-Bolos Bersama Gerrel-

215 63 19
                                    

ADRIEL-VAIRA-GERREL

(Revisi)

Di sepanjang koridor, Gerrel dan Vaira terus bercanda. Entah apa yang mereka perbincangkan, namun Vaira terlihat terus-terusan saja tertawa terbahak-bahak.

"Stop Rel, perut gue sakit. Ahaha," Vaira mengusap ujung matanya yang sudah berair. "gue gak kuat lagi ketawa. Ahaha." Tawanya diakhir kalimat.

Gerrel menurunkan pandangannya menatap Vaira. "WC gih."

"Bukan yang kayak gitu sakit perutnya dih!" Vaira menggerling tajam.

Gerrel tertawa kecil melihat Vaira. Cowok itu kemudian sengaja berjalan dengan kedua kakinya yang mengambil langkah panjang layaknya Paskibra saat upacara bendera.

"Cepetan nysusul! Kalau nggak gue tinggalin!"

"Eh? Tunggu Gerrel ih! Pelan-pelan aja!"

"Makanya cepetan!"

"Gak bisa. Kaki Gerrel, kan panjang!" Vaira mulai mengikuti cara jalan Gerrel. Cewek itu membuka kakinya lebar-lebar dan berusaha menyusul Gerrel.

Gerrel menyunggingkan senyum kemenangannya, berhasil mendaki anak tangga lebih dahulu dibanding Vaira. "Ahaha! Emang dasar kakinya lo aja yang pendek."

"Nggak kok! Kaki Gerrel aja yang kelewat panjang! Tunggu!" Vaira semakin mempercepat langkahnya untuk mengejar Gerrel yang sudah jauh di depan.

-AVG-

Vaira menahan tubuhnya dengan kedua tangan di depan sambil memegang lutut. Napasnya terengah-engah daritadi.

"Masih sanggup gak sampai di kelas?" Tanya Gerrel yang memundurkan langkahnya ke belakang.

"Ben-tar. Is-ti-rahat du-lu." Vaira mengirup napas sedalam yang ia bisa.

"Atau lo mau gue gendong?" Ucap Gerrel yang langsung membuat Vaira melotot.

"GAK! Istirahat bentar aja!"

Gerrel kemudian tertawa dan berdiri di samping Vaira. Ia menatap punggung cewek itu yang sudah basah oleh keringat. "Lo jalan apa lari tadi sih?"

Vaira tidak menjawab. Cewek itu masih terengah-engah dengan napasnya. Karena tidak mendengar jawaban dari Vaira, Gerrel mengambil langkah dan berdiri di depan Vaira untuk menghalangi sinar matahari yang terik.

"Minggir Gerrel, panas tau gak?"

Bukannya minggir, Gerrel kemudian berjongkok untuk menatap mata Vaira. Cewek itu menatap Gerrel dengan tatapan penuh rasa jengkel. Gerrel malah sebaliknya. Ia menatap Vaira dengan tatapan yang sulit dimengerti.

"Apa? Gerrel mau lomba apa lagi?"

Cowok itu tak menjawab. Ia memperhatikan lekat-lekat wajah Vaira. Mereka saling beradu tatap hampir sepuluh detik. Gerrel menarik sehelai anak rambut milik Vaira membuat Vaira meringis.

"Lo," Gerrel ingin mengatakan sesuatu, namun ia segera mengatakan hal lain. "suka Math?"

"Enggak. Kalau Gerrel?" Vaira balik bertanya.

"Gue, sukanya sama elu." Manik mata Gerrel lurus ke depan menatap manik mata Vaira.

Namun perkataan receh Gerrel, Vaira tanggapi dengan mencubit pinggang cowok itu hingga membuatnya meringis. "Dasar Gerrel tukang gombal!"

Naamun sedetik kemudian, mereka beerdua dikejutkan dengan kedatangan seorang 'hantu.'

"Mana tugas kalian?" Bu Aminah melotot setelah melihat Gerrel yang meringis tidak jelas.

Adriel Vaira GerrelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang