Sorry for the late late late very late post. Banyak banget kegiatan yg harus diselesein, bahkan makalah karya sastra yang susahnya banget. Once again, sorry!
Vomments ;D
***
*bella pov*
Malam ini aku pulang ke apartemenku dengan rasa lelah yang amat sangat. Berbagai berkas berkas menumpuk di mejaku sekarang dan harus kuberikan lusa. Bagaimana mungkin secepat itu? Aku bukan robot astaga.
Aku masuk ke kamar mandi dan menyandarkan kepalaku pada sandaran bathup. Aku butuh refreshing. Aku menutup mataku sejenak dan merasakan uap air mengepul di atas kepalaku sebelum sebuah suara telepon menyadarkanku,
"Halo" aku menjawab ponselku itu dengan nada malas
"Bell-"
Aku mendengar suara seorang laki laki seperti kesakitan. Aku langsung menjauhkan ponsel dari wajahku dan melihat siapa yang menelpon,
SEAN!Aku begitu panik dan aku langsung menegakkan tubuhku,
"Sean! Sean- kau- kau kenapa?"Terdengar kekehan pelan disana. Namun aku tau kekehan itu penuh dengan luka
"I'm fine okay? Aku baik baik saja-" terdengar suaranya menahan sakit, "im fine. Bisakah kau menjemputku bell, ada sedikit masalah."
Aku langsung berdiri dan memakai handuk untuk mengeringkan tubuhku. "Kau dimana?"
"Cempaka, didekat hutan kecil, setelah jembatan."
Aku langsung terkesiap, "sebenarnya ada apa denganmu?"
Dia terkekeh lagi "aku tidak apa apa"
"Aku segera kesana" aku mematikan ponselku dan langsung memakai baju seadanya. Aku memakai kaos dan short. Aku segera menjalankan mobilku dan menuju ke tempat Sean berada.
Ini sudah pukul 12 malam dan aku masih belum melihat apa apa sampai kemudian aku melewati jembatan dan melihat Sean duduk menyandar pada mobilnya yang kini sudah seperti- seperti mobil rongsokan. Kaca-kaca nya retak bahkan pecah dan bagian belakang mobil rusak.
Aku segera turun dari mobil dan berlari menghampiri Sean yang sedang menutup matanya saat ini. Kondisinya benar benar tidak bisa kubayangkan, lebam dimana mana. Dan darah keluar dari bibirnya dan dahinya. Aku menutup mulutku,
"Ya Tuhan Sean! Apa yang terjadi?"
Aku berjongkok dan menyentuh wajahnya.
Dia membuka matanya dan menutupnya lagi, kulihat dia tersenyum kecil.
"Aku baik baik saja. Hanya luka ringan."
"Ini kau bilang luka ringan? Apa yang terjadi?"
Dia membuka matanya dan melihat kearahku.
"Bawa aku kemana saja, apartemenku atau apartemenmu. Aku hanya lelah."
Aku membantunya berdiri dan memapahnya ke mobilku sekarang. Walaupun dengan keadaan hancur seperti ini, dia masih saja bisa terkekeh.
Aku melajukan mobilku ke apartemenku dan meminta bantuan satpam didepan untuk membantuku memapah Sean yang kurasa sekarang ini hampir kehilangan kesadarannya. Bukannya meremehkan namun lukanya kali ini benar benar parah.
Setelah sampai pada apartemenku, Sean langsung didudukkan di sofa. Aku langsung mengambil kotak p3k dan mengambil kain yang sudah dibasahi untuk membersihkan lukanya. Setelah itu aku membersihkan lukanya lagi dengan obat antiseptik dan mengolesinya dengan obat cair berwarna kemerahan.
Sean masih memejamkan matanya sebelum kemudian mengaduh karena aku sengaja menekan lukanya dengan kapas.
"Shh, sakit kau tau."
Aku tertawa pelan. Aku memunguti kapas tadi dan menaruh kotak p3k ke tempat awal.
"Berapa banyak musuh yang kau punya, hm?"
Sean hanya menggeleng, "Aku tidak pernah merasa punya satu pun"
Aku membentuk tanganku seolah olah ingin menyentil lukanya, "Jujur sebelum lukamu kubuat lebih parah"
"Kurasa aku tidak punya- ini aku jujur bell. I never had one."
Aku hanya mendesah. Ini sudah sangat larut dan sangat tidak mungkin jika aku membiarkan Sean pulang ke apartemennya sendiri dalam keadaan seperti ini. Mau tidak mau dia harus tidur disini.
"Sudahlah. Ini sudah malam, lebih baik kau tinggal."
Aku mengecup dahinya dan masuk kedalam kamarku. Tidak ada detak jantung yang berlebih- Oh! Itu berarti memang aku tidak memiliki perasaan padanya,
Aku membaringkan tubuhku ke sandaran tempat tidurku dan menatap ke arah langit langit kamar. Kurenggangkan otot ototku yang terasa sungguh kaku. Aku capek sekali.
Kumatikan lampu kamar dan kunyalakan lampu tidurku yang berwarna kuning redup. Aku kembali menatap langit kamarku kemudian memejamkan mataku sejenak.
Hope tomorrow will be nice as shit.
Hal yang terakhir kuingat sebelum aku benar benar jatuh dalam alam mimpi hanya satu, Joshua.
**
Aku bangun tidur dan melihat jam sudah pukul 7. Aku menguap dan terduduk, melihat keadaanku langsung didepan cermin membuatku muak. Kecantikan alami wanita memang terlihat waktu mereka bangun dari tidur.
Rambutku benar benar bak singa, mengembang sana sini. Aku berdiri dan menuju ke kamar mandi didalam kamarku untuk mandi.
Aku keluar dengan handuk yang kulilitkan disekitar tubuhku dan berganti baju. Dress berwarna putih kurasa cocok untuk mengawali hari ini.
Aku melakukan ritual pagiku dengan sangat sempurna.
Aku keluar dan menuju ke ruang tv, dan melihat Sean sudah berdiri dari sana, bertelanjang dada dan menggunakan celana boxer nya.
Aku menutup mataku dan berteriak,
"Sean! Apa yang kau lakukan? Pakai bajumu sekarang!"
Aku tidak peduli dengan apa jabatan dia di kantor sekarang, yang kutau hanya dia bertelanjang dada didepanku seakan dia inginmenari striptease.
"Buka matamu. Aku sudah berpakaian."
Aku ternganga. Cepat sekali! Tidak begitu cepat sih namun tetap saja cukup cepat
"Bagaimana bisa-"
Dia terkekeh pelan, "aku tau kau pasti akan berteriak kalau kau bangun maka dari itu sebelum kau berteriak, tepatnya saat kau berteriak aku langsung memakai kaos walaupun masih menggunakan celana ini"
"Terserah kau saja"
Aku ke dapur dan menemukan dapur sudah cukup berantakan namun ada pancake disana.
"Apakah kau yang membuat ini?"
Sean mengangguk dan aku tersenyum singkat
"Wow, kau benar benar tau kalau aku sedang lapar. Aku tidak tau kau bisa memasak."
Sean berdiri dan berjalan kearahku. Kulihat ia masih memiliki lebam lebam yang sekarang sudah terlihat berwarna ungu walaupun masih sedikit terlihat berwarna merah.
"Salah siapa kalau begitu?"
Aku memutar bola mataku, "whatever"
Kita makan bersama diatas meja makan dan Sean sangat luar biasa, pancake ini sungguh lezat. Aku menyuruh Sean mandi dan kembali ke apartemennya yang tidak berada jauh dari lantai apartemenku,
"Aku akan kemari lagi. Kita berangkat bersama kan?"
Aku mengangguk dan memakan suapan terakhirku
"Yap. Baik, sana cepat. Aku bahkan sudah siap."
Sean terkekeh pelan dan keluar dari apartemenku. Sebelummencapai pintu, ia mengucapkan terimakasih.
Aku tersenyum singkat, dasar bocah gila
***
Thanks! Need your votes and comments :)

KAMU SEDANG MEMBACA
My Player Boss
RomanceJOSHUA CHRISTIAN LEONIDAS, SEORANG PRIA TAMPAN DAN KEREN YANG WAJAHNYA TERKESAN SEPERTI ANAK SMA. DAN SIAPA SANGKA KALAU PRIA INI ADALAH CEO DARI SALAH SATU PERUSAHAAN TERSUKSES DI DUNIA INI? PRIA INI BAHKAN TIPE SEMUA WANITA DI DUNIA. TAMPAN, KAYA...