Laras menatap tubuh Ale yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit. Tadi saat Laras keluar dari gedung olahraga untuk meminta pertolongan, beruntungnya dia menemukan Rendi dan mereka langsung membawa Ale ke rumah sakit yang terletak tak jauh dari sekolah.
Untungnya luka di kepala Ale tidak begitu parah, hanya luka sobek kecil yang berada di dahinya dan hanya memerlukan tiga jahitan saja. Namun begitu, sampai sekarang Ale belum juga membuka matanya padahal ini sudah hampir tujuh jam dari saat ia dibawa ke Unit Gawat Darurat.
Dari belakang Laras, Rendi datang dan duduk di bangku di sampingnya. "Udah malem, Ras. Mending lo pulang, biar gue yang jaga Ale di sini."
"Gak usah, Ren. Ini gara-gara aku Ale jadi kayak gini."
"Jangan nyalahin diri lo sendiri, Ale nya aja yang sok jadi pahlawan kesiangan. Lo balik aja, gue anter yuk," bujuk Rendi.
"Seenggaknya aku mau lihat Ale bangun dulu, aku mau minta maaf dan bilang makasih."
Rendi mendesah. Sepertinya percuma saja terus membujuk Laras, dia tak tahu kalau ternyata Laras juga orang yang keras kepala. "Ya udah, kalau gitu lo tunggu bentar di sini yah, gue keluar dulu bentar telpon rumahnya Ale."
Laras mengangguk tanpa mengalihkan perhatiannya dari wajah tenang Ale yang masih terlelap. Laras menggenggam tangan kiri Ale yang berada di depannya. "Cepet bangun, Le. Aku takut."
Laras bangun dari tempat duduknya dan menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuh Ale, tangan gadis itu terhenti saat melihat wajah Ale. Tanpa sadar, tangan Laras sudah membelai lembut pipi Ale, pipi tirus itu terasa sangat halus.
Ibu jari tangan kanan Laras yang masih berada di pipi Ale ikut mengusap lembut pipi dan hidung lelaki berbulu mata lentik itu sampai akhirnya ibu jari panjang milik Laras tehenti di atas bibir tebal milik Ale.
Laras memandangi bibir itu untuk sesaat, pikiran kotornya langsung berkelebat begitu saja memikirkan bibir ini yang mungkin sudah berkali-kali berada di atas bibir kekasihnya, Gita. Terlintas di pikiran Laras untuk merasakan apa yang Gita rasakan tersebut.
Tentu saja akal sehatnya tak menginginkan hal itu, dia bukanlah gadis yang memiliki pikiran kotor seperti itu, dan karna hal itu juga lah saat ini dia sedang mengalami pergolakan batin antara akal sehat dan juga perasaannya.
Sementara dia sibuk memikirkan apakah ia harus mengambil kesempatan ini atau tidak, Laras tak menyadari jika bibir mungilnya sudah berada di atas bibir Ale. Saat tersadar akan apa yang telah ia lakukan, bukannya menjauh Laras justru menutup kedua matanya rapat tanpa tahu harus berbuat apa.
Perlahan Laras menjauhkan wajahnya dari wajah Ale, dan hal yang mengagetkannya saat membuka mata adalah kedua mata bulatnya bertemu dengan bola mata berwarna hijau milik Ale dengan jarak yang sangat dekat.
Saking kagetnya, Laras melonjak dan jatuh terduduk di kursi di belakangnya. Jantungnya terasa seperti ingin melompat keluar, apa Ale melihat apa yang telah Laras lakukan tadi?
Ale menatap Laras dengan bingung, alis tebalnya terpaut dengan mata menyipit. "Lo gak—"
Baru mendengar dua kata yang terlontar dari mulut Ale saja sudah membuat Laras menahan napas dan ingin berteriak, dia lalu mengambil tasnya dan berlari keluar dari UGD meninggalkan Ale yang masih menatapnya bingung.
Saat akan keluar, Laras berpapasan dengan Rendi yang baru saja kembali. "Lo mau kemana? Ale udah siuman?"
Mata Laras melebar mendengar perkataan Rendi. "A –aaaku gak sengaja cium, a –aku..." Laras melirik ke arah Ale yang masih menatapnya dari atas ranjang, gadis itu kembali menjerit histeris dan berlari dengan linglung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance RelationSHIT ✓ (COMPLETED)
Short StoryAle dan Gita adalah contoh sempurna dari Relationship Goal bagi semua murid di Karya Bangsa International School. Sama-sama memiliki fisik dan latar belakang keluarga yang sempurna, pasangan ini saling mencintai dan percaya satu sama lain. Namun sua...