6 - Izin

7.6K 429 40
                                    

Ale melemparkan tas sekolahnya asal saat masuk ke dalam kamarnya, membanting tubuhnya ke atas kasur berukuran single size. Ale meletakkan tangan kanannya ke atas dahi dan memutar kembali percakapannya dengan orang tuanya tadi.

Apa yang harus Ale lakukan agar dia tak perlu pindah ke Surabaya? Apa dia kabur saja dari rumah? Tidak. Apa yang bisa Ale lakukan tanpa orang tuanya? Tapi kalau mengikuti perintah orang tuanya, apa yang harus ia katakan pada Gita?

Benar. Gita. Wajah kekasihnya itu tiba-tiba melintas di pikirannya. Ale merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel dan mencari kontak Gita di akun Line yang berada di urutan paling atas.

Ale
Ta. Masih marah?

Sent.

Read.

Ale hanya memandangi pesannya yang tidak juga kunjung mendapat balasan.

Ale
Gak capek, Ta, marah mulu?
Udah yah marahnya, Ta.
Ada yang mau aku omongin sama kamu. URGENT.

Sent.

Read.

Sepuluh menint berlalu dan tak ada satupun balasan datang dari Gita. Apa sinyal di rumah Ale jelek sampai pesan dari kekasihnya itupun tak masuk atau memang Gita tak membalas semua pesan yang ia kirim sejak hampir tiga puluh menit yang lalu? Sepertinya kemungkinan yang terakhir lebih masuk akal mengingat ponselnya terus berbunyi  menampilkan pesan dari Nino.

Cukup sudah. Rasa kesalnya pada Papanya saja masih belum hilang, ditambah lagi Gita yang tak kunjung membalas pesannya. Dengan kesal Ale melempar ponselnya ke sembarang arah, tak peduli jika handphone keluaran terbaru itu membentur tembok dengan suara keras, dia hanya ingin segera bangun dari mimpi buruk ini.

*****

Gerimis ringan menyapa Jakarta di Sabtu malam. Membuat suasana malam sakral bagi para pasangan di ibukota itu menjadi sepi. Jalanan kota metropolitan yang biasanya sangat penuh sesak oleh para pasangan berkendara motor itu sangat lengang dan hanya beberapa mobil dan pengendara motor yang memaksa menerobos hujan.

Anggita Wiryawan. Gadis yang tengah duduk di atas kasur berwarna putih itu sibuk mewarnai kuku tangannya yang diletakkan di atas bantal di pangkuannya. Ekspresi wajahnya seperti mengatakan bahwa dia akan menyerang siapa saja yang berani mengganggunya saat ini.

“Ta, sampe kapan kamu mau cuekin aku gini?” Tanya Ale yang sedang duduk di atas bangku di depan meja belajar Gita.

Ale sengaja datang ke rumah kekasihnya itu untuk meminta maaf dan memberitahunya masalah perpindahannya ke Surabaya. Namun di tengah jalan dia justru terjebak hujan dan membuat seluruh pakaiannya basah saat sampai di depan rumah Gita.

Ale telah meminta maaf berkali-kali dan Gita telah memaafkannya, di saat dia menceritakan tentang kepindahannya ke Surabaya, gadis yang tengah memakai kaos berwarna pink itu kembali memarahinya dan mendiamkannya.

Saat ini Ale sedang bertelanjang dada, kaos berwarna putih dan kemeja flannel berwarna biru yang tadi ia kenakan sedang dikeringkan oleh Bi Imah, pembantu Gita. Bisa saja Gita memberikannya baju Papa-nya, namun gadis itu seperti tak peduli dengan kondisi Ale saat ini, justru AC di kamarnya terasa jauh lebih dingin dari biasanya Ale rasakan saat ke kamar Gita. Ale berpikir, gadis keturunan Jepang itu memang sengaja melakukan hal itu karna kesal dengannya.

Long Distance RelationSHIT ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang