19. It's Almost Over

4.9K 505 8
                                    

❤pdptwjy_ , cantika_cornelia dan 641 lainnyaLeatariwandapt Karena kamu nggak beliin bunga, jadi aku beli sendiri aja💐Lihat semua 42 komentarCantika_cornelia aa Diptanya indak peka @pdptwjy_Aidanardian sudah, beli bunga itu berat mahal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pdptwjy_ , cantika_cornelia dan 641 lainnya
Leatariwandapt Karena kamu nggak beliin bunga, jadi aku beli sendiri aja💐
Lihat semua 42 komentar
Cantika_cornelia aa Diptanya indak peka @pdptwjy_
Aidanardian sudah, beli bunga itu berat mahal. Biar aku saja

°°°°°

Harinya sungguh benar-benar berat. Kerja dengan mood yang berantakan lagi-lagi karena Dipta. Kayaknya cowok itu memang satu-satunya alasan bad mood Wanda. Setelah bundanya tentunya.

Sudah tiga hari sejak Wanda memergoki Dipta pulang bersama Cantika. Sejak hari itu juga Wanda enggan menerima telepon ataupun membalas chat dari Dipta. Sejak itu juga Dipta kayak nggak ada lelahnya main ponsel. Satu jam sekali selalu mengirim chat ke Wanda. Dua jam sekali selalu berusaha menelepon Wanda.

"Berkas cek sekarang juga. Harus selesai sebelum jam lima." Bianca berjalan melewati kubikelnya sambil menaruh dua map berisi berkas kotor catatan keuangan kliennya. Ini lagi satu hal yang membuat harinya di kantor makin berat. Semua tim kerja di-rolling. Wanda yang biasanya satu tim dengan Aidan dan Susan harus rela untuk berpindah formasi menjadi satu tim dengan Bianca dan Adi. Orang yang sama-sama menyebalkan menurut Wanda.

"Maksi dulu yuk, Wan." Wanda mengangkat pandangan dari berkas yang ada di tangannya. Ada Aidan yang kini berdiri di sebelah kubikelnya.

"Tapi gue lagi—"

"Maksi aja dulu. Nanti kerjain lagi," ucap Bianca menyahut.

"Yakin nih boleh, Bi?"

"Maksi mah maksi aja kali. Gue mau maksi dulu juga."

Pandangan Aidan mengikuti gerakan Bianca. Seingatnya Bianca hanya selisih tiga bulan lebih cepat dari Wanda ketika masuk ke kantor ini. Terus sekarang Bianca mendadak belaga seperti senior yang paling berkuasa. Kok ya ada orang kayak gitu.

"Makin gede ya helm-nya,"

Wanda terkekeh pelan. "Gimana kalo lo jadi gue. Harus satu tim sama uler jedung kek gitu."

"Ye, sabar ya, Bu."

Aidan dan Wanda melanjutkan langkahnya menuju lift untuk turun ke lobi kantor. Wanda sama sekali tak memikirkan hal lain selain menu makan siang yang akan dia pesan kali ini. Aidan mengajaknya pergi makan siang ke restaurant korea yang ada di sebelah barat kantor.

Wanda yang memang tengah sibuk mengobrol dengan Aidan sama sekali tak menyadari ada orang lain yang memperhatikannya di sebelah receptionist. Tapi, saat dia merasa tangannya ditarik ke samping, Wanda baru sadar kalau ada Dipta di sana. Dipta yang menarik tangannya. Orang yang mati-matian dia hindari tiga hari ini. Aidan sendiri memilih diam. Menonton dua sejoli yang lagi tatap-tatapan kayak pemain sinetron.

"Aku mau bicara sama kamu, Wan," ucap Dipta setelah berdetik-detik lamanya terdiam.

"Sebentar aja," putus Wanda tanpa basa-basi.

Money (VERSI REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang