11 - Cantik

6.3K 385 32
                                    

“Bego banget si Anwar, jebolin bola aja gak bisa, gimana mau jebolin anak orang,” keluh Rendi yang langsung mendapat jitakan oleh sang pemilik nama.

Rendi dan Ale baru saja selesai bertanding bola dengan teman-temannya yang lain dan tim mereka harus mengaku kalah dengan skor 3-2, berbeda sedikit memang, dan mungkin mereka akan mengimbangi tim lawan jika saja Anwar tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan menggolkan bola di depan gawang lawan karna dia ingin menunjukkannya kepada gadis yang ia suka yang sedang menontonnya di pinggir lapangan.

“Belum saatnya kita menang. Jagoan menangnya belakangan, Ren,” jawab Ale membasuh peluh di lehernya.

Rendi memaksanya untuk ikut bermain walaupun sakit di tubuhnya belum seluruhnya menghilang. Namun memang tak ada salahnya dia ikut  bermain karna kenyataannya dia sudah lama tidak bermain bola ataupun basket bersama teman-temannya.

“Le, tali sepatu lo putus tuh. Mau gue taliin biar kayak orang-orang gitu?” Rendi menunjuk tali sepatu Ale.

Memang tali sepatu Ale sebelah kanan menjuntai panjang ke belakang dan dapat membuat lelaki itu terjatuh jika ada yang menginjaknya.

“Lo kira gue homo!” Ale berlutut untuk mengikat talinya. “Duluan aja sana, gue nyusul.”

Rendi dan keenam temannya berjalan pergi meninggalkan Ale yang sedang mengikat tali sepatunya. Dia bukanlah tipe orang yang tidak teliti bahkan soal memastikan apakah tali sepatunya sudah ia ikat kencang, karna Ale tau jika Gita adalah gadis yang kurang teliti makanya dia harus menjadi orang yang teliti demi menjaga gadisnya itu.

PRANGG

Ale sudah akan pergi saat mendengar sebuah pecahan kaca dari arah lapangan indoor di belakangnya. Dengan rasa penasaran, Ale melangkah mendekat dan dua orang perempuan belari keluar dari sana sambil tertawa.

Ale melihat mereka bingung dan memutuskan untuk masuk ke dalam gedung yang biasa dipakai untuk latihan basket itu. Di sana Ale menemukan seorang gadis bertubuh kecil diam membatu di depan sebuah kaca yang pecah. Dari penampilan gadis itu Ale sudah dapat memastikan siapa dia.

“Ras ,lo gak pa-pa?” Ale berlari mendekati Laras yang menoleh kaget.

“Ale, gimana ini?”

Ale dapat melihat air mata menggenangi kedua bola mata gadis itu. “Lo tenang dulu. Lo gak pa-pa, kan? Gak ada yang luka, kan?” Ale memutar tubuh Laras ke kanan-ke kiri, ke depan dan ke belakang untuk memastikan gadis itu baik-baik saja.

“Aku gak pa-pa, cuma kacanya...”

“Biar gu—“

“ADA APA INI?!”

Suara seseorang menggema di setiap sudut ruangan itu. Ale dan Laras menoleh, Adit –guru BK sekolah mereka masuk dan membawa tongkat kayu yang biasa ia bawa bersamanya menatap Ale dan Laras bergantian lalu pandangannya terhenti di pecahan kaca di bawah mereka.

“Kalian berdua ikut saya!”

*****

SMA Tunas Pemuda telah membunyikan bel pulang sejak dua puluh menit yang lalu, namun Ale dan Laras masih di dalam kelas mereka berkutat dengan tumpukkan debu dan sampah di setiap sudut ruangan.

Mereka dihukum untuk membersihkan kelas mereka selama seminggu karna memecahkan kaca ruang olahraga. Kenapa Ale juga ikut dihukum? Karna lelaki itu juga mengaku bahwa kaca pecah itu setengah adalah kesalahannya, walaupun dia memang tak tahu apa-apa tentang hal itu.

“Maaf yah, Le, gara-gara aku kamu jadi dihukum begini.”

Ale berhenti dan merenggangkan tubuhnya sambil memegang kuat tongkat kain pel. “Serius deh, Ras, lo tuh banyak banget minta maafnya. Dikira lo Mpok Hindun, kali.”

Long Distance RelationSHIT ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang