7 - Surabaya

7.2K 402 26
                                    

Ale sedang fokus berbalas pesan saat sebuah kotak mendarat di mejanya. Ale mengangkat wajahnya dan mendapati Rendi dengan wajah cemberutnya berusaha duduk di atas mejanya.

"Bosen gue, udah sebulan ini kayak tukang kurir pribadi lo," keluh Rendi. "Tuh coklat dari anak sebelah." Rendi menunjuk kotak di hadapan Ale.

Ale tertawa. "Sori, sori, bro. Kan udah gue bilang, gausah diterima. Biar dia pada nganterin ke gue sendiri aja jadi gak ngerepotin lo." Ale mengambil coklat di hadapannya dan menyodorkannya ke Rendi. "Nih, biasanya lo yang abisin."

"Dih emang lo kira gue tempat sampah lo?" keluh Rendi, namun akhirnya menerima coklat yang disodorkan Ale dan memakannya.

"Lo lagi ngapain sih? Hp terus kayaknya. Pacaran sama hp lo yah?" Rendi memanjangkan kepalanya ingin melihat apa yang sedang Ale lakukan dengan hp nya hingga membuatnya tersenyum seperti orang gila.

Ale langsung menyembunyikan hp nya ke dalam saku. "Kantin yuk."

"Dih, ngeles aja."

Ale berhenti di depan meja guru saat melihat tumpukkan buku paket yang tadi digunakan oleh kelas ini. Buku-buku itu adalah milik perpustakaan.

"Ren, balikin ini dulu yah." Ale menunjuk tumpukan buku dan sudah akan mengangkatnya saat Rendi justru mencegahnya.

"Jangan, jangan! Ini tuh udah ada jatahnya."

"Maksudnya?"

"Ntar lo balik ke kelas juga tuh buku udah gak ada. Udah yuk ah." Rendi menarik tangan Ale menuju kantin.

Ale dan Rendi duduk di tempat biasa yang sering mereka tempati. Teman-temannya dari kelas lain sedang sibuk mengejarkan tugas karna ada berita yang bilang kalau hari ini murid tidak mengerjakan tugas yang diberikan Priyoto, guru Fisika, akan dihukum berlari lapangan 50 putaran. Jadi saat ini yang menempati tempat itu hanya Ale dan Rendi.

Ale dan Rendi sedang tertawa membicarakan kebodohan Agus, teman sekelasnya, yang tadi ketahuan menyontek di kelas, saat matanya menangkap sosok kecil di lorong menuju perpustakaan yang setengah tubuhnya tertutupi buku. Laras. Tubuh Laras tertabrak seorang murid yang sedang berlari. Tanpa mengatakan maaf, anak lelaki itu meneruskan langkahnya.

Ale bangkit dan mendekati Laras yang sedang memunguti buku-buku yang berserakan di lantai. Lelaki itu berlutut pada satu lututnya dan membantu Laras memunguti buku.

"Lo gak pa-pa?"

Laras menggelengkan kepalanya tanpa menjawab. Dia lalu mengangkat kembali buku-buku yang tadi berhasil ia pungut. Gadis itu terlihat kesusahan menahan berat yang sedang ia bawa sampai tubuhnya oleng.

Ale dengan sigap menahan bahu Laras agar tidak jatuh. "Sini gue bantu."

Ale sudah akan mengambil sebagian besar buku yang sedang Laras bawa saat Rendi tiba-tiba menghampirinya. "Le, jangan udah. Biar dia aja yang bawa, itu tugasnya, kok."

"Loh kok gitu? Dia cewek, loh. Buat cowok ngangkat buku sebanyak ini aja tuh susah."

"Biarin aja, itu udah jadi tanggung jawab dia. Dia kan penerima beasiswa di sini, dia gak ngeluarin duit, justru dia sekolah karna duit murid-murid dari sini. Jadi ngelakuin hal kayak gini wajar dong buat ngebalas jasa. Iya gak, Ras?" Rendi menatap Laras.

Laras tidak menjawab, dengan perlahan gadis itu berjalan pergi meninggalkan Rendi dan Ale. Ale menatap punggung kecil itu berjalan sangat lamban dengan menyeimbangkan tubuhnya dan juga buku-buku yang menggunung itu.

Ale mendengus. "Gila yah. Ternyata lo juga kayak orang kebanyakan yang mandang orang berdasarkan harta."

Ale tersenyum simpul sebelum akhirnya berlari menghampiri Laras dan mengambil hampir semua buku yang dia bawa.

Long Distance RelationSHIT ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang