My Player Boss

My Player Boss: Chapter 13

Hey

So here it is chapter 13

Hope you guys enjoy and

Leave comments and votes here! ;D

Check this out!

***

*Bellas POV*

"Jo-Joshua."

Aku menatap Joshua dengan pandangan ngeri.

Astaga, bisa bisanya dia ingin berbuat mesum disini. Ah, bodoh! Apakah kau mengharapkan hal ini?

Tidak tidak tidak

Kulihat Joshua yang sudah sangat dekat denganku. Bahkan aku dapat merasakan hembusan nafasnya disini.

Aku tidak berani menutup mataku karena aku tau jika kututup mataku, dia akan merasa menang.

Joshua tersenyum sekilas padaku dan semakin mendekatkan wajahnya padaku.

Ah, kurasa dia akan menciumku. Satu.. Dua.. Tig..

"Hmm, bella?"

Aku tersentak kaget setelah mendengar suara seseorang. Kulihat Joshua mengerang sebal dan memutar bola matanya. Aku terkikik dalam hati.

Aku menoleh mencari asal suara itu dan kulihat Sarah berdiri di sana menatap ku dengan ngeri.

Joshua juga menoleh ke arah Sarah dengan tatapan yang.. Bisa dibilang sinis?

Sarah terlihat gugup setelah melihat Joshua dan dia seperti tergagap dan salah tingkah

"Oh- Hmm.. Mr. Jo? Kau.. Juga disini ya? Hm.. D-dengan Bella?"

Joshua mengangguk

"Joshua saja Sarah. Kita tidak sedang dikantor."

"Dikantor juga inginnya dipanggil Joshua. CEO apaan itu"

Aku menggerutu pelan setelah mendengar Joshua meminta sarah untuk memanggilnya tanpa sebutan Mr.

Kulihat Joshua menoleh padaku dan mengangkat salah satu alisnya

"Hm? Bilang apa tadi?"

Aku tergagap setelah mendengarnya bertanya padaku. Joshua mendengarnya astaga.

"A- tak apa."

Aku menoleh ke arah Sarah dan sekarang dia terlihat seperti curiga kepada kami

"Kalian pacaran?"

"Iy-" aku segera menimpuk Joshua dengan tas tangan yang kubawa. Benar benar mulut yang tidak bisa dijaga. Dia ingin bilang iya bukan? Joshua memandangku dengan tatapan seakan berkata kenapa.

"Tidak, tidak Sarah. Tentu kami tidak pacaran."

Sarah masih memandang kami dengan tidak percaya.

"Kalian terlihat seperti sepasang kekasih. Tadi kalian berciuman kan?"

"Tentu sa-" aku menimpuknya sekali lagi dan kali ini dia tidak tinggal diam.

"Hey, sakit." Dia mengusap usap kepalanya yang kena timpuk dariku.

"Kami tidak berciuman. Bagaimana mungkin kami berciuman kalau kami tidak berpacaran?"

"Bisa saja. Seperti sekarang. Tapi kau datang, makanya kami tidak jadi."

Aku membelalakan mataku setelah mendengar Joshua berkata seperti. Aku ingin berteriak kepadanya. Kurasakan rasa panas menjalar di pipiku. Astaga, Joshua..