5. Lo Demen Kan Sama Dipta?

7.3K 703 5
                                    

Entah setan baik macam apa yang sedang mengelilingi kantornya beberapa hari terakhir. Kalau biasanya jam empat Wanda baru keluar dari ruang meeting dan harus menyelesaikan berbagai macam laporan yang bisa dipastikan baru kelar di atas jam enam sore atau lebih parah lagi di atas jam tujuh malam, hari ini tepat pukul empat sore dia sudah bisa ongkang-ongkang kaki di kubikelnya. Sambil memainkan game Candy Crush dari ponsel, ia bersenandung ria menyanyikan lagu yang ... jujur saja ... bikin rekan-rekan di sekitar Wanda pengang telinga karena—hei, Wanda nggak punya bakat di bidang seni vokal sama sekali.

Duagh! Benturan di kaki meja kubikelnya membuat Wanda bangun dari posisi bersandar. Sialan, dia kira Pak Dan sedang patroli, eh nyatanya Aidan yang malah berkacak pinggang di sebelahnya. "Ngapain deh pake nendang-nendang meja gue segala." Setelah mem-pause game yang sedang dimainkan, Wanda menepuk lengan sahabatnya dengan keras.

"Santai banget lo baru jam segini udah ongkang-ongkang kaki aja," sindir Aidan.

"Ya laporan gue udah selesai semua. Makanya, kalau punya waktu kerja itu dipake buat kerja. Bukan malah ngecengin resepsionis tiap hari."

"Yah, punya anugerah wajah ganteng mah dimanfaatkan dengan baik, Wan. Nggak baik menyia-nyiakan rejeki dari Tuhan."

"Hish, capek ngomong sama curut. Lo buang-buang satu menit berharga dalam hidup gue aja. Udah sono pergi."

Hendak melanjutkan lagi game yang sempat tertunda, panggilan dari kontak bernama Tata menginterupsi. Sambil menghela napas, Wanda mengangkat telepon tersebut.

"Wan, sibuk nggak? Nggak kan? Iya lo tadi udah cerita ke gue kerjaan lo hari ini nggak banyak. Iya, khaaaan?" Bukannya membalas sapaan Wanda sebelumnya, yang ada Tata langsung memberondong Wanda dengan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sudah diketahui jawabannya.

"Ya kalo tau kenapa harus nanya lagi sih."

"Nah pas banget tuh. Temenin gue yuk ke Kokas?"

"Sekarang?"

"Ya enggaklah. Lo berangkat aja habis jam kantor lo selesai. Ada live music gitu di Kokas, line up artist-nya keren-keren," jelas Tata mengungkapkan maksudnya.

"Ih apaan sih. Males banget tau. Ngapain nonton gituan? Mending tidur di rumah."

"Bodo amat, gue nggak mau tau pokoknya lo harus ke sini. Titik."

Sebelum Wanda sempat menyanggah lagi, Tata keburu menutup teleponnya. Sialan cewek ini. sudah tau Wanda paling malas kalau disuruh nonton begituan, jalan ke mal buat belanja saja malas apalagi harus nonton live music. Sebenarnya bisa sih Wanda nggak datang dan memilih pulang, tapi setelah itu bisa dipastikan Tata bakal ngambek sama dia sampai satu minggu penuh.

Setelah jam kantor selesai, Wanda membereskan barang-barangnya dengan malas-malasan. "Tenggo lagi,Wan?" tanya Susan yang tanpa sengaja lewat di depan kubikel Wanda..

"Iya nih. Ada urusan gue."

Setelah melambai pada rekan-rekan kerjanya, Wanda segera turun. Berencana naik busway menuju ke Kokas ketika ia hampir terperanjat dan terjengkang dari tangga menemukan Tata berdiri di pelataran kantor bersandar di badan mobil Toyota Agya sambil menyengir lebar. "Saya sudah siapkan kereta kuda spesial buat Princess Wanda."

***

Sampai di Kokas saat hari sudah gelap total, Wanda dan Tata langsung melangkah menuju main atrium mal tempat that so-called live music yang mau ditonton Tata. Dalam perjalanan ke sana Tata sudah berisik. "Wan, serius nggak mau touch up dulu? Masih cantik sih, tapi make up-nya kan udah nggak on point. Udah minyakan di mana-mana itu kayak wajan gorengan."

Money (VERSI REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang