17. Mau Sesukses Apapun Lo Nanti, Jangan Pernah Lupain Kita

4.9K 470 2
                                    

❤pdptwjy_, aurelsnjy dan 2138 lainnya menyukaiCantika_cornelia 'cause love never felt so goodLihat semua 139 komentarpdptwjy_ galau mbak can?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pdptwjy_, aurelsnjy dan 2138 lainnya menyukai
Cantika_cornelia 'cause love never felt so good
Lihat semua 139 komentar
pdptwjy_ galau mbak can?

°°°°°

"Alhamdulillah, Bu, makasih ya buat doanya selama ini."

"Iya, Bu, iya. Dipta tutup ya."

"Assalamualaikum."

Dipta menepuk pipinya, masih nggak percaya dengan berita yang baru saja dia pamerkan ke bapak, ibu, dan kakaknya.

Bahkan respons Anggun, kakaknya, nggak membuat Dipta heran. "Lo tidur di mana sih sampai bisa mimpi seaneh itu? Ngigo ya lo?" Karena Dipta pikir dia juga lagi mengigau. Tapi nggak, semua ini nyata, buka rekayasa, bukan fatamorgana. Dipta sudah jewer kupingnya sendiri bekali-kali kok. Sudah mencubit pipinya sendiri berulang kali, bahkan menggigit tangannya sendiri kayak orang idiot. Dan semua rasanya sama, sakit, cuy. Jadi Dipta nggak mungkin mimpi dong.

Ya semua ini memang berkat Mas Jati. Dan Dipta berhutang budi dengan dia. Pasalnya Mas Jati sendiri yang mengundang Baskoro untuk datang ke café-nya berbarengan dengan jam Dipta menyanyi. Dan Mas Jati sengaja melakukan hal itu untuk meyakinkan Baskoro, kalau di café-nya itu ada orang yang punya bakat bernyanyi sebagus Dipta. Itu sih kata Mas Jati. Sialannya lagi, ternyata Mas Jati ini adalah kakak kandungnya Baskoro. Orang yang selalu Dipta idolakan untuk jadi produsernya. Dan sekarang kesampaian juga. Tahu gitukan, sejak dulu aja Dipta minta-minta ke Mas Jati buat dikenalkan ke adiknya yang sukses tujuh turunan itu.

"Mas Dip, lo beneran mau jadi artis?" tanya Agus ketika Dipta baru saja duduk di teras kost.

"Wah, Ndi, meragukan gue dia, Ndi. Tatar, Ndi, tatar," canda Dipta.

Dengan girang, Andi tersenyum sambil menaikturunkan alisnya. Agus merinding sendiri jadinya. "Iya deh, percaya. Gue percaya," ucap Agus pada akhirnya mengundang gelak tawa dari yang lainnya.

"Mas Dipta jangan lupa ya besok kalau udah sukses—"

"Kenapa? Mau minta traktiran?" tembak Dipta langsung.

"Bukan, lo mah sukanya nethink mulu sama gue, Mas."

"Muka lo, Gus, yang bikin Dipta nethink mulu sama lo."

"Inget, Mas, kalo dulu pernah tinggal di tempat petak kecil kayak gini. Pernah saling pinjem daleman," ucap Agus mengabaikan omongan Kendra.

"Gue mah enggak ya, Gus, lo kali yang sering ngambil dalemannya Kendra yang di jemuran."

Kendra menepukkan kedua tangannya. "Kalo ngomong jangan jujur-jujur banget, Dip, kasihan noh mukanya Agus merah," ucap Andi menggoda Agus. Sedang Dipta dan Kendra hanya bisa ketawa-ketiwi nggak jelas.

Tiba-tiba terbersit dalam pikiran Dipta. Kalo dia sudah sukses, apa dia bakal dapet temen baru yang se-gila mereka? Kadang dia meerasa lingkup pertemanannya dan orang-orang borju itu jauh beda. Dipta masih suka bertanya-tanya, apa dia masih bisa guyonan receh seperti yang dia lakukan sekarang?

Money (VERSI REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang