4 - Hasil

8.6K 477 22
                                    

Malam hari yang dingin menyapa ibukota Jakarta. Beberapa waktu yang lalu tiba-tiba hujan melanda kota metropolitan tersebut dan membuat para pejalan kaki yang tak menduga akan turun hujan harus menepi dan berteduh di tempat terdekat. Termasuk seorang pemuda yang lebih memilih berdiam diri dengan menikmati kopi panas dan berteduh karna saat ini dia tak membawa mobil melainkan sepeda motornya.

Ale sedang duduk di dalam sebuah minimarket yang akhir-akhir ini menjadi tempat nongkrong favorit para ABG di Jakarta, tangan kirinya memegang sebuah batang rokok yang menyala sedangkan tangan kanannya memegang HP. Pandangan Ale fokus kepada ponselnya yang menunjukkan pesan yang baru dia terima dari Gita. Beberapa waktu yang lalu Ale baru saja mengantar Gita pulang setelah mereka menonton film yang baru saja keluar dari bioskop.

Walaupun hari ini adalah hari terakhir hukumannya dan besok dia sudah bisa masuk sekolah --dan tentu saja bertemu dengan Gita, tapi Ale memaksa gadis itu untuk bertemu karna dia tak tahan selama tiga hari tidak bertatap muka dengannya.

Ale melirik jalanan di depannya yang dihalangi oleh kaca, yang ternyata hujan telah reda dan meninggalkan jejak dengan basahnya jalanan. Ale menghisap rokoknya sebelum akhirnya mematikannya di dalam asbak yang sudah disediakan dan keluar dari minimarket tersebut.

Ale berdiri di samping motornya sambil mengetik sesuatu di ponselnya, dia ingin mengabari Gita bahwa dia baru akan jalan pulang dan tidak bisa membalas pesan Gita beberapa menit ke depan.

"Woahhh... siapa nih? Jagoan sekolah kayaknya nih."

Suara itu membuat Ale mengalihkan pandangannya dari ponselnya dan mendapati Raka bersama gerombolannya di hadapannya. Ale hanya menatapnya malas dan memberikan senyum mengejek.

Raka menghampiri Ale dan duduk di atas motor gedenya. "Lo tau gak gara-gara siapa gue harus diskors trus uang jajan gue dipotong?" tanya Raka.

Ale tak menggubris pertanyaan Raka dan hanya fokus memakai sarung tangan kulitnya. Ale menarik Raka turun dari motornya dan meraih helmnya yang langsung ditahan oleh Raka.

"Gue lagi ngomong sama lo, brengsek."

Ale menatap Raka dengan pandangan menantang. "Apa mau lo? Yang kemaren itu belum cukup buat lo?"

Raka terkekeh mendengar ucapan Ale. "Mungkin lo emang ngerasa menang karna ngelumpuhin gue kemaren, gue akui lo hebat. Tapi sehebat apapun lo, gak mungkin menang ngelawan lima orang sekaligus kan?"

Ale tertawa mengejek. "Maksud lo, lo mau ngeroyok gue?"

Raka menggeleng. "Bukan ngeroyok kok, cuma mau ngenalin lo ke temen gue aja."

Belum sempat Ale menjawab, Raka menendangnya hingga ia jatuh menimpa motornya yang juga ikut jatuh. Ale merasakan nyeri pada pinggangnya, namun ia abaikan dengan segera bangun dan menyerang Raka yang dibantu oleh keempat temannya yang Ale yakin bukanlah murid Karya Bangsa International School.

Orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar mereka mulai berhenti untuk menonton apa yang sedang terjadi walaupun beberapa dari mereka ada yang mencoba untuk melerai namun gagal. Ale sudah tidak di dalam situasi dimana ia dapat berpikir jernih, yang ada di otaknya hanyalah cara untuk menghabisi Raka dan teman-temannya walaupun ia tahu kalau setelah ini ia harus menjelaskan ini semua kepada Papa-nya.

*****

Ale duduk di atas sofa ruang tamu rumah mewahnya, di hadapannya Papa-nya sedang menelpon pengacaranya untuk mengurus agar tak ada berita yang keluar tentang Ale, di sampingnya Lestari, ibunya sedang mengobati luka di wajahnya dengan kotak P3K.

Perkelahian Ale dan Raka berhenti setelah seseorang memanggil polisi. Ale, Raka dan rombongannya pun dibawa ke kantor polisi terdekat. Polisi memanggil semua wali anak-anak yang berurusan termasuk Papa Raka yang justru mengutus sekretarisnya untuk datang karna terlalu malu bertemu wajah dengan Papa Ale yang merupakan donatur terbesar di sekolah miliknya.

Long Distance RelationSHIT ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang