Bab 5. 02

718 129 12
                                    

Puter lagu di mulmed ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Puter lagu di mulmed ya.

***

Yudha keluar dari mobil silver metalic miliknya. Dia melangkah dengan lebar, nyaris berlari. Yudha terlambat 15 menit lebih, itu semua karena ulah ayahnya. Andai laki-laki itu tidak mengirim orang-orang untuk mengikutinya, Yudha tak perlu membuang waktu berharaganya hanya untuk berputar-putar tak jelas mengelabui mereka.

Ajeng pasti sudah menunggunya. Sial. Sekarang Yudha murni berlari. Nafasnya kembang-kempis ketika sampai di depan kamar Ajeng, Yudha mengatur nafasnya sebelum mengetuk pintu kamar Ajeng.

"Masuk."

Mendengar suara gadis itu membuat Yudha melukapakan kekesalan dalam hatinya, dan mengingat sesuatu yang hampir terlupakan. Jika Ajeng pikir dialah yang paling gugup, mungkin seharusnya ia melihat Yudha sekarang.

Yudha menilik penampilannya pada kaca jendela di depan ruang rawat Ajeng, sekali lagi merutuki orang-orang yang mengikutinya. Keringat yang membuat gel rambutnya hilang fungsi membuat rambutnya yang tertata rapi kembali brantakkan. Kemeja kotak-kotak hitam-biru yang sengaja tak ia kancingkan kusut, kaos putih yang ia gunakan pun ikut basah oleh keringat.

Yudha menghela nafasnya kasar. Ini untuk pertama kalinya mereka pergi bersama, tapi kenapa tidak bisa seperti yang Yudha harapkan. Menghela nafasnya sekali lagi, Yudha mulai memutar hendel pintu.

"Ajeng, sorry gue telat."

Yudha berdiri di ambang pintu masuk. Matanya tak bisa perpaling dari gadis yang berdiri di depannya, seakan ia adalah poros yang menarik gravitasi Yudha. Yudha menyadarinya sejak lama, jika ia memiliki kekasih yang cantik. Tapi Yudha juga tidak menyangka, ternyata Ajeng masih bisa lebih cantik lagi.

Riasan wajahnya tak lebih dari sekedar bedak, blus-on, dan lip glos. Rambutnya yang kini tinggal sebahu diikat setengah ke belakang, menyisahkan sedikit poni di dahinya. Lalu, dress dark-bule tanpa lengan, mengembang dengan cantik sebatas lutut, yang memeluk pas tubuhnya.

Tiba-tiba Yudha ingin membatalkan acara mereka hari ini, lalu menyimpan Ajeng hanya untuk dirinya sendiri. Rasanya, dia tidak ingin membagi keindahan ini dengan siapapun.

Tapi rasanya ada yang kurang dari penampilan sempurna Ajeng. Gadis itu memang masih tersenyum untuknya, semanis biasanya. Tapi binar matanya yang jernih, tampak lebih redup. Bahkan nyaris padam.

"Maaf gue telat, jalanan macet tadi." Yudha berjalan mendekatinya. "Iya, nggak papa kok." Melihat dari jarak sedekat ini, Yudha melihatnya semakin jelas. "Lo kenapa?" ada sesuatu yang menggangu gadisnya. Atau, seseorang(?)

Ajeng tetap mempertahankan senyum tipisnya. Dia menggeleng pelan. "Gue nggak papa. Kita jadi pergi kan?"

Yudha ingin membantah, jelas terjadi sesuatu pada Ajeng, jika tidak, tidak mungkin ia mencoba mengalihkan pembicaraan. Tapi Yudha juga tidak bisa mengacaukan hari ini dengan sifat keras kepalanya. Yudha sudah menyiapkan hari ini sejak lama, untuk mereka berdua. Sebab itulah pemuda yang usianya hampir genap 17 tahun itu menghela nafas panjang, menenangkan diri, mengenyahkan kerisauan karena gadis ini.

|| BOOK THREE : Yudjeng || Pasien No.25 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang