-Perasaan yang Diungkapkan-

288 84 85
                                    

ADRIEL VAIRA GERREL

(Revisi)

Jangan lupa vote ya ^^


-- continue

Belum kelar satu sesi pembelajaran pun, Gerrel sudah ijin ke toilet lagi. Padahal, sebentar lagi pelajarannya Pak Lukas, guru Fisika.

Danil mengerutkan kedua alisnya. "Lo mau ke toilet?" Danil kembali berkicau. "Oh nggak, jangan-jangan lo mau kabur lagi?"

"As your expextation." Gerrel tersenyum miring. Ia berjalan keluar dengan santai sambil menebar senyum khas playboy andalannya yang membuat gadis-gadis di kelas meleleh.(Kayak dugaan lo)

Tiba jam pelajaran Fisika, Pak Lukas langsung menerawang kursi kosong di samping Danil. Cowok itu sudah gugup setengah mati. Harus beralasan apa?

"Danil. Teman sebangkumu mana?" Tanya Pak Lukas.

"Ehm..itu Pak, lagi ijin toilet." Kata Danil berdalih.

Pak Lukas mengangguk, sambil mulai mencatat di papan.

"Huft." Desah Vaira. Pasti anak itu bolos lagi. Entah dimana dan apa yang dilakukan Gerrel sekarang.

Menit demi menit terus berlalu. 20 menit berada di toilet sepertinya bukan hal yang lazim. Pak Lukas semakin penasaran dengan keberadaan Gerrel. Ia curiga kalau sebenarnya Gerrel sedang membolos dari pelajarannya.

"Danil," panggil Pak Lukas lagi. Danil seakan merasa bulu kuduknya merinding.

"I-iya pak," Jawab Danil tak yakin dengan alasan yang sedang dipikirkanya saat ini untuk menyelamatkan Gerrel.

"Kamu yakin, kalau Gerrel cuma ke toilet?"

"I-iya pak, ehm..ehm," Danil berpikir keras untuk melontarkan dalih lagi.

"Itu Pak, Gerrel tadi ijin ke UKS," Ucap Vaira tanpa basa basi. Ia juga tak tahu kenapa tiba-tiba saja bicara seperti itu. Tak ada satu alasan pun yang kuat sebagai dasar Vaira menolong Gerrel. Perkataannya terlontar begitu saja.

"Kamu yakin?" Pak Lukas menunjuk Vaira dengan spidol papannya.

"Yakin pak." Padahal dalam hati, Vaira sedang gemetaran sekarang.

"Kalau gitu, bapak ingin kamu cek Gerrel sekarang. Kamu, kan seksi kesehatan."

"Ba-baik Pak."

Vaira melangkah keluar kelas, yang akhirnya ditatap nanar oleh Ayu dan Danil. Mereka tahu, kalau perkataan Vaira tadi hanya untuk menyelamatkan Gerrel. Tapi sebenarnya, mereka pun tidak tahu dimana Gerrel persis berada.

Vaira masih sempat menatap Adriel saat beranjak pergi. Adriel hanya menatap singkat Vaira dan kemudian mengalihkan pandanganya lagi pada papan. Adriel juga tidak merasa punya kepentingan apa-apa terhadap Vaira. Vaira tersenyum kecut keluar dari kelas.

Walau gak ada hubungan apa-apa, rasanya perih aja Adriel cuek kayak gitu.

Disepanjang koridor ia tidak menemukan Gerrel. Tadi, ia juga sudah mengecek ke UKS, tapi hasinya nihil. Tempat terakhir yang belum ia cek adalah kantin. Vaira berharap saja, semoga saja Gerrel tiba-tiba muncul di kantin.

Ternyata harapan Vaira terkabul. Tapi di kantin tidak hanya ada Gerrel saja, melainkan banyak cewek yang sekarang mengerubunginya bagai semut.

 Tapi di kantin tidak hanya ada Gerrel saja, melainkan banyak cewek yang sekarang mengerubunginya bagai semut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Adriel Vaira GerrelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang