15 - Egois

6.9K 415 31
                                    

Jarum jam sudah menujukkan pukul 1:25 malam, namun Ale masih diam pada posisinya berbaring di atas kasur menatap langit-langit tanpa ada minat untuk menutup matanya. Sesekali pandangannya jatuh pada ponsel berwarna hitam di sampingnya.

Ale merasa sangat bodoh secara tiba-tiba membentak Gita seperti itu, namun saat dia menelpon kembali berkali-kali untuk meminta maaf, gadis itu tak mengangkatnya.

Sejujurnya Ale senang jika Gita menunjukkan rasa cemburunya, namun dia tak menyangka akibat dari cemburu itu akan seperti ini. Dia baru paham akan pepatah yang mengatakan jangan bermain-main dengan api. Jika tahu akan jadi seperti ini, Ale lebih memilih Gita tak akan pernah cemburu dengannya.

Ale masih menatap langit-langit kamarnya saat ponselnya mengumandangkan intro dari lagu Back to You milik Louis Tomlinson ft Bebe Rexha. Dengan cepat Ale meraih ponselnya, berharap itu panggilan dari Gita. Namun bukannya Gita, yang ia dapatkan justru nama Nino yang terpampang.

Dengan lemas, Ale mengangkatnya dan menempelkan ponselnya ke telinga. “Oit?”

“Dih lemes banget. Kecewa yah lo ini bukan telpon dari Gita?”

“Kenapa?” tanya Ale tak menjawab pertanyaan Nino tadi.

“Wuih jangan galak-galak dong lo, ntar cepet tua lo.” Terdengar suara tawa Nino di seberang sana. “Lo lagi kenapa sama Gita? Tumben berantem.”

Ale berpikir kalau ternyata Nino sudah tahu tentang pertengkarannya dengan Gita, padahal dia tak tahu bahwa Nino adalah salah satu saksi bagaimana lelaki itu membentak Gita di telpon dan bagaimana menyakitkannya mendengar tangisan sang gadis.

“Biasa lah, suatu hubungan pasti punya masalah, kan?”

“Iya, gue tau. Tapi ini Ale sama Gita gitu, relationship goal nya Karya Bangsa International School. Kok bisa, sih?”

“Terlepas dari julukan berlebihan itu, gue sama Gita cuma pasangan biasa.”

Terdengar suara desahan napas berat. “Hmm,, gitu yah... Le, are you okay?”

Not in the best condition, though.”

“Kalo si Laras gimana? Dia gak pa-pa kan?”

Ale dapat mendengar nada hati-hati dari pertanyaan Nino. “Jangan bilang lo juga curiga sama hubungan gue sama Laras?!”

Nino tertawa, Ale merindukan suara tawa sahabatnya yang khas itu. “Ya nggak lah, gue tau lo orangnya gimana kok. Maksud gue, dia udah gak di-bully lagi, kan?”

“Selama ada gue, bakal gue pastiin gak akan.”

Ale tak dapat melihat Nino yang saat ini mengangguk-anggukkan kepalanya di ujung sana. “Le, gue mau ngomong sesuatu, boleh?”

“Kalo lo mau nyeramahin gue mending jangan.”

Hening sesaat sebelum suara serak milik Nino kembali terdengar. “Lo jangan terlalu deket sama Laras yah. Gue tau lo deket sama dia juga udah dapetin persetujuan dan mikirin perasaan Gita. Tapi sekarang kan semuanya udah kayak gini, jadi mending lo mulai sekarang jaga jarak dari cewek itu kalo lo gak mau hubungan lo sama Gita hancur.”

Ale terlihat ragu. “Kalo masalah itu... gue gak bisa.”

Tentu saja Nino kaget mendengar hal itu. “Le, jujur deh sama gue. lo gak beneran...” Nino menggantung kalimatnya.

“Selingkuh? Gak akan! Gue  cuma gak mau Laras bakal berakhir kayak Lily, No. Gue takut.”

Nino menutup matanya rapat. Tentu saja dia mengetahui hal itu karna dirinya adalah satu-satunya saksi bagaimana menderitanya Ale saat itu. “Percaya sama gue deh, dia gak akan berakhir kayak Lily. Kalaupun dia berakhir kayak Lily, itu bukan salah lo. Jadi—“

Long Distance RelationSHIT ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang