1 tahun kemudian.
Suasana terminal keberangkatan dan kedatangan luar negeri di Bandara Internasional Soekarno Hatta itu tampak sangat sibuk, secara hari ini sudah memasuki libur panjang bagi para pelajar di Indonesia. Tentu saja menghabiskan waktu liburan mereka di luar negeri bersama orang tersayang menjadi pilihan yang sangat menggoda.
Dari banyaknya orang-orang yang berlalu lalang membawa koper dan tas, tiga orang anak muda terlihat tengah mengobrol santai di sebuah cafe ternama. Dua orang gadis dan seorang lelaki itu tampak larut dengan obrolan mereka yang terkadang tak jelas apa yang mereka bicarakan.
"Ngomong-ngomong mana nih orangnya? Bukannya pesawatnya udah landing yah harusnya?" tanya seorang gadis dengan rambut bergelombang, dia melirik jam tangan berwarna gold di tangan kirinya.
Hal yang sama dilakukan oleh gadis yang duduk di depannya. "Mungkin bentar lagi kali, tunggu aja."
"Ciee... iya deh yang lagi nunggu kesayangan pulang, nunggu berjam-jam aja tuh gak masalah ye kan, secara lo udah dengan sabarnya nunggu setahun ini."
Gita, gadis yang duduk di depan sahabatnya –sandra itu melakukan gerakan seakan ingin memukulnya. "Bacot lo!"
Bisa dibilang hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Gita, karna hari ini dia akan bertemu dengan kekasih hati yang selama setahun ini sedang menimba ilmu di negeri orang. Entah kenapa jantung Gita terasa berdetak dua kali lebih cepat membayangkan dia akan bertemu dengan sang pujaan sebentar lagi.
Selama setahun berpacaran jarak jauh tentu saja membuat Gita terus uring-uringan minta bertemu walaupun dia tahu kalau sang kekasih tidak bisa meliburkan dirinya begitu saja, namun kerinduan yang selama ini hanya bisa diobati lewat video call akhirnya bisa diobati sepenuhnya sebentar lagi.
Nino, lelaki yang sedari tadi hanya menatap kedua gadis itu dari samping Sandra menampilkan senyuman saat kedua matanya menangkap sesosok lelaki tinggi yang baru memasuki cafe. Nino mengangkat tangan kanannya. "Woi, Kak, sini!"
Lelaki yang memakai jaket baseball berwarna navy dan sebuah koper di tangan kanannya itu langsung tersenyum melihat ketiga orang yang dia kenal. "Sori yah lama, ada trouble dikit tadi sama koper gue." lelaki itu duduk di samping Gita, dia tersenyum dan mengacak rambut Gita sebelum duduk. "Maaf lama yah."
"Gak pa-pa kok, Kak. Aku udah biasa nunggu,"
"Woo, curhat!" seru Nino dan Sandra berbarengan.
"Emang kuliah lo di sana lagi libur, Kak? Kok lo bisa balik ke Indonesia gini?" tanya Sandra yang mulai menikmati kentang di depannya.
"Belom, tapi nyokap maksa gue dateng mulu soalnya oma gue kan besok mau ulang tahun. Sekalian mau liat pacar kesayangan," jawab Gilang sambil tersenyum jahil dan melirik Gita.
"Cie elah... serah lo, Kak, serah." Nino tertawa melihat wajah Gilang yang memerah. "By the way, gimana nih menurut kalian LDR terpisah benua gini?"
Gita dan Gilang saling memandang. "Gimana tuh, Kak? Enak, gak?"
Gilang tertawa. "Lo sendiri gimana? Enak gak? Gue sih gak enak, kalo kangen cuma bisa nyiumin layar hp doang."
"Nah, itu Kakak tau! Jangan nanya tentang LDR ke aku deh, sakit hati."
Gilang tertawa. Tak terasa sudah setahun dia tak bertemu dengan Gita karna dia memutuskan untuk berkuliah di Jerman dan membuatnya terpisah dari gadis itu, namun Gita masih tetaplah sama, cantik dan ceria seperti yang ia kenal. Saat ini Gita juga sudah lulus dari Karya Bangsa International School, sama sepeti Sandra dan Nino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance RelationSHIT ✓ (COMPLETED)
Short StoryAle dan Gita adalah contoh sempurna dari Relationship Goal bagi semua murid di Karya Bangsa International School. Sama-sama memiliki fisik dan latar belakang keluarga yang sempurna, pasangan ini saling mencintai dan percaya satu sama lain. Namun sua...