-Aktor Playboy-

235 67 67
                                    

Adriel-Vaira-Gerrel

(Revisi)

"Dikit lagi deh kayaknya."

"Ish, kita udah nunggu 30 menit lebih Na,"

"Bentar lagi pasti datang kok, sabar aja. Orang sabar, kan disayang Tuhan,"

"Sayang Tuhan pala' lo. Kalau dikit lagi gak datang, kita balik. Oke?"

Itu adalah dua cewek yang sudah meyakinkan diri menjadi fans Adriel. Dari awal Adriel masuk ke sekolah, dua cewek itu sudah mengamatinya dari jendela kelas.

Saat Adriel tiba di loby sekolah, mereka dengan diam-diam mengambil foto Adriel dengan kamera hp mereka. 

Yah, bukankah wajah Adriel seindah lukisan?

Yah, bukankah wajah Adriel seindah lukisan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-AVG-

Vaira mengangguk. "I-iya Bu."

Gerrel malah menyengir tidak bersalah saat diperintahkan Bu Aminah untuk mengerjakan hutang tugas mereka bersama Adriel. Karena kebetulan, Adriel yang duduk paling dekat dengan posisi Vaira dan Gerrel. 

Masih ingat waktu Gerrel dan Vaira melarikan diri dari hukuman kerja tugas sepulang sekolah oleh Bu Aminah?

Lima belas menit mengerjakan, Vaira akhirnya melesaikan soal dengan baik dengan bantuan Adriel. Walau Adriel tidak terlalu banyak bicara dan hanya mengangguk jika langkah yang dikerjakan Vaira benar atau menggeleng jika jawaban tersebut salah.

Sementara Gerrel? Ia tak melakukan apapun. Kadang menongkat dagu, kadang menguap yang akhirnya cowok itu menempelkan kepalanya ke permukaan meja dan tertidur.

"Gerrel udah selesai belum?"

Gerrel malah mendengkur semakin kuat.

"Gerrel," Vaira beralih untuk mengambil buku tulis milik Gerrel, "Gerrel, ini lo belum ngerjain satu pun. Astaga!"

"Gue nggak suka Math." Ucap Gerrel pelan setengah mendengkur, membuat kalimatnya tidak terdengar begitu jelas.

Adriel menggeleng melihat tingkah Gerrel. Bisa-bisanya ia tidur, sementara hari masih pagi. 

"Lo salin aja."  Adriel berpikir bahwa Vaira pasti akan menolak melakukan hal merepotkan semacam itu, ia ingin melihat reaksi cewek itu.

Vaira menautkan alisnya. Kalau dipikir-pikir, betul juga perkataan Adriel. "Oke deh, kalau Adriel nyuruh gitu."

Vaira dengan cekatan menyalin semua jawaban dari catatannya ke buku Gerrel, sementara Adriel menggerlingkan mata tidak percaya dengan jawaban Vaira. "Dasar polos."

Adriel Vaira GerrelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang