sekarang membuatnya tak bisa berkutik. Jantung Seulgi beredegup sangat kencang hingga mungkin Jimin dapat mendengarnya.

"Apa yang mau kau lakukan?" tanya Seulgi agak takut.

"Menurutmu apa?" tanya Jimin balik. Tatapannya tak bisa ditebak. Yang jelas Seulgi tau kalau Jimin habis meminum alkohol, dan ada kemungkinan dirinya sedang mabuk.

"Kau mabuk, Jimin." ucap Seulgi sambil berusaha melepaskan cengkraman Jimin di bahunya.

"Tidak. Aku tidak mabuk."

"Aku sepenuhnya sadar berjalan ke sini dan mengunci pintu. Aku juga sadar bahwa aku sedang berada di hadapanmu." ucap Jimin lagi. Sekarang ia melepaskan cengkraman tangannya pada bahu Seulgi tadi. Seulgi merasa sedikit lega.

"Lalu kau mau apa? Jika kau ingin bicara, kita bisa berbicara di luar. Jangan menakutiku seperti ini."

"Apa aku menakutimu?"

Jimin kini menumpukan tangan kanannya pada tembok tempat Seulgi bersandar. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Seulgi hingga jarak wajah mereka kini tak sampai sepuluh senti. Wajah Jimin benar-benar dekat sekali.

Seulgi menahan nafasnya lagi. Detak jantungnya pun semakin cepat dan berdegup kencang. Ia menelan ludahnya.

"Kau tau kan aku tidak mungkin menyakitimu?"

Mendengar ucapan Jimin, Seulgi menjadi sedikit berpikir. Benar juga. Jimin tak akan mungkin menyakitinya. Jadi untuk apa ia merasa takut.

"Seulgi-ah. Aku penasaran akan sesuatu." ucap Jimin sambil menatap Seulgi dengan intens. Melihat dari tatapan dan gerak-gerik Jimin, Seulgi mulai sadar apa yang ingin Jimin lakukan.

Ia semakin mendekatkan wajahnya membuat Seulgi hanya bisa membesarkan kedua matanya dan membeku ditempat. Tanpa sadar, tangan Seulgi mengepal kuat. Ia tak tau mengapa dirinya tak berani berontak. Padahal ia bisa saja mendorong Jimin kuat-kuat.

UnexplainedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang