Ale duduk diam di atas balkon kamarnya, hari Minggu ini adalah minggu terburuk dalam hidupnya. Dia tak memiliki kegiatan lain selain berdiam diri di dalam kamarnya. Ia sangat ingin sekali menghubungi Gita, namun ia terlalu gengsi melakukannya.
Sudah empat hari ini Ale dan Gita tidak mengabari satu sama lain. Ini memang bukanlah pertengkaran pertengkaran pertama mereka, tapi ini merupakan pertengkaran terlama yang pernah mereka lalui.
Biasanya jika mereka bertengkar, Ale dan Gita selalu dengan lapang dada meminta maaf dan mengakui kesalahan mereka, namun kali ini tak ada satupun dari mereka mau melakukan hal tersebut.
Ale tentu saja merindukan kekasihnya itu, dia sampai rela melakukan stalking pada semua media sosial yang Gita punya, namun dia harus menelan pil pahit karna tak satupun dari sosial media dari gadis cantik itu yang update selama empat hari ini.
Ingin bertanya tentang kabar gadis itu pada Nino namun lagi-lagi Ale memikirkan bagaimana bodohnya dia meminta sahabatnya itu tak mengurusi kehidupan cintanya dengan Gita. Jika sudah seperti itu, bagaimana bisa Ale dengan tidak tahu malunya menanyakan kabar gadis itu pada Nino?
Ale menatap satu-satunya update-an Gita di Instagram empat hari yang lalu. Hanya sebuah gambar berwarna hitam dengan kata Stupid Assh*le sebagai caption. Di kolom komentar tentu saja terdapat beratus orang yang bertanya apakah gadis itu baik-baik saja, namun tak ada satupun yang ia balas.
Masalahnya dengan Gita dan Nino saja sudah membuat kepala lelaki itu pusing, ditambah lagi dengan masalahnya dengan Laras Jum’at kemarin. Kenapa akhir-akhir ini tak ada sesuatu yang berjalan sesuai dengan yang ia harapkan?
Ponsel Ale yang berada di meja sebelahnya bergetar dan menampilkan nama Rendi tamvan di layarnya, tentu saja bukan Ale yang menyimpan kontak tersebut. Ale mengangkat telpon Rendi dan menempelkan ponselnya ke telinganya.
“Hmm?”
“Wih lemes amat, bro. Abis ngapain lo semalem?” tanya Rendi sambil tertawa tak jelas.
“Ada apa?”
“Jalan yuk, bete nih gue gak ada kerjaan.”
“Jalan aja sama pasangan homo lo.”
“Lah kan pasangan homo gue itu lo, gimana sih?”
Ale mendengus. “Ya udah ayo.”
“Widih tumben gampang amat diajakinnya,” ucap Rendi takjub karna biasanya Ale susah untuk ia ajak keluar di weekend seperti hari ini karna alasan ingin melakukan face-time-date dengan pacarnya. “Oke, gue jemput sejam lagi yah, gue prepare dulu mau dandan yang ganteng jemput lo.”
“Serah.”
“See you later, honey. Dandan yang cantik yah,” ucap Rendi dengan nada yang dibuat-buat.
“Geli, anjir,” caci Ale lalu memutuskan sambungan.
Oke, setidaknya dia masih memiliki Rendi di sini, jadi dia tidak se-kesepian yang ia kira. Walaupun lelaki itu bisa dibilang lebih tidak normal dari Nino, namun Ale percaya lelaki itu juga akan mengerti dirinya.
*****
Sudah tiga hari ini Ale dan Laras saling berdiam diri tanpa komunikasi satu sama lain. Walaupun mereka duduk berdekatan, namun terasa sangat jauh sekali.
Rendi pun menyadari ada sesuatu yang terjadi antara temannya itu dengan Laras. Selain karna mereka yang tiba-tiba tidak menegur, sikap Ale yang menjadi pendiam pun menguatkan pemikiran Rendi. Rendi yang selalu menjadi penonton dari hubungan tidak jelas antara Ale dan Laras pun akhirnya menjadi penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance RelationSHIT ✓ (COMPLETED)
Kısa HikayeAle dan Gita adalah contoh sempurna dari Relationship Goal bagi semua murid di Karya Bangsa International School. Sama-sama memiliki fisik dan latar belakang keluarga yang sempurna, pasangan ini saling mencintai dan percaya satu sama lain. Namun sua...