Jimin menemani Seulgi membeli salep untuk mengobati beberapa luka baret di tangannya. Setelah mencuci tangan dan membenarkan rambutnya yang berantakan, Seulgi pun duduk di ruang tunggu rumah sakit dan Jimin duduk di sampingnya. Ia akan membantu Seulgi mengobati lukanya.
Jimin mengoleskan salep tersebut dengan telaten ke luka-luka yang ada di tangan Seulgi. Ia terlihat sangat hati-hati dan juga lembut. Seulgi hanya memandangi Jimin yang masih mengoleskan salep tersebut dengan pelan. Sebab luka baret di tangan Seulgi cukup banyak. Padahal lukanya yang terkena pisau waktu itu masih ada di sana meski kini hanya tertutup plester.
Jimin sendiri terlihat sangat serius. ia mengoleskan salep tersebut dengan cotton bud. Seulgi tersenyum kecil.
Ia sungguh baik-baik saja. Seperti yang pernah ia katakan sebelumnya, ia tidak takut Kang Woo akan menyakitinya, karena ia tidak selemah itu. Tapi Seulgi tau, bahwa tetap Jiminlah yang menyelamatkannya. Kalau tak ada Jimin, mungkin ia sudah mati sekarang.
Hal itu membuat Seulgi benar-benar merasa bersyukur. Seulgi tak tau lagi harus bagaimana mengekspresikan perasaannya itu. Ia bersyukur memiliki pemuda itu di sampingnya. Hanya dengan melihat Jimin membantu mengobati lukanya saja sudah mampu membuat Seulgi merasa sangat bahagia.
Seulgi terus memandangi Jimin lagi. Pemuda itu masih berkeringat karena menghajar Kang Woo habis-habisan tadi. Tapi kalian tau? Ketampanan dan keseksiannya malah meningkat 1000 persen karena hal itu. Ditambah wajahnya yang serius saat mengobati tangan Seulgi.
Ya Tuhan.. rasanya Seulgi ingin teriak dan memberitahu seluruh dunia bahwa ia adalah orang yang paling beruntung di dunia bisa melihat Jimin melakukan hal seperti ini padanya.
Seulgi lagi-lagi tersenyum kecil. Bahkan sampai menimbulkan suara. Jimin yang baru selesai mengobatinya terheran melihat Seulgi.
"Apa kau sangat senang tanganmu terluka?" tanya Jimin heran. Seulgi malah tersenyum lagi.
"Apa kau punya sapu tangan?" tanya Seulgi sambil menjulurkan telapak tangannya. Jimin tak mengerti mengapa Seulgi menanyakan itu, tapi ia langsung merogoh saku celananya dan mengambil sapu tangan di sana.
Ia memberikannya pada Seulgi.
Seulgi mengambilnya dan langsung menggunakan sapu tangan itu untuk mengelap keringat yang masih bercucuran di sekitar pelipis Jimin. Jimin tertegun sejenak.
"Meskipun kau terlihat keren saat berkeringat, tapi aku tetap ingin mengelapnya." ucap Seulgi sambil tersenyum dan mengelap keringat yang masih tersisa di setiap sisi wajah Jimin.
Jimin menatap Seulgi yang tersenyum. Setelah sekian lama, Jimin merasakan lagi perhatian itu. Perhatian yang mampu membuatnya merasa meleleh seketika di dalam. Jimin juga manusia, ia bisa merasa hangat dan gugup. Hatinya bisa tersentuh. Ia juga membutuhkan perhatian kecil seperti ini.
Apa yang Seulgi lakukan padanya membuat ia ingin selalu memeluk gadis itu. Mendekapnya erat-erat. Mengatakan pada orang-orang bahwa gadis itu adalah miliknya. Sehingga tak ada yang boleh menyentuhnya sama sekali. Apalagi menyakitinya.
Entah kenapa kedua insan yang saling mencintai itu hanya bisa diam dan tersenyum menikmati perlakuan keduanya terhadap satu sama lain. Mereka hanya bisa berteriak dalam hati masing-masing. Berdoa agar bisa terus merasakan hal seperti ini. Sama-sama berjanji di dalam hati untuk saling menjaga dan membuat satu sama lain merasa bahagia. Bukankah memang itu yang penting?
Mereka pernah bersama. Tapi baik Seulgi maupun Jimin sudah lupa bagaimana mereka melewatinya dulu. Yang Jimin ingat, ia hanya merasa sangat bahagia waktu itu. Hari-harinya berwarna dan berbunga-bunga. Sampai saat Seulgi memutuskannya sepihak, ia bak dihempaskan ke dasar jurang yang curam. Hancur berkeping-keping dan membuat hatinya membeku lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unexplained
Fanfiction{COMPLETED} Park Jimin. Pria itu hanya mencintai satu orang. Ia terlalu bodoh karena hanya mempertahankan perasaan semunya bertahun-tahun. Park Jimin tidak menyangka, rasa cinta yang ia biarkan bertahun itu, menyeruak lagi dan memaksa Jimin untuk ke...