3. Seneng Ketemu Lo Lagi

8.9K 771 20
                                    

Setiap Senin adalah harinya Wanda untuk menikmati bekal yang dibawanya dari rumah. Waktu istirahat yang singkat dan kerjaan yang menumpuk membuat Wanda malas kalau harus ikut mengantri di food court demi seporsi makan siang. Waktunya harus dimanfaatkan seefektif mungkin. Namun hari ini tampaknya beda, kerjaannya nggak begitu banyak dan Wanda bisa sedikit lengang lima menit sebelum waktu istirahat siang tiba. Dan tentunya, Wanda memilih ikut teman-temannya turun dibandingkan sendirian di pantry atau di kubikel.

"Lo bawa apa hari ini?" tanya Aidan yang berjalan di sebelahnya. Di belakang mereka ada Susan yang sibuk mainan handphone, lalu di barisan depannya ada Kartika dan Bagas.

"Capcay sama udang goreng tepung yang pastinya udah nggak crispy lagi. Mau?"

"Aish, gimana sih. Kan kemarin gue udah pesen ayam goreng buatan lo." Aidan mengerucutkan bibirnya.

Ctak! Jitakan mendarat di kening Aidan tentunya dari Wanda. "Lo kira gue restoran ayam goreng?! Minta bikinin pacar lo sendiri gih. Punya pacar mah mbok ya dimanfaatkan dengan baik. Masa gue yang bukan siapa-siapa elo disuruh masakin curut kek elo."

"Wan, lo kan tau Ardiana nggak bisa masak. Gue nggak bisa ya membiarkan indra pengecapan gue ini tercemar."

Aidan meski tingkahnya super sampah kayak tumpukan sampah di Bantargebang, dia tetap punya pacar. Tetangga satu lantai apartemennya yang seperti kata Aidan tadi, tidak punya skill memasak yang baik. Dan korbannya selalu Wanda. Wanda yang disuruh masak inilah itulah. Padahal Wanda saja lebih sering meminta Bunda yang memasak pada akhirnya.

Lift berhenti, pintunya terbuka, dan mereka sampai di lobi. Wanda yang sedang mengecek handphone menghentikan langkah karena terantuk punggung lebar Bagas. Perempuan beringas itu pun menepuk pundak Bagas. "Set dah, kasih lampu sen napa kalau mau berhenti, Gas," gerutunya.

Di sampingnya, Aidan sudah memberi kode ke Wanda untuk menoleh ke depan. Pelan dan santai Wanda berjinjit supaya bisa mengintip siapa yang berdiri di sana lewat bahu lebar Bagas sampai bikin Bagas dan Kartika berhenti mendadak kayak angkot Jakarta.

Pening seketika melanda begitu melihat lelaki bersetelan perlente berdiri beberapa meter di depan mereka. Wanda sempat punya ide untuk sembunyi di belakang tubuh tinggi Bagas sebelum lelaki perlente itu sadar keberadaan Wanda.

Tapi Wanda memang lagi sial, sebelum sempat merunduk, Andre keburu memanggil namanya. "Wanda."

Sambil mengumpat di dalam hati, Wanda melangkah ke kiri, menampakkan badannya dari tempat persembuyiian. "Hai," balasnya canggung.

"Have a lunch with me?" Sebuah kalimat yang sudah bisa Wanda tebak akhirnya keluar juga.

Dengan bangganya Wanda mengangkat tote bag berisi bekal makan siangnya hari ini. "Sorry nih, Dre, gue bawa bekal nih."

"Terus kok turun? Mau makan di mana?"

"Di depan sih bareng-bareng."

Andre menoleh keluar lobi. Pasti matanya langsung menelisik food court yang penuh dengan orang di seberang jalan sana. Wanda sih sudah yakin, orang yang menganut hedonism seperti Andre nggak akan rela menginjakkan kaki di food court kayak gitu.

"Aku ikut ke sana aja deh."

"WHAAT?"

Pada akhirnya mereka duduk di meja panjang food court depan kantor Wanda. Aidan berada di samping Wanda sedang si kupret Andre duduk di hadapan Wanda. Masing-masing sudah menghadap dengan makan siang semangkuk mie ayam pangsit. Emh, kalau Wanda nggak terlanjur bawa bekel sih dia pasti udah pesan satu mangkuk mie ayam sama seperti milik Aidan, ekstra ayam ekstra sawi. Uh, Wanda jadi ngiler, mana dia cuma bawa udang goreng tepung sama cap cay lagi. Kan kurang yahud.

Money (VERSI REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang