Bab 1. 01

1.7K 171 25
                                    

Senandung dari seorang gadis yang berjalan diatas terotoar menandakan riangnya suasana hati gadis itu. Dia menebar senyum manis yang seakan tiada habisnya. Dia mengenakan seragam sekolah, rambutnya dikuncir tinggi memperlihatkan lehernya yang jenjang.

Lama gadis itu berjalan dia telah sampai ketempatnya menimba ilmu. Dia cukup lama terdiam didepan pintu gerbang, matanya mencari-cari dua orang yang sedang dia tunggu. Senyumnnya mengembang ketika orang yang ditunggu-tunggunya telah sampai dengan berboncengan motor. Langkah kakinya ringan menghampiri dua orang itu.

"Pagi." Sapanya ceria.

"Pagi juga, Ajeng." Vanessa menyahut sama cerianya. Gadis manis itu lalu merangkul lengan Ajeng.

Sedangkan satu-satunya laki-laki yang ada diantara mereka itu hanya memberinya senyum tipis nyaris tak terlihat. Seperti biasanya. "Yuk, Nes. Bentar lagi bel."

"Yud, kebiasaan deh. Ajeng itu pacar kamu, jangan terlalu cuek kayak gitu." Vanessa menegur sifat Yudha yang tidak pernah berubah itu.

Yudha melirikan matanya kepada Ajeng yang sudah mulai merona ditempatnya. "Udah biasa kayak gitu. Ajeng udah tahu gue kayak gimana, jadi kenapa harus di ubah. Kecuali dia nggak mau nerima gue apa adanya."

"Yudha!" Vanessa menatap Yudha dengan tajam. Dia merasa kata-kata Yudha barusan benar-benar telah diluar batas.

"Vanes, udah nggak apa-apa kok. Yudha bener, gue udah tahu sifat dia kayak gimana, jadi gue harus terima dia apa adanya." Suara Ajeng menengahi. Dia tidak mau kalau kedua sahabatnya itu bertengkar hanya karena masalah sepele.

"Udah, bentar lagi bel kan. Mendingan kalian kekelas sekarang. Gue mau keperpus dulu." Ujar Ajeng kemudian dia melepaskan rangkulan tangan Vanessa dan berjalan kearah gedung C. Tempat guru dan perpustakaan berada.

Disisi lain, Yudha memandangi punggung Ajeng yang mulai menjauh hingga akhirnya tak terlihat lagi olehnya. Tatapannya tak terbaca.

"Kalau kamu gini terus, Ajeng bisa aja lepas dari tangan kamu." Kata-kata Vanessa yang melewatinya menyadarkan Yudha. Laki-laki bule itu kemudian menyusul Vanessa yang telah jauh didepannya.

Ajeng nggak akan pernah lepas dari gue. Dia cinta sama gue.

***

Yudha dan Vanessa bersahabat semenjak duduk dibangku SMP, dan Ajeng mengenal mereka saat memasuki masa putih abu-abu, yang artinya baru dua tahun ini mereka bersahabat. Satu tahun yang lalu saat mereka kelas satu Yudha menadatanginya dengan wajah kaku dan dingin, kemudian dengan tanpa nada pada suaranya meminta Ajeng untuk menjadi kekasihnya. Semenjak itulah setatus mereka yang awalnya sahabat menjadi sepasang kekasih.

Tapi Ajeng tidak benar-benar merasa menjadi kekasih dari seorang Yudha darma. Laki-laki itu tidak pernah sama sekali persikap manis padanya, tidak pernah mengajaknya kencan, tidak pernah mengiriminya pesan selamat malam, atau sekedar berbasa-basi menanyai apa yang sedang dia lakukan.

Justru kepada Vanessalah perhatian dan sifat lembut Yudha dia bagi. Terkadang Ajeng hanya merasa dia adalah duri dalam persahabat kedua orang itu. Menjadi lalat pengganggu yang menonton kisah cinta tak kasat mata antar dua sahabat. Tapi itu bukan alasan untuk Ajeng membenci Vanessa. Tidak sama sekali.

Vanessa adalah gadis yang baik dan cantik. Yudha perhatian dan bersikap lembut dengan Venessa juga bukan tanpa alasan, gadis itu adalah seorang penderita jantung lemah sejak lahir. Itulah alasannya Yudha lebih perhatian pada Venessa dari pada Ajeng. Dan Ajeng menerima itu dengan baik, bahkan terkadang dia juga membantu Yudha menjaga Venessa kok.

|| BOOK THREE : Yudjeng || Pasien No.25 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang