Kang Woo duduk sambil menunduk di hadapan orang tuanya. Kedua orang tuanya itu menatapnya dengan tajam. Sangat tidak bersahabat.
"Lebih baik kau mengakui kesalahanmu saja." sang ibu membuka suara.
"Kami sudah lelah menyuap banyak orang hanya untuk menutupi kesalahanmu. Tidak, itu semua bukan kesalahan. Tapi kejahatan." lanjut ibu Kang Woo.
"Benar. Uangku sudah habis bermilyar-milyar hanya untuk melindungimu. Tapi kau tau? Semuanya sia-sia karena kau terlalu ceroboh." kini giliran ayahnya yang membuka suara.
"Maafkan aku..." ucap Kang Woo sambil menunduk. Perasaannya campur aduk sekarang. Yang jelas ia benar-benar merasa takut orangtuanya tidak mau membantunya untuk bebas lagi. Selama ini ia selalu merasa tenang karena ada orang tua yang memback-up segala kejahatannya. Namun jika orang tuanya berkata seperti itu, berarti Kang Woo sudah tidak punya harapan lagi.
"Mendekamlah di penjara sesuai dengan hukuman yang ditentukan. Kau hanya perlu melakukannya beberapa tahun. Setelah keluar, akan kupastikan namamu bersih. Tapi kumohon berhentilah berbuat hal-hal bodoh." pinta sang ayah.
"Tapi Aboji, aku tidak bisa tinggal di sini. Aku tidak sanggup. Tolong bantu aku sekali ini lagi saja... Kumohon..." ucap Kang Woo memohon dan memelas. Ia benar-benar putus asa sekarang.
Ayah dan ibu Kang Woo kompak menggeleng.
"Akui saja semuanya. Kau tidak akan bisa mengelak lagi. Aku tidak ingin hal ini mempengaruhi bisnisku. Kau harusnya tau berapa besar kerugian yang kualami karena kasusmu ini." ucap sang ayah lagi. Ibu Kang Woo ikut mengangguk.
"Lakukan seperti yang ayahmu katakan. Kami tidak bisa menutupi semuanya lagi. Kau yang harus menanggungnya sendiri." ucap sang ibu dengan datar.
Kang Woo menatap kedua orangtuanya tak percaya. Ia tak mengira mereka akan membiarkan anaknya begitu saja seperti ini.
Sang ayah dan ibu beranjak pergi, sedangkan Kang Woo hanya menatap mereka dengan penuh kekecewaan. Dalam hati ia merasa benar-benar hancur menghadapi sikap orang tuanya barusan. Kang Woo merasa hidupnya benar-benar akan berakhir sekarang.
***
Kang Woo melangkah gontai ke dalam kamar mandi. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Lalu beralih ke tangannya yang di borgol. Petugas berjaga di luar.
Ia benar-benar tamat sekarang. Hakim tak mungkin bisa membelanya lagi. Bukti sudah sangat kuat. Hidupnya benar-benar akan hancur sekarang. Ia merasa benar-benar putus asa.
Ia kembali menatap pantulan wajahnya di cermin. Wajah yang penuh ketidakbahagiaan, wajah yang penuh kejahatan, wajah yang licik, wajah yang sangat bajingan. Kang Woo tersenyum pahit.
Siapa yang bisa disalahkan? Hanya dirinya. Ia sadar betul betapa jahat dirinya. Tapi setan dalam hatinya tidak pernah bisa dikontrol. Isi kepalanya telah dikuasai oleh iblis hingga membuatnya tak pernah bisa melakukan satupun kebaikan. Membuatnya bersenang-senang saat menyakiti orang lain.
Kang Woo tak tau lagi bagaimana harus menghentikan dirinya. Lagipula, semua sudah tamat sekarang. Ia benar-benar berakhir. Bagi Kang Woo, ini adalah akhirnya. Semua kejahatannya, ia harus menanggungnya.
Kang Woo mengambil silet yang ia dapatkan dari pengacaranya. Diam-diam ia mengambil silet tersebut dari tempat pensil si pengacara tanpa sepengetahuannya.
Menyerah? Secepat ini? Bagi Kang Woo ini adalah yang terbaik. Ia ingin menghetikan setan yang merajalela dalam tubuhnya, sekaligus ia juga tak bisa menghadapi segalanya. Ia terlalu pengecut.
Perlahan Kang Woo menggoreskan silet tersebut ke pergelangan tangannya. Menimbulkan darah yang sangat banyak. Kang Woo sudah mulai merasakan sakit yang teramat sangat menjalar di tubuhnya. Kepalanya pening luar biasa. Kang Woo merasa amat sekarat. Ajal sudah di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexplained
Fanfiction{COMPLETED} Park Jimin. Pria itu hanya mencintai satu orang. Ia terlalu bodoh karena hanya mempertahankan perasaan semunya bertahun-tahun. Park Jimin tidak menyangka, rasa cinta yang ia biarkan bertahun itu, menyeruak lagi dan memaksa Jimin untuk ke...