Bulan purnama bersinar terang. Sehun duduk termanggu disisi jendela yang terbuka sambil menatap indahnya bulan purnama yang menyinari padang rumput dimalam hari
Pemukiman yang mereka singgahi termasuk pemukiman kecil, penginapan disana sedikit sederhana namun cukup nyaman untuk mengistirahatkan diri dibanding didalam hutan
Angin berhembus sepoi-sepoi, menerpa wajah Sehun dan ia meresapi setiap hembusan itu. Mengingat dirinya yang memiliki kekuatan alami yang bereaksi dengan angin, Sehun menafsirkan hembusan itu membawa hawa damai
Ya damai, malam yang damai akan tergantikan dengan hawa peperangan besar esok hari dan Sehun sudah siap mati untuk merebut kembali apa yang seharusnya menjadi 'milik' klan Al-Ghul
Seorang anak kecil tampak tengah berlatih mengasah kemampuan berpedang dan bertahannya. "Bagus Willis! Peningkatanmu dari hari ke hari semakin bagus akan tetapi..."
'BRUK'
Anak kecil yang merupakan wujud Sehun dimasa lalu itu terjatuh karena kakinya ditendang oleh orang yang lebih tua
"Aww, Grandfather that's hurt!" Protes Sehun kecil sambil mencoba bangun mengelus bokongnya yang habis mencium tanah
Namun beberapa saat kemudian mereka terdiam dalam sebuah keheningan dengan pandangan serius satu sama lain
Sehun kecil sudah tak lagi merasakan apa artinya bermain dan bersenang-senang dibanding anak kecil seumurannya yang mungkin kini tengah bermain petak umpet diluar sana
Ia begitu serius menjalani latihannya yang berkali-kali lipat lebih keras dibanding prajurit-prajurit yang bahkan belasan tahun lebih tua darinya
"What do you want to be, grandson?" Tanya sang kakek pada Sehun kecil dengan pandangan dingin khas seorang Al-Ghul
"Aku ingin menjadi sepertimu, Grandfather. Aku ingin menjadi kuat sepertimu!" Jawab Sehun dengan ambisi khas seorang Al-Ghul dengan keoptimisan tinggi
"Tidak!" Sehun kecil tersentak mendengar jawaban sang kakek
"Kau tidak boleh menjadi sekuat diriku!" Tegas kakeknya. Angin pun berhembus ketika jawaban itu terlontarkan
"You are stronger than me Willis, maka dari itu sudah seharusnya kau bisa melampauiku, kau harus bisa bertarung demi dirimu dan mengatasnamakan klan. Memenangkan apa yang dulu tak bisa kumenangkan, bertarung dalam nama klan Al-Ghul untuk sebuah dunia yang lebih baik. 'Menang' adalah sebuah kejayaan dan 'mati' adalah yang amat sangat terhormat bila kau mati demi klanmu sendiri. You are my great succesor, never doubt it because that's who you are"
Sehun mengedipkan matanya mengingat salah satu potongan kenangan yang tersimpan rapi diotaknya. "I'm doing this for you grandfather, i'll die for you and the sake of our clan" gumam Sehun pelan
"Hey..." suara Chanyeol menggema memecah keheningan. "Kau tidak berpikir untuk istirahat mengumpulkan energi untuk besok? Besok adalah hari yang panjang"
"Aku baru saja akan beranjak dari tempat itu" ujar Sehun sambil berdiri menutup jendela dan merengkak naik ketas ranjangnya yang terpisah dengan Chanyeol
Sehun berbaring dalam cahaya remang-remang, matanya masih terbuka lebar, begitu pula dengan Chanyeol yang tadinya sudah terlelap beberapa saat dan kini malah terbangun dengan mata yang tampak tidak dapat diajak kompromi untuk tidur
"Kau masih punya kesempatan untuk pulang kewilayah klanmu sekarang. Mimpiku tentang kematianmu bisa terhindar jika kau tidak ikut dalam peperanganku besok"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Between Two Clans
General FictionPada masa 1600-an, berdiri dua buah klan besar. Klan yang menguasai wilayah yang luas dan hanya dipisahkan oleh sebuah sungai dan jembatan sebagai penghubungnya Kedua klan tersebut ialah Klan Al-Ghul dan Klan O'Conor. Kedua klan tersebut memiliki se...