8 - Raka

6.3K 400 38
                                    

Laras duduk terdiam di belakang Ale, tangannya memegang erat tas lelaki yang sedang membawa motor dengan kecepatan di atas normal. Gadis itu memandang sebuah jaket baseball yang menutupi pahanya. Jaket berwarna biru navy milik Ale.

Di kepala Laras terus berputar kejadian yang tadi terjadi, kejadian yang tidak pernah terpintas di pikirannya. Seseorang membela dirinya. Dia tak bahkan tak berani memikirkan kemungkinan itu, dia selalu mengira semua orang sama dengan Shinta yang hanya mempermainkan orang seperti dia, namun Ale berbeda. Kejadian tadi membuktikan itu.

Laras sangat kaget saat Ale tiba-tiba datang dan menarik tangannya yang sedang berusaha mengambil buku-buku miliknya yang berserakan di atas tempat pembuangan sampah yang bahkan baunya saja sudah dapat merusak hidungnya jika terus-terusan berada di sana.

“Ayo!” ucap Ale singkat dan menarik tangan Laras  ke arah parkiran.

Laras mencoba melepas tangannya. “Tunggu... buku aku.”

Ale menatap Laras sejenak lalu beralih ke arah buku-buku miliknya. “Lo tunggu sini.”

Dengan cepat dan tanpa ragu, Ale mengambil lima buku LKS milik Laras yang tergeletak di atas tempat sampah. Tidak dihiraukannya bau busuk yang menyengat, bahkan sepatu berwarna putih miliknya sudah berwarna coklat terkena air genangan di sana. Shinta dan kedua temannya menatap Ale ngeri.

“Ale, ini bukan...” Shinta berdiri di depan Ale yang sudah ingin keluar dari tempat itu.

Ale menatap Shinta dingin, bahkan gadis itu bergidik melihatnya. Shinta menatap punggung Ale yang menjauh, tatapan lelaki itu tadi masih teringat di benaknya, tidak dia sangka seorang Ale yang ramah dan hangat bisa memberikan tatapan sedingin itu.

Ale memberikan buku yang tadi dia ambil kepada pemiliknya. “Nih. Yuk, gue anter.”

“Le, sepatu lo ...” Rendi yang tadi hanya melihat sobatnya itu tidak luput dari kekagetannya.

“Sori, Ren, acara hari ini batal dulu yah,” ucap Ale sambil menaiki motornya.

“Oke, gak pa-pa.”

Ale memakai helmnya dan memandang Laras yang masih berdiri mematung di samping motornya. “Ren, gue pinjem helm lo,”

“Lah trus gue gimana baliknya?”

“Lo beli aja di jalan. Buru, siniin!”

Rendi mau tak mau memberi helm hitam yang sedari tadi ia pegang kepada Ale. “Baek-baek lo makenya, kesayangan gue tuh.”

Ale mengambil helm yang diberikan Rendi dan memberikannya lagi kepada Laras. “Pake trus naek.”

Laras memakai helm yang diberikan Ale dan bersusah payah menaiki motor besar Ale yang tingginya hampir setengah badan gadis itu. Saat sudah duduk di belakang Ale, rok panjang Laras terangkat dan mengekspos kulit pahanya yang putih.

Astaghfirullah, Ras, itu paha,” ucap Rendi sambil menutup mata dengan tangan kanannya.

Laras yang baru menyadari itu langsung berusaha menurunkan roknya, namun usahanya itu tak berhasil. Ale yang melihat itu segera membuka jaket baseball berwarna navy miliknya dan memberikannya kepada Laras.

“Tutupin paha lo!"

Tanpa suara, Laras menuruti apa yang dikatakan Ale. Pahanya kini telah tertutup rapi.

Ale menyalakan mesin motor dan menaikkan standar motornya. “Bro, gue jalan dulu yah.”

“Yoi, hati-hati, bro,” seru Rendi setengah berteriak karna Ale telah menjalankan motornya keluar gedung sekolah.

Long Distance RelationSHIT ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang