Malam ini merupakan malam yang menyenangkan untuk Gilang. Karna selama dua tahun ini dia hanya bisa memendam perasaannya kepada seorang Anggita, dan malam ini adalah malam pertama dia bisa mengajak gadis idaman itu keluar.
Beberapa saat yang lalu mereka baru saja selesai menonton sebuah film horror yang saat ini sedang naik daun di berbagai negara.
“Aku salah fokus sama badutnya masa, Kak. Badutnya lucu begitu kok ditakutin, yah?” tanya Gita sambil menggaruk pipi kanannya.
Gilang tertawa mendengar pertanyaan polos Gita. “Lo beneran gak takut sama badut kayak gitu? Kalau tau-tau badut kayak gitu ada di depan lo gimana?”
“Ya aku bawa pulang, lumayan buat jagain rumah,” jawab Gita sambil menunjukkan deretan gigi rapinya.
Gilang lagi-lagi tertawa, dia lalu mencubit hidung mungil Gita. “Dasar. Mau makan dulu, gak?”
“Iya, Kak. Aku lapar.”
“Ya udah ayo, gue tau tempat yang bagus.”
Gita dan Gilang berjalan menuju tempat favorit Gilang. Keserasian di antara keduanya tak ayal membuat orang-orang yang melewati mereka mencuri pandang ke arah dua insan itu, mereka berpikir kalau Gita dan Gilang adalah pasangan yang sempurna.
Di sisi lain, Ale dan Nino juga baru saja keluar dari bioskop tempat Gita dan Gilang tadi nonton, bedanya mereka berdua bukan menonton film horror seperti Gita dan Gilang melainkan sebuah film action.
“Le, ayo lah kita clubbing. Mumpung gak ada Sandra nih,” ajak Nino pada Ale yang sedang berjalan di sampingnya.
Malam ini mereka berdua memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan mengitari sebuah mall besar di daerah Jakarta, selain karna Sandra yang tak bisa menemani Nino karna dia sedang menghabiskan quality time bersama Mama-nya, ini juga bisa dibilang malam terakhir Nino menghabiskan waktu bersama dengan Ale karna minggu depan Ale sudah akan berangkat dan bersekolah di Inggris.
“Ogah, gak mau lagi gue macem-macem sama cewek lo. Cukup sekali aja gue kena tampar dia.”
Ale jadi ingat malam dimana Sandra menampar pipinya karna sudah membuat Gita menangis. Oh sial, sekarang semuanya yang dia ingat hanya tentang Gita. Tiga bulan ini sudah cukup menderita bagi dia selalu memikirkan gadis itu.
“Gue mau makan, laper.”
Nino mengikuti langkah Ale yang semakin jauh meninggalkannya. “Bentar dulu, Le. Clubbing dulu yuk bentar. Sandra gak bakal tau kok.”
“Cewek lo punya cepu di mana-mana, bego! Masa lo gak tau?”
“Ya udah kalo gitu kita nyamar aja. Pake topi sama ku— aduh, ngapa berhenti mendadak sih lo?“
Nino mengusap keningnya yang terbentur punggung kekar Ale karna lelaki itu berhenti secara tiba-tiba. Nino menatap Ale yang sekarang sedang diri mematung seakan dia sedang memergoki pacarnya berselingkuh. Dengan perlahan Nino menolehkan kepalanya ke arah pandangan Ale dan dia pun ikut terdiam dengan apa yang ia lihat.
“Anjrit," lirih Nino tanpa sadar.
Di hadapan Ale dan Nino, keadaan Gita dan Gilang tak jauh berbeda dengan mereka. Keduanya mematung dengan mata melebar seakan baru saja tertangkap basah tengah berselingkuh.
Perlahan Ale sudah bisa menguasai dirinya, dia menarik napas panjang dan mencoba menampilkan sebuah senyum tulus.
“Hai, Kak. Udah lama gak ketemu, yah.” Ale melirik Gita yang masih terdiam di samping Gilang. “Hai, Ta.”
Gita terkesiap mendengar sapaan Ale, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu setelah kejadian tiga bulan lalu. “Hai, Le.”
“Lo… ngapain di sini, Le?” tanya Gilang setelah menemukan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance RelationSHIT ✓ (COMPLETED)
Historia CortaAle dan Gita adalah contoh sempurna dari Relationship Goal bagi semua murid di Karya Bangsa International School. Sama-sama memiliki fisik dan latar belakang keluarga yang sempurna, pasangan ini saling mencintai dan percaya satu sama lain. Namun sua...