-Perlu Bicara-

197 57 20
                                    

ADRIEL-VAIRA-GERREL

Kita sudah sekian jarak mendekat. Lalu dengan seinci alasan, kita terlempar jauh, kembali seperti sedia kala. Layaknya orang asing dengan urusannya masing-masing.

(Revisi)


"Permisi." Ucap Vaira pelan. Gadis itu berniat keluar dari kelas untuk ke toilet. Seorang cowok malah berdiri di depan dan menghalangi langkahnya.

"Vaira gue mau ngomong." Gerrel, cowok yang sedang menghalangi Vaira di ambang pintu kelas. Gerrel mengikuti langkah Vaira. Vaira ke kanan, Gerrel juga ke kanan. Vaira ke kiri, Gerrel juga ke kiri.

"Maaf, gue buru-buru ke toilet." Vaira mengambil langkah ke kiri dan mendorong tubuh Gerrel pelan. Gadis itu tidak bermaksud kasar, ia hanya ingin ke toilet.

Gerrel mendesah pelan. Ia tidak mau lama-lama berjauhan dengan Vaira.

Rasanya,

Canggung.

Dalam hati mereka masing-masing saat Vaira melangkah keluar sementara Gerrel menatap punggung Vaira yang perlahan menjauh.

Dua puluh menit berlalu dan Vaira belum kembali ke kelas. Gerrel hanya ingin berbicara sebentar, terserah Vaira mau memaafkannya atau tidak. Yang penting Gerrel perlu bicara dengan gadis itu. Gerrel memutuskan untuk menghampiri Vaira di toilet cewek. Cowok itu menyenderkan bahunya ke dinding dekat pintu masuk toilet cewek, menunggu Vaira keluar dari sana. Beberapa menit Gerrel menunggu, namun Vaira tak kunjung keluar. Bahkan bunyi bel selesai istirahat sudah berbunyi dari lima menit yang lalu.

Gerrel menegakkan badannya kemudian memutuskan untuk kembali ke kelas. Baru saat menatap ke dalam kelas, Gerrel melihat Vaira yang sudah duduk di kursinya. Gadis itu terlihat sedang berbincang dengan Ayu.

Kemudian tatapan mereka bertemu. Vaira tidak sengaja menatap ke luar pintu kelas, sementara Gerrel sudah menatap Vaira sejak tadi. Vaira dengan spontan mengalihkan tatapannya ke tempat lain, membuat Gerrel menajamkan mata. Vaira tidak bermaksud membuat Gerrel menunggunya seperti itu, Vaira hanya takut bahwa nanti Gerrel tahu bahwa Vaira sedang menjauhinya.

Gerrel menyisipkan kedua tangannya di saku celana, berjalan masuk ke dalam kelas. Baru selangkah, Gerrel sudah dikejutkan dengan teriakan seorang guru yang ternyata sudah mulai mengajar di kelas.

"Gerrel! Kenapa kamu baru masuk!" Teriak Pak Gokil dengan suara bariton miliknya. Pak Gokil adalah guru piket yang pernah memarahi Gerrel dan Adriel waktu pertama kali mereka terlambat.

Gerrel hanya terkejut sebentar namun langsung memasang wajah kesal khas miliknya.

Kalian tahu wajah kesal milik Gerrel seperti apa?

"Saya terlambat masuk gara-gara nungguin cewek, pak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Saya terlambat masuk gara-gara nungguin cewek, pak." Ucap Gerrel menatap lurus kearah jendela yang berada di samping depan Vaira. Gadis itu melirik Gerrel sebentar kemudian merunduk.

"Apa kamu bilang!" Kata Pak Gokil tidak menerima alasan Gerrel.

Teman-teman sekelas menatap Gerrel terkesima. Gerrel berani berbica jujur di depan guru dan banyak orang. Sementara Adriel tidak menunjukkan ekspresi apapun. Adriel lebih memilih untuk mendengarkan earphonenya yang 'berbicara' ketimbang menonton perdebatan konyol antara Pak Gokil dengan Gerrel.

"Saya terlambat masuk gara-gara nungguin cewek, pak." Ucap Gerrel mengulang perkataannya tadi. "Kalau bapak masih nanya saya bilang apa lagi, lebih baik saya tulis aja di papan biar bapak ngerti."

Kalimat Gerrel lantas mengundang tawa seisi kelas. Vaira semakin merundukkan kepalanya. Biasanya jika Gerrel sudah bertidak lucu, Vaira tidak akan segan-segan untuk tertawa sekencang-kencangnya. Namun, situasi ini berbeda. Vaira harus bisa menahan tawanya sendiri.

"Kamu ini! Pikirmu masuk ke kelas bapak terlambat itu fine-fine aja!" Pak Gokil mulai berbicara menggunakan bahasa Inggris tak sempurna alias campur-campur kayak nasi uduk.

Gerrel menggerlingkan mata. "Saya rasa fine-fine aja. Buktinya I'm still alive."

Pak Gokil mengedipkan matanya beberapa kali, bingung dengan kalimat yang dikatakan Gerrel barusan. "Apasih kamu! Ngelantur tidak jelas. Udah sana duduk! Sekali lagi bapak lihat kamu terlambat hadir di kelas bapak, saya usir kamu!"

"Oke, fine!" Kata Gerrel. Ia tidak bermaksud mengerjai Pak Gokil.

"Tidak usah meniru kalimat saya! Fine-fine apanya! Duduk sana!" Pak Gokil mengusir Gerrel sambil membetulkan kacamatanya.

Vaira yang terus merunduk. Saat Gerrel menjatuhkan bokongnya ke kursi, barulah Vaira sedikit mengangkat kepalanya. Gerrel berpikir sebentar. Cowok itu mendekatkan kursinya agar kakinya bisa mencapai kaki kursi milik Vaira.

DUG.

Gerrel menendang kaki kursi Vaira. Vaira tidak berbalik, gadis itu tetap pada posisinya menatap papan.

DUG.DUG

Kali ini sifat usil Gerrel keluar. Ia menunjukkan senyum smirk nya sambil menendang kaki kursi Vaira dua kali. Cowok itu menginginkan Vaira untuk berbalik menatapnya. Vaira hanya menghembuskan napasnya pelan. Cowok itu benar-benar menguji kesabarannya.

DUG.DUG.DUG.DUG

Vaira masih diam. Gadis itu menggigit bibir bawahnya pelan. Kalau saja bukan Gerrel, Vaira sudah mencubit orang itu habis-habisan.

"Cih." Gerrel berdecih. Cowok itu tak kehabisan akal untuk mengganggu Vaira. Dia mengeluarkan hp miliknya dan mencari kontak Vaira. Cowok itu sudah menyimpan nomor hp milik Vaira, namun tidak pernah ia membuka ruang chat untuk sekedar mengechat Vaira.

~sayang

Woi
Woi
Woi
Woi

Vaira membuka lockscreen hp miliknya. Ada chat beruntun yang masuk. Vaira membuka ruang chat tersebut dengan nama kontak yang tertera di profil itu 'sayang.' Gadis itu hanya me-read chat tanpa membalas.

~sayang

nggak apa-apa kalau cuma diread.

gue mau ngomong bentar. pulang sekolah kita ketemu.
gak boleh lari! kalau gak gue kejer sampai dapat!

Makasih yang sudah baca, jangan lupa vote dan komen!

Menurut kalian, Gerrel itu kayak gimana sih?

https://my.w.tt/4TkQRS7p4S

Cek link diatas untuk versi Qatar masih kecil :))

Lanjut Ke Part Berikut ya!




Adriel Vaira GerrelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang