7. Nyesel Mutusin Dia

6.1K 644 12
                                    

"Gimana nge-date-nya tadi malem?"

Decakan bibir langsung terdengar diiringi kunyahan kasar terhadap Doritos di dalam mulut. Wanda menjawab setelah menelan makanan dalam mulutnya. "Nge-date apaan sih. Cuma dianterin pulang doang."

"Idih, itu progres tau. Kapan lagi, kan lo diboceng sama cogan macem Dipta. Gimana-gimana? Kalian ngobrol apa aja tadi malem?"

Ada semburat kemerahan di pipi Wanda. Sampai dia jadi malu sendiri sama umurnya. Di umur segini tidak seharusnya dia blushing cuma gara-gara ingat dia sudah punya nomor ponsel Dipta.

"Hidih, kayak naak SMP. Pipi lo merah tuh!" seru Tata merasa geli dengan tingkah perawan nyaris tua ini.

"Gue udah punya nomor teleponnya Dipta dong. Terus gue juga tau dia biasa manggung di mana aja, jadi bisa tuh gue stalk dia waktu manggung. Kan kita juga udah follow-follow-an di IG," pamer Wanda.

"What the—follow-follow-an. Gue yang udah follow dia dari lama aja belum di follow back. Anjir, ini mah fix dia juga naksir sama lo."

"Biasa aja kali. Belum tentu juga. Eh, gimana keadaan Danu?"

Wajah semringah Tata langsung diselimuti mendung. Lalu ia menjelaskan keadaan kekasihnya yang tadi malam membuat Wanda ditinggalkan Tata. "Fraktur gitu deh di lengan kirinya. But it's ok, dia udah mulai baikan. Makanya gue ke sini kan."

Wanda menepuk-nepuk pundak Tata. Dia tau sekali betapa cintanya Tata pada Danu sampai-sampai mengajak Danu untuk menikah segera—ya meski ditolak. Jadi, meski Tata terlihat biasa saja dari luar, anak ini pasti khawatir dan sedih.

"Pinjem hape lo dong, Wan?"

"Buat apa?" Dan Tata selalu ngelunjak kalau dipedulikan. Huft!

"Nge-game."

Dengan tanpa curiga, Wanda mengangsurkan ponselnya kepada Tata. Tata sih langsung senyum-senyum nggak jelas. Alasan untuk pinjam ponsel Wanda yang sebenarnya adalah dia pengin bantu temannya yang sangat pasif dan judes ini untuk gerak cepat. Tata paham seberapa kesengsemnya Wanda ke Dipta. Tapi untuk menyapa atau mengajak Dipta mengobrol duluan, rasanya Wanda nggak akan pernah melakukan hal itu.

Sambil menggeser duduk supaya Wanda nggak mengetahui apa yang Tata lakukan pada ponselnya, Tata membuka room chat Wanda dengan Dipta yang berada di deretan keempat dari atas. Yang paling atas sih ada room chat dengan Tata sendiri, dan dua di bawahnya adalah grup kantor. Beuh, sepi banget handphone-nya Wanda.

Wanda: Dipta?

Wanda: udah sampe rumah belom?

Dipta: alhamdulillah udah Wan. Kamu kok belom tidur

Wanda: ini baru mau tidur.

Dipta: oh

Tuh kan bener! Meski Wanda mulai pembicaraan duluan, lihat aja gimana akhirnya dia membalas. Terus kenapa juga harus pakai titik? Kan kesannya jadi kaku banget. Daaan, pesan terakhir Dipta dibiarkan dalam keadaan terbaca! Dasar kulkas, kelewat dingin.

Tata jadi teringat Bimo, cowok yang pernah mendekati Wanda sampai benar-benar bisa bikin Wanda luluh. Setelah Wanda putus sama Delan—mantan pacarnya—cuma Bimo satu-satunya cowok yang bisa menembus hati Wanda. Dulu padahal Wandanya sudah kelihatan cinta banget ke Bimo. Cuma ya itu, cinta mereka terganjal restu dari ibu suri. Tante Btari, bundanya Wanda, sama sekali nggak merestui kalau Wanda punya hubungan dengan Bimo yang tingkat gajinya di bawah Wanda. Dan sudah, Bimo yang terlalu menurut dengan orang tua menyerah gitu saja.

Money (VERSI REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang