-Diperlakukan Sama Seperti Dia-

114 41 12
                                    

Adriel-Vaira-Gerrel
(Revisi)

"Vaira, kita singgah ke tempat makan yuk, gue laper." Qatar mengangkat kaca helmnya.

"Kak Qatar belum makan siang?"

"Enggak. Masih lapar aja. Eh, btw tempat makan yang enak tau gak dimana?" Qatar melirik Vaira dari kaca spionnya.

Vaira ikut menatap Qatar lewat kaca spion. "Dimana ya kak? Di dekat sini ada kafe sama warung makan."

"Terserah deh, gue ngikut."

"Tapi, kan kak Qatar yang bawa motor."

"Mumpung gue juga belum terlalu kenal sama daerah sini. Lo jadi tour guide nya gue deh." Kata Qatar sambil menyengir. (*tour guide = pemandu wisata)

Vaira tersenyum sumringah. Gadis itu kemudian memilih warung makan terdekat yang pernah ia kunjungi dengan Ayu.

"Bang, mie ayam dua." Qatar menjulurkan tangan keatas diikuti dengan teriakan kecil.

"Siap gan," Jawab mas mie ayam semangat. Bang mie ayam itu langsung menyiapkan pesanan dua mangkok mie ayam tidak sampai lima belas menit.

"Makasih bang." Vaira tersenyum.

Qatar mengambil botol sambal dan menuangkannya pada atas mie. Cowok itu benar-benar makan dengan lahap. Sementara Vaira menatap Qatar dalam diam.

"Lo nggak makan? Nggak enak ya?"

"E-enggak kak, itu.." Vaira menatap putus asa ke arah tempat sendok makan.

"Sumpit semua." Vaira melengkungkan bibirnya ke bawah. Ia tidak bisa menggunakan sumpit.

"Oh, sumpit. Gue ajarin sini," Qatar mengambil sepasang sumpit baru, lalu menyematkannya pada jari-jari tangannya.

"Ini gini, terus yang satu lagi sini." Qatar menunjukkan cara memegang sumpit ditangannya kepada Vaira.

Gadis itu mengangguk lalu mengambil alih sumpit di tangan Qatar. Vaira mencoba menempatkan dua sumpit tadi seperti yang Qatar ajarkan. Namun saat mencoba menggunakannya, Vaira malah menjatuhkan semua mie ke dalam mangkuk lagi. Gadis itu mencoba berulang kali namun tetap gagal.

Vaira akhirnya menghembuskan napasnya pelan, menyerah dengan sumpit.

"Ahaha," Qatar tertawa lucu. Melihat tingkah Vaira yang berusaha keras namun gagal. Cowok itu tertawa dengan senyum lebar.

"Nyerah. Gue gak bisa kak," Vaira menggelengkan kepalanya pasrah.

"Yaudah, nih." Qatar menyerahkan sebuah garpu dari dalam tasnya.

"Punya kak Qatar?"

"Iya. Belum dipakai juga sih."

Vaira tersenyum kecil, menerima garpu yang diberikan Qatar. "Makasih kak."

Namun beberapa detik kemudian, Vaira tidak sengaja menjatuhkan tempat tisu dari atas meja. Tempat tisu itu berguling kearah kolong kursi yang akhirnya membuat Qatar membantu memungutnya. Saat itu juga, Vaira melihat Gerrel.

"Ge-gerel?" Vaira berkata pelan. Ia melihat Gerrel dengan seorang cewek yang persis berada di belakang Qatar.

Qatar ingin berbalik untuk melihat apa yang Vaira tatap. Namun Vaira mencegah Qatar dengan cepat. "Kak Qatar, kita pulang!"

Qatar terkejut lalu mengangguk. "O-oke. Tapi makanan lo belum kesentuh."

Vaira meringis kecil. Duh lupa kalau belum makan!

Vaira tersenyum kikuk dan menyengir. "Lu-lupa kak. Abis makan boleh langsung pulang, kan?"

"Iya." Qatar melanjutkan aktivitas makannya tanpa berbalik lagi ke belakang.

Vaira ikut mengangguk dan mulai makan. Namun matanya terus tertuju pada objek di belakang.

Itu pacarnya Gerrel kali ya?

Gadis itu sesekali merunduk saat Gerrel mengalihkan tatapannya dari gadis di belakang Qatar. Ia takut ketahuan oleh Gerrel.

Setelah membayar lunas, Qatar menarik tangan Vaira untuk berjalan mengikutinya. Namun ketika Vaira menoleh ke belakang, ia melihat Gerrel menyusulnya dari belakang sambil menggandeng tangan cewek tadi. Tanpa basa-basi, Vaira mempercepat langkahnya sehingga Qatar ikut berlari kecil.

"Kenapa?" Qatar bertanya pada Vaira.

"A-ada orang gila tadi kak." Vaira spontan menjawab. Gadis itu tidak bisa berpikir lebih logis lagi.

"O-orang gila? Mana?" Decak Qatar. Perasaan dia tadi tidak melihat ada orang gila di warung itu.

"Kita lari aja kak. Cepetan!" Vaira berjingkrak-jingkrak khawatir saat melihat Gerrel semakin dekat.

Qatar menyentuh puncak kepala Vaira, berusaha menahan gadis itu agar tidak melompat-lompat lagi. "Udah gue bilang, apapun yang terjadi gue bakal ngelindungin elo."

Vaira mengangguk pelan namun dengan dahi berkerut. "I-iya kak. Tapi cepetan!"

Vaira langsung menarik Qatar untuk merunduk. Tentu saja Qatar juga langsung ikut merunduk. Mereka berdua bersembunyi dibalik beberapa motor yang terparkir disana.

"Daritadi, gue ngawasin itu." Tunjuk Vaira pada Gerrel yang sedang berbincang dengan seorang cewek.

Qatar mangut-mangut ikut mengawasi Gerrel. Cowok itu kemudian mengalihkan perhatiannya pada Vaira yang berada disampingnya. Qatar bahkan tidak mengalihkan sedikit pun perhatiannya pada Vaira.

Tiba-tiba saja Qatar melontarkan satu pertanyaan yang membuat Vaira berbalik menatapnya. "Lo suka sama Gerrel?"

Vaira menyengir. "Enggak lah kak. Gerrel, kan preman kelas." Vaira tersenyum lucu.

"Mana mungkin aku suka sama Gerrel. Udah jahil, ngeselin, suka bercanda tanpa liat waktu, nakal, malas, suka bikin onar,"

Perkataan Vaira barusan yang begitu panjang tentang Gerrel membuat Qatar berdesir. Ia masih terus menatap Vaira yang belum berhenti bicara.

"Suka ngegombal gak jelas, suka bikin marah, dia tuh-"

Qatar tiba-tiba menangkup wajah Vaira kemudian memainkan pipi Vaira. "Gue juga mau lo gituin."

Vaira mengernyit. Tentu dengan Qatar yang masih memainkan pipi Vaira. "Ma-maksudnya kak?"

"Pengen lo kenal segitu dalamnya, dan lo ceritain ke orang lain kayak gini. Buat orang lain ngerti, kalau dia segitu berartinya buat lo."

Hey gengs, revisi dah update.

VOTE nya dong, 🤨

KOMEN nya dong, 🙄

Qatar-Vaira ada kali gak shippernya? :))

LANJUT KE PART BERIKUT YA,

Adriel Vaira GerrelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang