Bab 2. 02

1.3K 191 40
                                    

Ranca Upas atau Kampung Cai adalah salah satu bumi perkemehan di Bandung, jawa barat, indonesia. Terletak di kawasan Raya cimidey. Memiliki luas area sekitar 215 Hektar, berada pada ketinggian 1700 di atas permukaan laut, memiliki suhu udara 17 sampai 20°C. Pemandangan hutan lindung dengan flora seperti pohon huru, hamirug, jamuju, kihuja dan masih banyak lagi. Dan beberapa fauna dari beragam jenis burung, serta satwa jinak lainnya.

Bus rombongan yang Ajeng dan kawan-kawan tumpangi baru saja berhenti di kawasan parkir yang luas. Meski begitu keindahan alam pasundan sudah bisa langsung dinikmati oleh mata, dan udara yang segar seakan menyegarkan paru-paru yang sempat sesak karena asap perkotaan.

"Ya ampun!! Udah berapa lama gue nggak ngeliat pemandangan menyegarkan mata ini tuhan! Betapa indahnya ciptaan mu."

"Iya Vit, ya ampun. Biasanya ngeliat bangunan sama jangkrik mesin terus."

"Jangkrik mesin?"

"Mobil maksudnya."

"Oh."

Ajeng tersenyum melihat antusiasme Vitha dan Karina juga teman-temannya yang lain. Vanessa yang berdiri di sampingnya dihampiri oleh Yudha.

"Tas lo."

"Oh iya, makasih Yudh."

Pandangan mereka sempat bertaut, sebelum akhirnya Ajeng mengalihkan pandangannya kearah yang lain. Sudah Ajeng bilang, dia tak pernah tahan dengan tatapan tajam Yudha padanya. Itu membuatnya sedikit gugup, dan takut. sedangkan Yudah hanya bisa mendengus.

"Lo ikut gue?"

"Aku sama Ajeng aja ya. boleh kan Jeng?"

"Boleh kok."

"Yaudah kalo gitu. Hati-hati."

"Pakek ngomong hati-hati, itu maksudnya apa?" Vitha menyahut, dia menyilangkan kedua tangannya didada.

"Gue nggak mau cari ribut." Dingin Yudha.

"Gue juga males ribut sama lo." Vitha langsung pergi begitu saja dari hadapan ketiga orang itu, diikuti oleh Karina di belakangnya.

Ajeng hanya bisa menghela nafasnya. "Yaudah, gue sama Vanessa pergi dulu."

"Pastiin mereka nggak ngapa-ngapain Vanessa."

Ajeng yang baru berjalan dua langkah menghentikan langkahnya. "Mereka bukan orang yang kayak gitu."

"Siapa yang tahu."

"Gue tahu. Karena mereka sahabat gue."

Setelah itu Ajeng benar-benar pergi dari hadapan Yudha.

Jika Yudha bisa menyakiti Ajeng, itu karena Ajeng membiarkannya. Tapi jika Yudha macam-macam pada sahabatnya, dia orang pertama yang akan berbalik menyakiti Yudha.

"Ajeng akan benar-benar lepas dari tangan kamu, Yud."

"Gue kayak gini karena janji itu!"

"Kalo gitu putusin Ajeng! Kalo kamu masih terus-terusan terpaku sama janji itu. Tinggalin dia, jangan tambah rasa sakitnya dan malah buat dia benci sama kamu."

Vanessa mengikuti jejak Ajeng yang sudah jauh di depannya. dia mulai merasakan sesak di dada, jantungnya mulai berdetak cepat karena emosi. Pelan-pelan Vanessa mengatur nafasnya seperti yang diajarkan oleh Dokternya. Jangan sampai dia kambuh di sini.

Yudha mengusap wajahnya dengan kasar, pemuda itu mendengus keras. Dia marah, benar-benar marah. Bukan kepada orang lain, melainkan pada dirinya sendiri. Yudha tak pernah menyalahkan masa lalu dan kejadian buruk itu. Tapi untuk pertama kalinya, dia  menyesali janji dan masa lalunya.

|| BOOK THREE : Yudjeng || Pasien No.25 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang