Jika seseorang dapat memilih sendiri takdhirnya, dia pasti akan memilih hidup yang nyaman tanpa kesulitan.
Usai makan siang bersama, kini para murid berjalan kearah tenda masing-masing. Beristirahat sebentar sebelum nanti memulai kembali kegiatan.
Dan akhirnya, setelah diusir oleh Vitha dan Karina dengan usaha keras, Yudha meninggalkan ke-empat gadis itu di tenda mereka bersama.
Vitha merebahkan tubuhnya di matras, kedua telinganya tersumbat earphone putih kepunyaanya. Karina tampak sibuk dengan hanphone yang tak menunjukan sinyal, dia bersungut-sungut sendiri sambil keluar dari tenda. Berniat mencari sinyal.
"Elo nyari apa Nes?" Ajeng memperhatikan Vanessa yang mengobrak-abrik tas putih miliknya.
"Ini Jeng, aku nyari obat aku."
"Loh, jadi lo belum minum obat."
"Be..belum."
"Ya ampun, elo kok gitu sih. Kalo lo sampek kenapa-napa gimana." Ajeng ikut membuat kacau isi tenda mencari obat Vanessa.
"Maaf Jeng."
"Ya udah, sekarang lo diem aja. Biar gue yang cari."
Ajeng membuka tas Vanessa, dan mencari di setiap sudut tenda. Akhirnya obat di dalam botol kaca berwarna coklat itu ia temukan di bawah matras.
"Nih, ada di bawah matras ternyata." Ajeng menyerahkan botol obat Vanessa ketangan gadis itu.
"Makasih ya, Jeng. Maaf ngerepotin."
"Nggak ngerepotin kok."
Vanessa mengeluarkan dua butir obat berwana hitam seukuran kacang, dia langsung menelan dua butir obat itu dengan sekali tegukan air putih. terlihat sekali jika ia sudah terbiasa melakukannya.
Melihat Vanessa yang menimun obatnya membuat Ajeng teringat dengan obatnya sendiri. Ah, dia lupa harus minum obat yang diberikan oleh Dr. Reisya.
"Ajeng, itu apa?" Vanessa mengernyit ketika Ajeng mengeluarkan sebotol obat yang mirip dengan kepunyaannya dari dalam tas gadis itu.
"Oh ini, Cuma vitamin kok."
"Kamu sejak kapan minum vitamin?"
"Se..sejak kemarin. Aku ngerasa agak nggak enak badan sebenernya, jadi dari pada tumbang di sini. Mending jaga-jaga minum vitamin." Ajeng kini harus pintar menjadi gadis pembohong. Entah kenapa itu terdengar sangat menyedihkan.
"Oh gitu. Kalo gitu jangan sampek kamu sakit ya. Beneran deh, sakit itu nggak enak." Nada sendu Vanessa Ajeng tangkap. Dia tersenyum tipis, tangannya mengelus punggung Vanessa halus.
"Iya, aku nggak akan sakit." Aku janji akan sembuh. Sambung Ajeng dalam hati.
Setelah menelan tiga butir kapsul berwarna merah, biru dan putih sekaligus, Ajeng rasanya harus belajar menahan diri untuk tidak muntah. Rasa dari obat itu benar-benar buruk. Membayangkan ia akan hidup dengan mengonsumsi obat itu setiap hari mulai dari sekarang membuat Ajeng bergidik.
"Gue nyerah!"
Karina yang masuk kedalam tenda sambil berteriak mengejutkan bukan hanya Ajeng dan Vanessa, tapi juga Vitha yang nyaris tertidur. padahal telinganya tersumbat aerphone, tapi teriakan Karina berhasil membuat musik MJ terkalahkan olehnya. Hebat.
"Karina apa sih! Teriak-teriak nggak jelas kayak gitu!" dan seperti biasa, Vitha yang akan mengomeli tingkah Karina yang satu itu.
"Aduh my baby sweety Vitha, gue sama sekali nggak dapet sinyal. Padahal kan gue mau update setatus kalo hari ini kita menang lawan anak cowok, gue juga belum upload foto di IG. Kasian donk folowers gue nggak dapet vitamin mata dari foto gue yang unyu hari ini." rentet Karina sembari merengek.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| BOOK THREE : Yudjeng || Pasien No.25 (Complete)
Ficción General# SUDAH TERBIT DALAM BENTUK EBOOK dan tersedia juga di PLAY STORE/PLAYBOOK # Ajeng hanya seorang gadis biasa yang hidup di antara kasih sayang orang tua yang berlimpah, untuk Kakaknya. Dia memiliki seorang kekasih yang lembut dan perhatian, pada sah...