Bab Enambelas

59 20 0
                                    

Joya's.

Setelah Jo mengantar Ara, Nai, dan sue, ia langsung tancap gas ke rumahnya.
Saat di jalan pulang, tak henti-hentinya dia berbicara sendiri.

"Waduh,,, bisa mati gua nih bentar lagi, pasti jendral mama bakalan ngasi hukuman itu lagi, gua nggak sukak, tuh WC-WC umum itu bau-bau semua, gimana nasib adek ini kak, bisa nggak tidur-tidur lagi adek tiga hari. AAARRGGGHHHH,,, GUA PUSING,,,"omelan Joya di akhiri dengan jeritannya serta dia memukul stir mobilnya.

Beberapa menit kemudian pun ia sampai di rumahnya.
Dia mengklakson di depan pagar rumahnya.

Tiin,,,tiinn,,,

Dan pak Reji pun membukakan pagar.

"Silahkan masuk non."sahut pak Reji.
"Iya pak,,, makasih ya pak."kata Joya.
"Iya non."kata pak Reji.

Joya pun memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya.
Setelah memarkirkan mobilnya, ia langsung berjalan menuju pintu rumahnya.

Ting,,,Nong,,,

Ia pun menekan bel rumahnya.

"Assalamu'alaikum."kata Joya.

Pintu rumahnya pun langsung terbuka, dan menampilkan wajah bi Minten, pembantu rumah Joya.

"Wa'alaikumussalam, eh,, non Jo udah pulang, silahkan masuk non, udah di tungguin nyonya non di depan."kata bi Minten.
"Wajah mama serem banget gak bi?"kata Joya.
"Nggak non, nyonya malah baik-baik aja non, emang non Joya buat salah lagi non?"kata bi Minten.
"Hmmmm,,, nggak berat-berat amet sih bi masalahnya, tapi, Jo takutnya hukuman mama yang berat bi."kata Joya.
"Yaudah deh non, mending non bicarakan saja dulu dengan nyonya, non."kata bi Minten.
"Oke deh bi."kata Joya dan langsung berjalan menuju ruang tv di rumahnya.

Dari jauh ia bisa melihat mamanya yang sedang menonton tv.

"Hmm,,, Assalamu'alaikum ma."kata Joya.
"Wa'alaikumussalam."kata Dea.

Jo pun meringis.
Dia bingung harus mengatakan apa kepada mamanya.
Dia pun menghampiri mamanya.
Saat dia sudah melihat wajah mamanya, dia bingung.
Ternyata mamanya menangis.

Dia benar2 kebingungan.
Dia merasa sangat bersalah hingga membuat mamanya menangis.

"Hmmm ma Jo minta maaf ma,,, Jo tau Jo salah ma. Mama jangan nangis dong ma. Jo jadi ikut sedih ngeliat mama nangis."kata Jo merayu mamanya.

Dea pun melihat Joya dan menghapus air matanya.

"Kamu ngomong apa sih Jo?? Emangnya kamu buat salah apa sampai buat mama nangis??"kata Dea.

Joya pun bingung dengan perkataan mamanya.

"Lho, bukannya tante Meila udah nelfon mama ya."kata Joya.
"Iya udah."kata Dea.
"Hmmm,,, emang,, mama gak marah sama Jo??"kata Joya.
"Hmmm??!! ngapain mama marah sama kamu, orang cuma masalah kecil aja kok."kata Dea enteng.
"Lho, mama kesambet apa ma?? Kok bisa jadi adem ayem gini sih ma. Kak key aja di hukum gak boleh bawa atau pun nyentuh mobilnya selama satu bulan penuh ma."kata Joya.
"Hahah,,, itu mah, nasibnya si Key aja yang kurang beruntung. Kak Meila orangnya memang gitu. Masalah kecil aja pasti dia besar-besarin, apalagi kalau soal kebersihan, wih,,, parah abis dia. Mama aja pernah kena sama dia, cuma gara-gara mama nggak buang botol aqua ke tong sampah."kata Dea.

Joya pun hanya tertawa.

"Hihihi,,, Jo, kak Key, sama temen-temen ngira kalau mama yang paling serem ma. Eh,,, ternyata tante Mei yang paling parah."kata Joya tertawa.
"Pinter ya kalian,, bilang-bilang mama serem, orang cantik begini kok, di bilang serem."kata Dea cemberut.
"Eheheh,,, iya deh, mama Jo kan emang paling cantik, sama kayak anak perempuannya."kata Jo.

I LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang