-Batu-

274 130 124
                                    

ADRIEL-VAIRA-GERREL

(Revisi)

Pinjam pulpen. Apa? Pulpen. Berapa? Atu. Gak ada. Terus? tadi lo bilang ada? Minta pulpen tadi, kan?

Gak. Minta hati lo aja.

"Ayah kapan lagi ke Bali?" Vaira bertanya antusias sambil memegang bagian bahu kursi kemudi milik ayahnya. Drian-ayah Vaira mengantarkan putri sematawayangnya ke Sekolah Birmatara hari ini.

"Emang kenapa? Vaira mau ikut?" Drian malah balik bertanya.

"Enggak. Mau nitip." Jawab Vaira pendek.

"Nitip apa emangnya?"

"Jawab dulu yah. Ayah kapan lagi pergi ke Bali?"

"Minggu depan kayaknya. Soalnya teman ay-"

"YESSSS!" Vaira berjingkrak kegirangan sebelum Drian menyelesaikan kalimatnya.

"Kamu kok senang ayah pergi jauh. Yasudah ayah pergi ke Bali, gak usah pulang lagi. Biar kamu senang, iya, kan? kamu mau ayah pergi kan?" Drian sesekali menatap kaca yang menggantung di atas atap mobil yang berada di sampingnya.

"Bukan gitu, maksudnya. Vaira nitip oleh-oleh dari Bali ayah, bawa yang banyak biar nanti Ayu juga dapat oleh-olehnya." Vaira tersenyum manis sambil menggerakan tanganya menunjukkan kata banyak.

Ayahnya hanya tertawa menanggapi gadis kecilnya yang kini mulai beranjak dewasa.

Setelah meneguk sisa minuman botol tadi pagi, Vaira bermaksud untuk membuangnya. Ia tidak melihat ada tempat sampah kecil yang biasanya ada di dalam mobil, jadi ia bermaksud untuk membuangnya ke luar.

PLUG.

"Aduh!" sedetik kemudian, ia mendengar suara ringisan dari luar mobil. Sepertinya, botol yang ia lempar keluar tadi mengenai seseorang. Ia kaget tapi rasa penasaran akan siapa yang meringis karena kesalahnya lebih kuat. Vaira membuka kaca mobilnya lalu melongokkan kepalanya keluar.

Tiba-tiba seorang cowok muncul dengan motor sport tanpa menggunakan helm lalu berteriak kearahnya. "Woy, kalau buang barang hati-hati dong. Lagian buang sampah sembarangan, dasar."

Cowok itu lalu melajukan motornya mendahului mobil Vaira dengan kecepatan tinggi.

"Maaf!" seru Vaira kemudian. Ia bahkan berteriak keras agar laki-laki tadi mendengar ucapannya. Namun cowok itu sudah jauh di depan. Kalimat Vaira sudah diterrbangkan angin entah kemana.

-AVG-

Vaira melambaikan tanganya, melihat kepergian ayahnya dari area sekolah.

"Vaira!"

Merasa dipanggil, Vaira menoleh dan melihat Ayu berjalan ke arahnya. "Cus!"

Saat masuk ke kelas, dua cewek itu terkejut saat melihat seorang cowok berseragam sama seperti mereka duduk di kursi guru sambil meletakkan kakinya di atas meja. Iya, meja guru. Tapi sayangnya, cowok itu menutup wajahnya dengan buku. Buku absen milik kelas pula, sehingga mereka berdua tidak bisa melihat wajah cowok itu.

"Itu siapa ya?" Ayu bertanya menatap wajah Vaira. Vaira hanya mengedikkan bahu. Ia juga tidak tahu itu siapa.

"Mana kutehe."

Mereka berdua bergegas menaruh tas dan menyiapkan semuanya diatas meja.

"Bunda nitip makanan lagi nggak?" Ayu menyenggol lengan Vaira. Tempat mereka berdua masih sama seperti minggu kemarin. Hanya jam pelajaran Matematika, Ayu harus pindah ke barisan depan.

Adriel Vaira GerrelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang